Bab 08. Quiz 100

6 2 21
                                    

Aksi Detra kemarin ketika menjawab soal dari Pak Reno membuat heboh satu sekolah. Namun, banyak juga yang berpendapat kalau cowok itu hanya sedang beruntung saja, atau dia memang pernah melihat jawabannya di suatu tempat.

Ada yang hal menarik dari komentar salah satu murid kelas sebelas IPA-1, dia pikir bahwa sebenarnya Detra itu pintar, tetapi tertutup rasa malas saja.

Di koridor, Aiska sekilas mendengar obrolan para murid tentang Detra. Melihat cara cowok itu menjawab soal kemarin, Aiska juga percaya kalau sebenarnya partner duduknya itu pintar.

"Ai!"

Cewek itu terlonjak kaget karena berjalan sambil melamun. "Eh, Lan."

"Mikirin apa, sih? Sampe bengong gitu?"

"Lagi mikir hasil tes. Diumumin hari ini, 'kan?" Tidak sepenuhnya berbohong karena sebelum mendengar obrolan murid lain tentang Detra, Aiska memang sedang memikirkan bagaimana hasil tes tersebut.

Rilan mengangguk-angguk. "Tenang aja. Apa pun hasilnya nggak masalah. Cuma duduk di depan, 'kan?"

Aiska menghela napas. Itu dia yang jadi masalah. Duduk di depan. "Kalau kamu, pasti nggak penasaran, ya, karena udah tau hasilnya."

"Belum tentu juga, Ai. Siapa tau punyaku banyak salah."

"Nggak mungkin, lah!" sahut Aiska sewot.

Rilan terkekeh mendengar Aiska meresponnya dengan tidak santai. "Di dunia ini, nggak ada yang nggak mungkin, loh."

"Baik, Pak," sahut Aiska menunduk hormat, lalu tertawa. "Eh, astaghfirullah. Buku kamu belum aku kembaliin."

Rilan menahan Aiska yang hendak membuka ransel. "Nanti aja."

Para murid lain memperhatikan keduanya. Kalau mereka tahu Rilan meminjamkan buku ke Aiska, pasti bakal jadi bahan gosip baru. Waktu tahu Aiska dekat dengan Rilan dan Detra sekaligus saja, mereka tidak hentinya membahas hal itu.

"Rilan!"

"Iya, Pak?"

Pak Reno memanggil saat Rilan dan Aiska tiba di depan pintu kelas sebelas IPS-1.

"Siap-siap, ya! Nanti jam delapan kita berangkat!"

"Oke, Pak!"

Pak Reno berbalik dan menuju ruangannya kembali. Rilan menunduk, lalu menghela napas panjang.

"Mau ke mana, Lan?" tanya Aiska yang memang tidak tahu apa-apa.

Rilan memutar tubuhnya menghadap Aiska. "Aku sama Nevan diundang sama IndoTV di salah satu acara spesial mereka."

"Woah! Serius?" sahut Aiska heboh. "Selamat, Lan!"

Cowok itu tersenyum sekilas, agak terpaksa. Sebenarnya, dia tidak terlalu ingin tampil di televisi. "Makasih, Ai."

Aiska menatap bingung karena Rilan tidak menunjukkan senyum tulusnya seperti biasa. "Ada masalah, Lan?"

Belum sempat Rilan menyahut, tiba-tiba ada suara dari belakang, "Harus banget ngobrol depan pintu gini?"

Keduanya menoleh, ternyata Detra. Rilan dan Aiska mundur sedikit dari pintu, membiarkan cowok itu lewat. Namun, sebelum melangkah masuk, Detra tiba-tiba berhenti dan menatap Rilan.

"Jangan ngalah mulu. Nggak ada salahnya nunjukin kemampuan lo yang sebenernya."

Aiska menatap Rilan dan Detra bergantian.

"Ngaca, dong," sahut Rilan yang membuat Aiska tercengang. Jarang mengobrol, tetapi mendadak kedua cowok itu bicara sambil saling menatap tajam.

Detra menarik sebelah sudut bibirnya, begitupun dengan Rilan. Keduanya melangkah masuk meninggalkan Aiska yang masih terheran-heran.

A+R-DWhere stories live. Discover now