Hari Pernikahan

83 15 0
                                    

Rasa: 2%

.
.

Kedua tubuh yang lelah namun masih memaksakan senyum hingga di penghujung hari. Sapaan tamu silih berganti, tak lupa ucapan memberkati, tidak jauh dari doa kebahagiaan, langgeng dan 'segera dapat momongan' yang hanya dibalas dengan senyuman dari keduanya.

Soobin melirik pada lelaki yang duduk di sampingnya,  yang kini berstatus sebagai suami kecilnya. "Masih sanggup? Kalau lelah istirahat dulu ke tempat makeup."

"Emang gak akan ditanya sama Ibun atau Mami?" Beomgyu merenggangkan tubuhnya karena punggungnya sudah terasa kebas. Hanya gerakan ringan kiri kanan agar tidak terlihat oleh tamu yang hadir. Ia pun menyandarkan kepalanya ke samping, pada pundak suaminya. Yang dijadikan sandaran pun tidak merasa keberatan.

"Nanti aku yang jawab kalau mereka tanya. Udah sana istirahat, harusnya udah gak ada tamu penting yang datang." Tanpa diminta, tangan Soobin secara perlahan memijat pinggul Beomgyu. Niatnya mencoba sedikit menghilangkan rasa pegal si kecil. Tindakan kecil yang membuat Beomgyu tertegun.

Bukannya beranjak setelah mendapat lampu hijau untuk istirahat, Beomgyu malah tetap bersandar pada Soobin. "Istirahatnya nanti aja bareng Kak Soobin. Ditanya-tanya sama Mami bisa bikin stress loh, Kak. Gak tega aku tinggalin Kak Soobin sendirian, hehe."

Soobin tak lantas menjawab, hanya melanjutkan pijatannya untuk Beomgyu. Walaupun sesekali terhenti saat ada tamu lain yang menyapa mereka.

.
.
.

"Yakin tuh dia nikah karena dijodohin? Mesra banget deh perasaan. Mana pernah gue liat Bang Soobin perhatian gitu," ucap cowok berparas blasteran pada sosok teman di sebelahnya. Mereka duduk di jajaran kursi tamu yang langsung menghadap ke area pengantin.

"Ya namanya udah nikah pasti harus saling perhatian gak sih, Kai? Bagus tuh berarti Bang Soobin bertanggung jawab gak kaya lo."

"Lah kok jadi gue? Punya pacar aja enggak. Tapi kalau gue dijodohin sama yang kaya suaminya Bang Soobin sih gue pasti kasih perhatian sepenuhnya, hahaha."

Lawan bicara Kai yang bernama Taehyun hanya mendengus mendengar tawa nyaring temannya. Walaupun dia juga mengakui kalau Soobin sangat beruntung dijodohkan dengan lelaki seperti Beomgyu.

.
.
.

Kini keduanya sudah kembali ke kamar hotel yang disewakan untuk mereka malam ini. Tak banyak bicara, Soobin langsung meluruhkan tubuhnya di kursi depan meja rias sedangkan Beomgyu langsung masuk ke dalam kamar mandi. Kepalanya sempat menyembul keluar, "Kak, aku mandi duluan ya. Ga kuat badanku lengket."

"Ya, tapi nanti langsung siapin air buat aku mandi," jawab Soobin walau sambil memejamkan mata. Tubuhnya benar-benar lelah setelah acara seharian ini.

"Oke."

Tak ada suara lain selain suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Kemungkinan suara Beomgyu yang sedang berendam air hangat untuk merilekskan ototnya yang tegang. Sambil menunggu, Soobin mengambil ponsel di saku celananya, melihat ada banyaknya notifikasi pesan ucapan selamat maupun email tentang pekerjaan. Walaupun lelah, ia masih harus menyempatkan diri untuk membuka semua email, kalau-kalau ada urusan penting yang tidak bisa ditunda walaupun dirinya telah mengajukan cuti selama 4 hari.

Terlalu serius dengan ponselnya, ia tidak sadar jika Beomgyu telah selesai dengan ritual mandinya. Beomgyu yang melihat suaminya langsung berkutat ponsel dengan wajah serius, sudah bisa dipastikan tentang pekerjaan.

"Mandi dulu, Kak. Kerjaannya tunda dulu. Kasian loh sama badanmu." Beomgyu menghampiri Soobin sambil memberikan handuk dan baju tidur untuk Soobin pakai setelah mandi.

