Terpengaruh

82 24 39
                                    

"Ada masanya kita diuji, untuk mengetahui seberapa besar cinta dan keyakinan kita berdua."

Firmansyah Fairuzi Abimanyu

🌹🌹🌹


Begitu mendengar kabar bahwa Pak Hendra dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung, Bu Ani dan Pak Rama pun bergegas pergi tanpa sepengetahuan anak bungsunya yang masih terlelap.

Di depan IGD, tampak wanita paruh baya tengah mondar-mandir dengan wajah yang teramat panik, keringat dingin mengucur dari wajah yang sudah mulai berkerut itu.

"Bu Siyah!" Seketika Bu Siyah mematung tatkala mendengar suara itu, suara yang saat ini ia tak ingin dengar.

"Ya Allah, apa yang terjadi pada Pak Hendra, Bu?" Tanya Pak Rama.

Seraya menatap keduanya, sesaat Bu Siyah terdiam dengan muka masamnya. "Semua ini gara-gara---"

"Ibu, Ayah? Kalian di sini?" Kedatangan Firman mampu memotong pembicaraan Bu Siyah, lantas semua atensi tertuju pada pria dengan hoodie abu-abunya. Kemudian, ia menyalami Pak Rama dan Bu Ani.

"Iya, Man. Kita langsung ke sini begitu denger kabar dari kamu," sahut Pak Rama. "Kita bareng-bareng doa aja semoga Pak Hendra baik-baik aja," imbuhnya.

Firman mengangguk." Iya, Yah, terima kasih."

Kurang lebih setengah jam lamanya mereka menunggu di luar, kini pintu terbuka menampilkan sesosok pria dengan jas putihnya. "Keluarga Pak Hendra?" Tanyanya.

"Iya, Dok, kami keluarganya. Bagaimana kondisi ayah saya, Dok?" Tanya Firman.

Pria itu tersenyum. "Puji Tuhan, Pak Hendra dapat terselamatkan. Anda melakukan tindakan yang tepat dengan melakukan CPR pada ayah Anda, hingga Pak Hendra dapat diselamatkan dan dibawa ke rumah sakit dengan tepat waktu," jelasnya, sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh orang di hadapannya. "Untuk saat ini, biarkan Pak Hendra istirahat, jangan diberi beban pikiran banyak-banyak, 'ya. Saya permisi."

"Itu berarti untuk sementara keluarga ini nggak boleh nemuin ayah dulu, jangan sampe mereka nemuin ayah," batin Bu Siyah.

Sementara itu, Nisa yang terbangun dari tidurnya lantaran suara petir membangunkannya. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya mengumpul, Nisa berjalan secara tertatih menghampiri jendela yang terbuka akibat tiupan angin kencang.

Hujan disertai angin kencang melanda sebagian daerah Yogyakarta, sore ini. Membuat suasana kota sepi sebab tak ada orang-orang yang berlalu-lalang di luar rumah, mereka lebih memilih bersembunyi dan berlindung di bawah atap masing-masing.

Begitu nyawanya sudah terkumpul, barulah ia memberanikan diri untuk keluar dari kamarnya guna mencari orang tuanya.

"Ibu? Bapak?" 

Namun, hasilnya nihil. Ia tak menjumpai seorang pun di rumah ini. Kakaknya tengah bertugas di luar kota, sedangkan ia tak tahu kemana perginya Pak Rama dan Bu Ani.

Langkahnya terhenti tatkala mengingat sesuatu tepat di depan kamar Andra yang saat ini menjadi kamar orang tuanya, tanpa berpikir panjang gadis itu langsung menerobos masuk ke dalam, mencari sesuatu di lemari. Sesuatu, yang mungkin mereka sembunyikan darinya.

Luka Yang Terobati  (END)Where stories live. Discover now