Bab 07. Keajaiban Dunia

6 2 27
                                    

Setelah sekolah, Detra tidak langsung pulang ke rumah. Sekarang dia berada di lobi salah satu rumah sakit, lalu menuju ke ruang rawat VIP.

Tiba di depan kamar bernomor 104, Detra langsung masuk. Tidak ada seorang pun selain pasien wanita yang sedang terbaring lemah.

Detra meletakkan ranselnya dan menghampiri wanita itu. "Ma," panggilnya.

Wanita yang dipanggil 'Ma' oleh Detra tersebut membuka mata perlahan. "Udah pulang sekolah? Kakakmu mana?"

"Cari uang, lah," sahut Detra dengan nada dingin. Lalu, dia mendaratkan diri di sofa.

Alasan Detra tidak masuk sekolah dan tidak ada kabar waktu itu, sebenarnya karena mamanya tiba-tiba pingsan dan harus dirawat di rumah sakit. Berhubung papa dan kakaknya kerja, Detra-lah yang menjaga sang mama. Lagipula, cowok itu tidak terlalu suka belajar.

"Tra, kamu udah denger dari dokter?" tanya sang mama, masih terdengar sangat lemah.

Detra menatap mamanya sebentar, lalu mengangguk. "Jangan mati dulu. Mama belum minta maaf ke mereka." Kalau mamanya sedang dalam keadaan sehat, mungkin Detra bakal dapat tamparan di pipinya, seperti yang sudah-sudah.

Mama Detra memejam sejenak, menahan amarah yang tidak bisa diluapkan karena sedang sakit. "Keluar kamu!"

Tanpa babibu, Detra beranjak keluar dari kamar tersebut. Setelah masuk lift, dia menekan tombol menuju rooftop, tempat favorit Detra jika sedang berada di rumah sakit.

Sesampainya di rooftop, raut wajah Detra berubah. Cairan bening yang sejak tadi dia tahan, akhirnya meluncur di pipinya.

Ucapan dokter yang merawat mamanya waktu itu terngiang kembali. Dokter bilang, umur mama Detra tidak lama lagi.

Detra duduk bersandar di tembok pembatas rooftop, menyembunyikan wajahnya di kedua lengan, terisak tanpa seorang pun tahu.

Belasan menit berlalu, Detra mengangkat wajah dan menghapus air matanya. Setelah dirinya tenang, Detra mengambil ponsel di saku dan mencari nomor seseorang yang dia namai 'An'.

"Lo sibuk nggak?" ucap Detra mengirim pesan suara. "Kalo lo sibuk, dengerin nanti aja." Dia mengirim lagi.

Detra menghela napas panjang, lalu merekam suaranya lagi. "Kata dokter, umur Mama gue nggak lama lagi." Cowok itu menjeda sejenak, mendongak agar air matanya tidak keluar lagi.

"Gue udah ketemu dia. Gue pengen Mama minta maaf ke dia dan mamanya. Tapi, gue harus bilang apa? Bilang kalo 'orang yang merebut ayah lo mau ketemu dan minta maaf', gitu? Haha, nggak lucu, 'kan?"

[Lo di mana sekarang?]

Detra terkekeh karena langsung mendapat balasan.

"Di rooftop rumah sakit. Nggak perlu ke sini. Gue nggak bakal ngapa-ngapain."

Send.

[Awas aja kalo lo macem-macem!]

Detra hanya membaca chat tersebut, tidak berniat membalasnya.

***

Detra kembali ke kamar rawat mamanya setelah hari mulai gelap.  Dia sengaja berlama-lama di rooftop untuk menghindari debat tidak penting dengan sang mama.

Detra merebahkan dirinya di sofa, tetapi bangun kembali karena teringat sesuatu. Dia membuka ransel dan mengambil lembar kertas soal tes dari Pak Reno.

Cowok berkacamata itu tiba-tiba tersenyum penuh arti setelah diam sejenak memikirkan sesuatu. Dia mengambil pulpen dan mulai mengerjakan soal-soal tersebut dengan penuh semangat.

A+R-DWhere stories live. Discover now