"Oh kamu udah selesai? Yaudah aku mandi dulu. Kalau udah capek banget tidur duluan aja ya, jangan nungguin aku." Soobin mengusap surai Beomgyu yang masih sedikit basah lalu berlalu memasuki kamar mandi.

Omong-omong tentang tidur, sebenarnya Beomgyu sedikit bingung. Ini adalah malam pertama mereka tidur bersama. Ia bingung apakah mereka melakukan 'itu' malam ini atau bagaimana? Apakah hubungan mereka mengharuskan mereka untuk melakukan 'itu'? Tapi sudah jelas alasan orang tua mereka melakukan perjodohan ini agar segera mendapat cucu.

Lama sibuk dengan pikirannya sendiri, ternyata Soobin telah duduk disebelahnya. "Belum tidur?"

"Mmm itu... Kak... kita..."

"Kita?"

"Malam pertama..."

Suara Beomgyu semakin pelan dan tubuh Soobin menegang. Sampai beberapa detik kemudian terdengar suara batuk Soobin, tiba-tiba tenggorokannya terasa kering.

"K-kalo itu, kita berdua capek hari ini dan aku gak akan maksa kalau kamu gak mau sekarang. Cukup istirahat aja buat malam ini, oke?"

Suasana kembali hening dan terasa canggung. Soobin semakin bingung dengan diamnya Beomgyu. Apakah ia salah bicara? Atau Beomgyu malah tersinggung mengira ia menolak?

"Beomgyu, kamu... mau sekarang?"

,
.
.

"AKKKK KAK SAKIT!"

"Tahan, ini sedikit lagi."

"Aduh, Kak. Ini malah makin sakit loh!"

"Ck, ngeluh terus kamu. Yaudah gantian."

(Eh loh loh loh? Gantian?? Wkwk)

Karena tubuh mereka yang sama-sama lelah, akhirnya mereka menunda kegiatan 'itu' dan memilih saling memijat punggung satu sama lain. Toh tidak ada tenggat waktu kapan mereka harus punya momongan. Walaupun nanti mereka akan didesak oleh kedua ibu, itu bisa diurus belakangan.

"Kak, rajin olahraga ya?" Kini sedang giliran Beomgyu yang memijat punggung Soobin dimana ia merasakan beberapa bagian keras berisi otot. Tangannya sesekali menekan di beberapa bagian pundak, pinggul serta leher belakang, yang ternyata sedikit manjur membuat Soobin sedikit lebih rileks.

"Aku gak suka olahraga, tapi beberapa klien atau rekan bisnis sering ajak aku bincang sambil main golf atau ngegym. Jadi ya terpaksa deh."

"Bagus deh, aku juga gak suka olahraga. Paling sesekali kalau dipaksa sama mas manajerku. Eh—"

Beomgyu terkejut dan tangannya tiba-tiba berhenti pasalnya tubuh Soobin yang secepat kilat berubah arah menghadapnya. "K-kenapa, Kak? Pijitanku gak enak?"

"Kamu panggil manajermu dengan sebutan 'mas' sedangkan ke aku yang notabenenya suami kamu dipanggil 'kak'?"

"Eh??" Beomgyu speechless. Ia kira ia melakukan salah apa, ternyata perkara panggilan pada sang suami. Entah kenapa Beomgyu malah ingin tertawa jadinya.

"Kak Soobin mau dipanggil 'mas' juga? Aku sih mau aja kalo Kakak ga keberatan."

Ingin tidak percaya tapi Beomgyu bisa melihat sedikit semburat merah di telinga Soobin.

"Y-ya itu terserah kamu aja sih. Cuma gak enak aja kalau didengar orang lain."

"Pftt hahahahaha"

Kini Beomgyu tidak kuasa menahan tawanya lebih lama. Hei apakah suaminya iri hanya perkara panggilan? Dan apa pula hubungannya antara panggilan kakak dengan 'gak enak didengar orang lain?

"Kok malah ketawa sih kamu!"

"Hehehe. Iya maaf. Mulai hari ini aku panggilnya jadi pakai mas. Oke, Mas Soobin?" Sambil memberikan senyum jahil walaupun mungkin Soobin tidak sadar karena terus membuang muka.

"Terserah deh. Udah ah ayo tidur. Besok masih ada acara kumpul keluarga."

"Ya ya yaa. Oke, Mas Soobin. Selamat Malam, Mas Soobin." Ia sengaja mengulang-ulang panggilan 'Mas Soobin'.

"Ekhem, Malam, Gyu."

. . .
(270423)

Hambar - SoogyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang