7

18 1 0
                                    

"Jordan, kamu gak perlu pura-pura, ayo cepat berdiri!"

Hanna mematung, shock atas apa yang sedang terjadi. Jordan yang tiba-tiba jatuh sudah cukup membuatnya diam, apalagi ditambah Pak Liman yang malah membentak Jordan tanpa adanya rasa kekhawatiran.

Hanna masih mematung disana, berharap Jordan hanya berpura-pura pingsan dan akan bangun setelah mendengar suara bentakan Pak Liman.

Murid lain yang dihukum juga hanya bisa menatap ke arah Jordan iba, takut jika mereka membantu Pak Liman akan semakin bertambah amarahnya.

"Jordan!"

Pada akhirnya, suara yang telah dinantikan tiba. Hanna yang sudah tidak tahan dengan situasi tersebut langsung menghampiri Jordan lalu mengarahkan muka Jordan ke atas dan menepuk-nepuk pipinya berulang kali sambil terus menyebut namanya.

"Pak! Jordan pingsan, tolong bantuin dia!" seru Hanna panik sambil memohon pada Pak Liman dan murid lain yang sedang menatap mereka.

Setelah itu, para murid lain yang dihukum ikut membantu Hanna dengan menggotong Jordan untuk dibawa ke UKS. Pak Liman hanya diam, Ia tak menghiraukan murid-muridnya yang pergi meninggalkan lapangan untuk membantu Jordan.

"Longgarin semua yang dia pakai, terus angkat kakinya sampai sedikit diatas dada," ucap salah seorang murid yang dihukum tadi tepat setelah Jordan diturunkan ke atas ranjang UKS.

"Lo tau darimana?"

"Gue pernah jadi anggota PMR waktu SMP."

Tanpa basa-basi lagi Hanna langsung melepas 2 kancing seragam atas Jordan lalu melepas sabuk yang melilit pinggangnya dengan erat. Tak lupa Ia juga melepas sepatu serta kaos kaki yang membungkus kakinya.

Sementara Hanna melakukan pertolongan pertama tersebut, yang lain juga ikut sigap menaikkan kaki Jordan hingga setinggi sedikit diatas dada.

"Dan ayo dong bangun, gak lucu tau?"

Setelah beberapa menit akhirnya Jordan mulai membuka matanya, membuat Hanna bernafas lega karena Jordan sudah siuman.

"Turunin aja." ujar Jordan kepada murid yang bertugas mengangkat kakinya.

Setelah mendengar itu dengan perlahan laki-laki tersebut menurunkan kaki Jordan.

"Mau minum?"

Jordan mulai mendudukkan dirinya di ujung ranjang, lalu menerima segelas air putih yang ditawarkan oleh Hanna.

Setelah selesai menenggak beberapa air tersebut, Hanna langsung menerima kembali gelas yang sudah diminum tersebut lalu menaruhnya di atas meja kecil disebelahnya.

"Kenapa disini?"

"Lo sendiri kenapa jatuh pas gue disana? Harusnya lo jatuh pas gue gak disitu."

Jordan tersentak, tidak ada sepatah kata lagi yang dapat Ia keluarkan.

Hening, murid lain yang tadi membantu sudah kembali ke kelas mereka masing-masing.

Hanna yang sudah tidak nyaman dengan situasi tersebut pun berniat untuk kembali ke kelasnya karena Sarah sedari tadi sudah menghubunginya berkali-kali karena kelas sudah dimulai.

Hanna berdiri, merapikan roknya yang sedikit berantakan lalu mulai melangkahkan kakinya menuju pintu UKS.

"Kenapa gak lo pake?"

Hanna berhenti, lalu membalikkan tubuhnya untuk menjawab pertanyaan ambigu yang baru saja dilontarkan oleh Jordan.

"Apanya?"

"Kacamata."

Hanna tampak sedikit kebingungan dengan apa yang baru saja Jordan katakan, "Maksud lo? Gue kan pake kacamata ini." jawab Hanna sambil meraih kacamata yang bertengger di hidungnya.

Tidak ada jawaban dari Jordan lagi yang membuat Hanna menyadari sesuatu.

"Ohh kacamata lama gue maksud lo?"

