11. TRAUMA ✓

86 11 2
                                    

BIJAK DALAM MEMBACA
°°°
MOHON MAAF APABILA TERDAPAT BANYAK TYPO.







"Aku benci ketika kejadian itu kembali menghantuiku dan membuatku tidak berdaya "










Nillea melangkah di koridor sekolahnya dengan kepalanya yang menunduk. Tatapan banyak murid yang berada di koridor mengarah ke arahnya dengan menatap dirinya sinis.

Nillea bingung kenapa mereka menatapnya dengan tatapan itu. Seingat Nillea, dirinya tidak pernah membuat masalah dengan mereka tapi kenapa mereka malah menatapnya dengan tatapan itu.

Nillea terus melangkah meskipun dirinya merasa sangat terintimidasi. Nillea mengerakkan jari telunjuknya tidak beraturan kepada jari jempolnya seolah dapat menguliti kulit yang ada di jari jempolnya. Jantungnya berpacu dengan cepat sehingga rasanya dirinya begitu cemas.

Nillea membuka pintu kelasnya dan berhenti sekejap ketika banyak pasang mata teman sekelasnya yang juga menatapnya dengan pandangan tidak suka.

Suasana kelas yang mulanya terdengar bising dari luar mendadak tidak terdengar suara apapun lagi. Nillea kembali melangkah menuju kursinya, Nillea sempat menoleh sebentar ke arah teman sekelasnya yang berkerumun mengelilingi Ihsya yang duduk di sebelah Lidya.

Nillea bertanya-tanya apa yang terjadi kepada Ihsya sehingga dirinya terlihat sangat berantakan hari ini.

Nillea mendudukkan dirinya di kursinya dan langsung mengeluarkan bukunya masih dengan banyak pasang mata yang menatap dirinya dengan tatapan tidak suka. Nillea risih namun dirinya tidak memiliki cukup banyak nyali untuk bertanya kepada mereka kenapa menatap dirinya dengan tatapan itu.

Guru telah memasuki kelas mereka namun Ihsya tetap duduk disebelah Lidya, membuat Nillea bingung. Apakah Ihsya akan duduk di sebelah Lidya untuk hari ini sampai kedepannya?.

Nillea menatap ke arah kursi yang pernah diduduki Ihsya sebentar lalu kembali menoleh ke arah papan tulis, mengabaikan teman-temannya yang terus sesekali melirik ke arah dirinya dengan sinis.

Tiga puluh menit sebelum bel istirahat berbunyi guru yang mengajari mereka memberikan soal dan dia langsung pergi meninggalkan kelas.

Sesekali Nillea menatap sekelilingnya dan mendapati beberapa teman sekelasnya yang menatapnya dengan tatapan sinis.

Nillea mengerjakan soal fisika yang diberi oleh guru itu semampunya, meskipun dengan tangannya yang memegang pulpen terus bergetar. Nillea melepaskan pulpen yang semula berada ditangannya, yang bergetar lalu menatap ke arah tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ku mohon jangan sekarang" ucap Nillea dengan lirih masih menatap kearah tangannya yang bergetar.

Nillea kembali menatap sekelilingnya dan lagi-lagi dirinya mendapati beberapa teman sekelasnya yang masih terus melirik nya dengan tatapan sinis, termaksud Litdya yang duduk disebelah Ihsya yang sedang menelungkupkan kepalanya diatas meja, mungkin dia tertidur.

Entah apa yang terjadi kepada Nillea, ketika Nillea melihat mereka yang terus melirik ke arahnya dengan tatapan sinis, Nillea melihat juga beberapa dari mereka yang tertawa menghinanya padahal sama sekali dari mereka tidak ada yang tertawa seperti itu ke arahnya.

Nillea berusaha kembali memfokuskan dirinya pada buku yang berada dihadapannya dengan keadaan jantungnya yang berpacu dengan cepat, serta panik yang menyerangnya.

Keringat mulai bermunculan di dahi Nillea membuat Nillea mengepalkan tangannya dengan erat.

"Sial" ucap Nillea dengan lirih penuh amarah, lalu menghamburkan semua buku yang berada di mejanya tanpa sisa hingga membuat teman sekelasnya menatap dirinya dengan tatapan bingung.

Nafas Nillea tersengal-sengal seolah dirinya telah berlari begitu jauh, keringat mulai menitik dari dahinya.

Nillea menatap teman sekelasnya yang menatap ke arah dirinya dengan tatapannya yang sayu lalu menatap kearah kedua tangannya yang saat ini bergetar.

Pikiran Nillea berkecamuk hingga beberapa ingatan muncul di kepalanya seperti kaset rusak.

Tatapan mengintimidasi dari banyak orang, cemoohan yang ditujukan kepada dirinya, hingga pukulan-pukulan yang dia dapatkan muncul kedalam pikirannya bagaikan kaset rusak hingga Nillea jatuh terduduk dan mulai menitikkan air matanya tanpa suara tangisan.

"Argh" teriak Nillea cukup nyaring dan mencengkram erat rambutnya membuat teman sekelasnya menatapnya dengan kebingungan sekaligus terkejut.

Nillea kembali menatap teman sekelasnya masih dengan keadaannya yang terduduk dan mencengkram erat rambutnya dan berkata dengan lirih lalu menundukkan kepalanya lagi.

"Tolong" perkataan Nillea memang lirih namun beberapa orang yang berdiri tidak jauh dari dirinya masih bisa mendengarnya karena tidak ada yang mengeluarkan suara semenjak Nillea menghamburkan semua buku yang berada dimeja nya.

Tidak ada pergerakan dari teman sekelasnya yang akan menenangkan dirinya, membuat Nillea tersenyum pedih sambil menunduk. Nillea melepaskan cengkeramannya pada rambutnya dan mendongakkan kepalanya menatap teman sekelasnya masih dengan senyuman pedihnya, mereka yang mendapati Nillea tersenyum seperti itu semakin dibuat kebingungan.

Namun senyuman menyedihkan itu tidak bertahan lama karena Nillea kembali menampilkan raut wajahnya yang cenderung tanpa ekspresi.

Nillea bangkit dari posisi duduknya dan melangkah menuju keluar kelas dengan langkah gontai serta teman-temannya yang tadi mengerumuni dirinya memberi jalan kepada Nillea.

Teman sekelas Nillea menatap punggung Nillea dengan tatapan kebingungan namun masih ada juga beberapa orang yang menatapnya dengan tatapan sinis, dan beberapa dari mereka bertanya-tanya apa yang telah terjadi kepadanya?.

Nillea menutup kembali pintu kelasnya dan melangkah di koridor yang saat ini sepi, karena kegiatan belajar sedang berlangsung di setiap kelas.

Nillea menatap kearah depan dengan kedua matanya yang berkaca-kaca.
Beberapa murid dari kelas lain menatap Nillea dari sebuah jendela yang memang langsung mengarah ke koridor yang berada disebelahnya dengan tatapan kebingungan karena penampilan Nillea yang berantakan.

Nillea terus melangkah tanpa tujuan dengan kedua matanya yang berkaca-kaca. Nillea memejamkan kedua matanya secara perlahan masih dengan dirinya yang berjalan sehingga air matanya pun mengalir deras di pipinya tanpa dapat dirinya cegah lagi.








TBC

PENDAPAT KALIAN BUAT PART INI??

VOTE DAN KOMEN.

PLAGIAT PERGI PLEASE 🙏

NILLEA KENAPA YA?

SAMPAI JUMPA DI PART SELANJUTNYA....

HIDESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang