Deaflindness

280 17 0
                                    

¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤

¤~•¤~•¤~•Happy reading•~¤•~¤•~¤

¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤

Tunarungu dan tunanetra mungkin sebutan yang tepat untuk remaja berusia 17 tahun itu.

Memiliki netra sapphire yang begitu indah tetapi sayangnya dirinya tak dapat melihat dunia.

Ia juga mengalami permasalahan pada sistem pendengarannya.

Menjadi anak tunarungu dan tunanetra sejak lahir membawa malapetaka sekaligus kebahagiaan baginya.

Ia selalu bertanya mengapa ia terlahir berbeda dengan saudaranya? Mengapa orang tuanya tak pernah memberi kehangatan untuknya?.

¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤~•¤

Anila berhembus lembut menyentuh pori-pori kulit.

Dalam ruangan serba biru yang persis seperti iris biru sapphire yang sangat indah bila berada dalam kegelapan malam.

Duduk diam di atas kursi roda sembari memakan makanan di depannya. Tangan mungil dan lembut itu bergetar hebat menyentuh makanannya. Meski pun ia tak dapat melihat tetapi ia dapat merasakan keberadaan keenam saudaranya yang seolah-olah menatap benci padanya.

Iris biru sapphire itu tak dapat bergerak leluasa karena kakinya yang di rantai dan sebuah kalung mirip kalung anjing di pasangkan ke lehernya.

"Cihh lama bet lama sihh lu makan!" tanpa peringatan manik gold yang sedari tadi memperhatikan manik sapphire itu makan memasukkan secara paksa makanan tanpa mempedulikan si manik sapphire yang tersedak berkali-kali. Lalu, setelah itu ia membenturkan kepala si manik sapphire ke meja makan berulang kali hingga menciptakan darah segar yang mengalir dari kepala si manik sapphire.

"Bukankah itu berlebihan Kak Gem? Lagi pun dia juga saudara kita kan?"

"Cih! Mengakuinya sebagai saudara saja aku tidak sudi," ketus Gempa sembari menendang kaki Taufan yang membuat iris biru sapphire itu meringis.

Tendangan Gempa cukup kuat hingga membuat dirinya terjatuh dari kursi roda.

Sekuat tenaga ia berusaha kembali ke kursi rodanya, manik jingga menjambak rambut Taufan membuat Taufan menjerit seketika.

"SAKIT LEPASKAN!!"

Mereka? Sama sekali tidak peduli dengan jeritan Taufan dan dengan tidak manusiawi menyeret Taufan menuju balkon.

Shower air dinyalakan oleh si manik aquamarine. Ia menyalakan shower dalam keadaan dingin.

Tubuh Taufan menggigil di saat air shower itu menyentuh tubuhnya.

Mereka yang memperhatikan lagi-lagi tertawa kencang terutama Hali dan Gempa.

Semakin lama pertahanan mental Taufan semakin menipis.

Para saudaranya bahkan seperti tak pernah puas menyiksanya baik secara fisik maupun mental.

Taufan sendiri sudah seperti boneka di depan para saudaranya. Tatapannya kosong walau ia memang tak bisa melihat dan mendengar tetapi ia tahu bahwa sekarang para saudaranya tengah menghina dirinya.

Mereka melihat keadaan Taufan yang begitu erotis baju basah kuyup dengan darah segar telah menyatu dengan lantai. Bukannya merasa prihatin mereka malah kembali menyeret Taufan.

Kini mereka menyeretnya menuju ruangan keluarga di mana ayah ibu mereka tengah bersantai.

"Wah wah anak-anak ibu sangat hebat," puji sang Ibu menghampiri keenam anaknya. Enam? Yah enam.  Ia tak pernah mengakui manik sapphire itu sebagai anaknya.

BOBOIBOY ONE-SHOTS Where stories live. Discover now