Bagian Dua Puluh

9.9K 775 85
                                    

Setelah sore tadi sibuk berbelanja di supermarket. Saat ini Salma sedang sibuk di dapur. Sementara Rony sedang ada di kamarnya. Katanya ingin mandi.

Bahan makanan yang tadi dibeli sudah berpindah semua ke dalam kulkas. Sebisa mungkin Salma menatanya agar terlihat rapi dan mudah untuk diambil.

Seperti keinginan Rony, Salma sedang menggoreng ikan salmon. Walaupun sebenarnya memasak salmon dengan cara digoreng bukan pilihan terbaik. Tapi tidak apa. Selain itu Salma juga membuat tumis kentang dan buncis yang sudah ia letakkan di meja makan.

Setelah selesai menggoreng salmon, tinggal menunggu Rony keluar dari kamarnya untuk makan malam.

"Udah selesai ini masaknya?" Tanya Rony yang baru saja muncul.

"Udah," sahut Salma. "Sekarang makan, gue udah laper banget ini."

Rony mengangguk saja, lantas ia duduk di salah satu bangku. Membiarkan Salma menyendokkan nasi ke dalam piringnya dan meletakkan sepotong ikan salmon goreng. Salma juga meletakkan beberapa sendok tumis kentang dan buncis.

Melihat Salma melakukan hal itu membuat senyum Rony tidak bisa hilang.

"Makan, Ron." tukas Salma. "Bukan senyum-senyum gak jelas."

"Iya," sahut Rony pelan. Ia mulai menyuap makanan yang sudah tersaji di piringnya.

Diperlakukan Salma seperti ini rasanya membuat hati Rony menghangat. Sebenarnya sejak tadi, Rony ingin menggoda Salma. Sebab melihat Salma yang sibuk di dapur rumahnya membuat perempuan itu terlihat seperti ibu rumah tangga sungguhan. Namun Rony urung melakukannya.

"Btw, Ron. Kayaknya lo perlu beli foodcontainer deh, biar isi kulkas lo bisa lebih rapi." Ucap Salma di sela kunyahannya. "Terus lo juga harus beli blender sih."

"Foodcontainer apaan? Gak ngerti gue." Sahut Rony. "Terus blender, itu ada blender. Ngapain beli?" Sambungnya sambil menunjuk blender di samping microwave.

"Itu blender buat bikin jus," tukas Salma. "Yang gue maksud blender buat bumbu Rony."

"Ya mana gue tahu bedanya." Ucap Rony seolah tidak ingin disalahkan. "Lagian gue juga gak perlu-perlu amat."

Salma mendengus, dasar menyebalkan. "Tapi lo tetep harus beli foodcontainer, biar kulkas lo rapi."

"Foodcontainer apaan sih, Sal?"

"Mirip kotak bekal, buat naruh bahan makanan. Jadi kulkas lo bakal lebih rapi."

"Gak ngerti gue." Komentar Rony. "Lo aja yang beliin gimana?"

"Lah, kok gue." Dengus Salma. "Lo lah yang beli, kan buat bikin kulkas lo lebih rapi juga."

"Tapi gue gak ngerti perabotan dapur, Salma."

"Tapi ya gak gue juga kan yang beliin?"

"Yaudah, gak beli gue."

Salma menghela napas, "Yaudah iya. Tapi pake uang lo."

"Iya, kan belanjanya sama gue." Sahut Rony dengan senyum lebar.

Salma mencebik kesal, dasar Rony menyebalkan.

Sementara Rony terlihat senang, berarti akan ada waktu mereka pergi berdua lagi. Tapi bukan semata ada kesempatan pergi bersama Salma yang membuat Rony senang. Akan tetapi, bisa meminta Salma yang membelikan kebutuhan untuk rumahnya lah yang membuat hati Rony melambung. Sekalipun hanya perkara foodcontainer dan blender, kalau itu pilihan Salma. Maka Rony akan merasa senang.

Makan malam terus berlanjut dengan mereka yang sibuk dengan isi piring masing-masing. Sambil sesekali diselingi obrolan dan suara tawa keduanya.

Ruang makan di rumah Rony rasanya jauh lebih hangat.

Kembali (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now