Hanna tertawa, "Lo niat mau sarkastik ya? Lo gak inget kacamata gue udah lo rusak? Apa karena jatuh ingatan lo jadi error?"

Jordan tampak kebingungan setelah mendengar ucapan ketus Hanna, dan beberapa detik kemudian Ia langsung kembali ke raut wajah aslinya.

"Mending lo istirahat dulu, gak usah bicara sama gue, gue ke kelas." Setelah mengatakan itu Hanna kembali melanjutkan langkah kakinya untuk menuju ke kelas.

Selama perjalanan, Hanna menyiapkan alasan untuknya karena telah terlambat masuk ke jam yang saat ini ditempati oleh mapel Bahasa Inggris. Bu Cika terkenal akan ketidakampunannya pada murid yang melanggar peraturan, bahkan pernah ada murid yang sudah jujur namun tetap disuruh menunggu diluar selama pelajaran beliau berlangsung.

Sungguh sadis, pikir Hanna.

"Permisi Bu, maaf saya terlambat masuk karena tadi ada murid yang butuh bantuan di UKS."

Prinsip Hanna, untuk menutupi 1 kebohongan kita butuh seribu kebohongan lain. Jadi lebih baik Ia jujur daripada berbohong. Lagipula tidak ada ruginya juga Ia jujur.

Bu Cika selaku guru mapel Bahasa Inggris tersebut hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban yang membuat Hanna tanpa pikir panjang lagi langsung masuk ke kelas dan duduk di bangkunya.

Dalam hati Ia bersyukur berkali-kali, untunglah Bu Cika sedang dalam suasana hati yang baik, jadi Ia tidak perlu dihukum seperti murid-murid lain.

"Lo tadi dimana? Di-chat gak dibales," tanya Sarah berbisik.

"UKS, pesanan gue mana?"

"Lo lama sih, tadi gue udah cek cok 1 jam sama Aldo demi menyelamatkan nasi bungkus sama es teh lo,"

Hanna yang mendengar itu menyunggingkan senyumnya, "Yaudah deh bagus kalau gitu."

"Maksud lo?"

"Maksudnya bagus makanannya dimakan sama Aldo soalnya gue udah gak mood makan."

"Ohh, tahu gitu gak usah gue beliin!"

"Hanna, Sarah, ngapain ribut sendiri?" seru Bu Cika.

Sarah dan Hanna reflek terkejut dan menolehkan kepalanya perlahan untuk menghadap ke Bu Cika.

Mereka berdua pun berakhir disuruh untuk mengerjakan soal sulit didepan kelas.

-

"Maksud lo apa?"

"Maksud gue gimana maksudnya?"

"Gak usah pura-pura gak tahu, lo kira lo siapa?"

"Gue Galang, ketua OSIS, harusnya gue yang nanya, lo siapa? Aib sekolah, cemen mainnya kroyokan, oh iya! Temen lo yang lain mana? Apa namanya? Neclost? Neclest? Tumben gak ngajak mereka. Apa mereka lagi sembunyi disekitar sini?"

"Dimana kacamata Hanna?"

"Kacamata Hanna? Bukannya udah lo rusak ya?"

Mendengar itu, Jordan yang awalnya hanya ingin berbicara santai menjadi sedikit terpancing dan tanpa sadar telah mengepalkan tangannya dibawah.

"Oh, maaf maaf gue salah paham, yang lo maksud sampah yang lo kasih ke gue itu? Duh udah gue buang Dan! Maaf ya gue kira lo mau ngasih Hanna sampah jadinya gue buang duluan deh."

Bugh!

Galang yang baru saja mendapat pukulan di pipi kirinya tersebut sedikit terhuyung kebelakang dan mengakibatkan sudut bibirnya berdarah. Membuatnya harus mengelap darah tersebut menggunakan punggung tangannya.

Galang tersenyum sinis, "Nah gitu, ayo pukul gue lagi, Dan! Dasar sampah sekolah."

Jordan yang sudah tidak dapat menahan amarahnya lagi-lagi mengayunkan tangannya ke arah Galang, membuat satu pukulan lain lolos dengan mudah di pipi kanannya.

"Galang!!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 20, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ketos Or BadBoy ❌ Na Jaemin [On Revisi]Where stories live. Discover now