Bagian Enam Belas

9.5K 694 42
                                    

Salma dan Rony sudah berada di dalam mobil. Sementara Novia diantar Paul pulang, mobil mereka baru saja berlalu.

Suasana di dalam mobil di selimuti kesunyian. Salma duduk sambil menatap ke samping. Bertemu Kevin dan keluarganya membuat suasana hatinya menjadi sendu. Dadanya terasa sesak. Berkali-kali Salma menarik napas dalam untuk menahan sepasang matanya agar tidak kembali basah.

Sementara Rony di sampingnya, duduk diam memegang erat setir mobil dengan isi kepala yang riuh. Lantas ia menoleh ke samping. Menatap Salma yang lebih memilih memalingkan wajah.

"Kejadiannya udah setahun lalu, Ron." Ucap Salma tanpa mengalihkan pandangannya.

"Sal," ucap Rony lembut.

"Aku yang salah." Tukas Salma.

Rony diam, memilih tidak menanggapi. Ia bingung harus mengatakan apa. Batalnya pernikahan bukan perkara menyenangkan bagi siapapun. Tapi tidak salah kan andai Rony bersyukur pernikahan itu tidak terjadi? Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaannya melihat Salma hidup bersama lelaki lain.

"Aku gak nyesel ngebatalin pernikahan itu," ucap Salma lagi. "Aku cuma ngerasa jadi manusia paling jahat ditatap kayak tadi, Ron." Salma menatap Rony, bulir air mata akhirnya lolos dari sepasang mata Salma.

Salma tahu ia bersalah. Tapi tidak bisa kah mereka sedikit saja mengerti kenapa Salma memilih keputusan itu? Apa tidak ada sedikit saja ruang untuk mereka mengerti? Salma pikir setelah satu tahun berlalu. Semua akan lebih baik.

Sewaktu-waktu andai mereka bertemu, setidaknya tidak ada tatapan membenci seperti tadi. Setidaknya mereka bisa saling bertukar sapa selayaknya orang yang pernah saling mengenal. Atau anggap saja Salma orang asing, itu lebih baik.

Sebenarnya dengan Kevin menyapanya seperti tadi, itu cukup mengejutkan bagi Salma. Setelah mereka putus, Salma memang pernah beberapa kali bertemu Kevin secara tidak sengaja. Dan Salma mampu mengendalikan sikapnya untuk tidak terlihat terlalu canggung. Mereka bertegur sapa layaknya teman.

Tapi tatapan dari orangtua Kevin, juga kakak perempuan kevin yang adalah mama Putri. Tatapan mereka melukai Salma. Membuatnya kembali teringat betapa ia pernah merasa sangat bersalah.

Ingatan tentang hari itu terputar jelas di ingat Salma. Hari di mana ia bicara pada Kevin beserta keluarganya kalau Salma memutuskan membatalkan pernikahannya dengan Kevin.

***

Ibu kota, pertengahan tahun 2028.

Suasana makan malam yang harusnya hangat mendadak beku di ujung acara. Wajah-wajah yang sumringah hilang seketika. Apa yang Salma katakan menjadi penyebabnya.

"Salma boleh ngomong sesuatu?" Ucap Salma sembari menatap sekitar.

"Mau ngomong apa, Ca?" Kevin bertanya lembut. Ia tersenyum menatap Salma. Beberapa hari belakangan ia sedang sangat bahagia. Acara lamaran mereka berjalan lancar. Hal yang Kevin impikan sejak ia merasa yakin dengan Salma lah ia ingin menghabiskan sisa usianya.

"Sebelumnya Salma minta maaf," ucap Salma melanjutkan bicara.

"Kenapa minta maaf sih, sayang?" Kali ini Kevin mengelus lembut tangan Salma yang berada di atas meja. Tangan yang segera Salma tarik. Membuat Kevin merasa ada yang tidak beres.

"Kenapa?" Tanya Kevin, nada suaranya mulai terdengar serius.

"Iya, ada apa Salma? Sepertinya serius sekali." Mama Kevin ikut bertanya. Apa yang ingin disampaikan calon menantunya ini.

"Maafin Salma," Salma kembali mulai bicara. "Salma mau ngebatalin pernikahan..." Kalimat Salma terhenti. Sesak menerjang hatinya.

"Kamu lagi becanda kan, Ca?" Ucap Kevin. "Bilang sama aku kamu cuma lagi becanda."

Kembali (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now