Sang Dosen

45 10 0
                                    


Kriiinggg....

Bel tanda berakhirnya kelas berbunyi tepat pukul setengah tiga sore. Wanda bersiap-siap memenuhi panggilan sang dosen pembimbing untuk proyek kampus mereka.

"Wan, loe yakin nih gapapa sendirian?" Tanya Joan.

"Iya Jo, gapapa kok." Wanda meyakinkan temannya.

"Sorry ya Wan, gue juga gak bisa nemenin soalnya gue udah ada janji sama Kak Jimmy." Selin merasa tidak enak hati.

"Elah, tenang aja. Kalau dimarahi sama Pak Yongki, tinggal dengerin aja kali."



Wanda segera menuju ke ruang musik setelah berpamitan dengan teman-temannya. Ia tidak ingin kejadian beberapa waktu lalu terulang, di mana ia terlambat dan harus dihukum oleh Pak Yongki. Walaupun dari kejadian itu pula, seakan-akan sebuah benang takdir mempertemukannya dengan kakak tingkat yang belakangan ini mengisi ruang pikiran dan hati gadis itu.

Tok tok...

"Sore Pak." Sapa Wanda ramah.

"Oh, Wanda. Masuk." Pak Yongki mempersilakan gadis itu masuk.

"Emh, ada apa ya Pak memanggil saya ke sini?"

"Begini Wanda, saya mau lihat progres latihan kamu sama Sega, jadi saya panggil kamu ke sini."

"Iya Pak. Berarti kita tunggu Kak Sega dulu?"

"Iya. Tapi sambil nunggu coba saya mau dengar kamu nyanyikan part awalnya dulu, saya yang iringi."

"Baik Pak." Wanda mulai menyanyikan part awal lagu duetnya dengan Sega.

"Sebentar. Nada kamu banyak yang masih goyang padahal ini masih bagian depannya." Potong Pak Yongki di tengah lagu.

"Maaf Pak. Mungkin karena saya belum pemanasan juga."

"Silakan pemanasan dulu."

Ketika Wanda mulai melakukan pemanasan untuk melatih pita suaranya, Pak Yongki berdiri dari tempatnya duduk dan menutup pintu ruang musik.

"Saya tutup sebentar ya, supaya suara kamu tidak terganggu dengan suara di luar, jadi saya bisa dengar dengan jelas dan bisa koreksi kalau ada yang kurang."

"Ba... Baik Pak."

Sebenarnya Wanda agak kurang nyaman dengan tindakan Pak Yongki karena saat ini mereka sedang berdua saja di ruangan itu. Wanda takut kalau ada mahasiswa yang mungkin bisa salah paham. Terlebih lagi, Wanda memang kurang nyaman bila harus berdua saja dengan laki-laki di ruangan tertutup seperti ini. Bahkan, ketika ia latihan dengan Sega, laki-laki itu tidak pernah menutup pintu ruang musik.

Pak Yongki mulai mendekati Wanda.

"Kalau kamu pemanasan seperti itu, produksi suara kamu kurang bagus. Coba buka mulutmu lebih lebar dan tegakkan badan kamu."

Wanda menuruti perintah dosennya itu.

"Punggungmu harus tegak seperti ini." Ucap Pak Yongki sambil menyentuh punggung gadis itu.

Wanda yang mendapat perlakuan tiba-tiba semacam itu seketika membeku dengan tubuh yang mulai bergetar ketakutan.

"Lanjutkan pemanasannya."

Wanda melanjutkan pemanasan vokalnya dengan suara bergetar.

"Coba gunakan suara perut."

Kali ini sang dosen memberi perintah sambil menyentuh bagian perut mahasiswinya.

trau.maWhere stories live. Discover now