Kebahagiaan Pertama

68 17 1
                                    

Rasa: 40%
.
.

Cklek

Soobin baru saja keluar dari kamar mandi. Bersiap untuk pergi ke kantor seperti biasa. Ia melirik ke arah gundukan di atas kasur. Sang Istri sedang bergelung dalam selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

Apakah Beomgyu sakit?

Biasanya saat Soobin selesai mandi, Beomgyu pasti sudah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan bersama bibi.

"Beomgyu? Kamu sakit?" Soobin menghampiri ranjang dan sedikit menyingkap selimut.

"Hmm kepalaku cuma pusing, Mas. Maaf ya gak bisa siapin sarapan," jawab Beomgyu sambil menengadah agar dapat menatap wajah Sang Suami.

Tangan Soobin terulur ke dahi dan leher Beomgyu, mengecek suhu. Gak demam. "Mau Mas antar ke dokter?"

Beomgyu menggelengkan kepalanya, "Gak usah, Mas. Cuma pusing dikit, kok. Bentar lagi juga sembuh. Mas sarapan aja gih, nanti takut telat."

"Ya udah Mas sarapan terus langsung berangkat kantor. Mas minta bibi buatin bubur juga buat kamu. Kalau ada apa-apa langsung kabarin Mas, ya?"

"Iyaa, hati-hati di jalan, Mas."

Soobin keluar dari kamar mereka dan turun ke lantai dasar menuju ke arah dapur. Disana terlihat asisten rumah tangga mereka yang sedang menata masakan di atas meja makan.

"Pagi, Bi." Soobin langsung duduk dan menyiapkan makanannya sendiri. Padahal biasanya disiapkan oleh Sang Istri.

"Pagi, Tuan." Bibi hendak pergi dari dapur sebelum Soobin kembali berbicara,

"Bi, maaf. Boleh tolong buatkan bubur buat Beomgyu? Kayanya dia sakit. Sekalian untuk hari ini saya minta tolong bibi tetap standby di dekat Beomgyu, ya? Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya."

"Oalah, baik, Tuan. Pantas gak biasanya Nyonya belum turun ke dapur."

.
.
.

Hoek

"Nyonya? Waduh! Saya kebawah bentar ambil air hangat."

Baru saja Bibi hendak mengetuk pintu kamar Sang Majikan untuk mengantar makan siang. Ia mendengar suara orang muntah dari arah dalam. Saat ia masuk, ia menemukan pintu kamar mandi yang terbuka dengan Beomgyu yang terduduk depan toilet.

Sepeninggal Bibi, Beomgyu mencoba berdiri untuk membasuh mukanya di wastafel. Nafasnya sedikit terengah-engah karena mual yang terus muncul.

Tak lama Bibi datang dengan segelas air hangat yang langsung diterima oleh Beomgyu, "Makasih, Bi."

"Sama-sama. Gak mau kasih tau Tuan aja, Nyonya? Ini sakitnya makin parah loh sampai muntah-muntah."

"Gapapa gak usah, Bi. Kasian Mas Soobin ada meeting jam 1 nanti. Takut malah ganggu."

Beomgyu kembali berjalan ke arah kasur dengan berpegangan pada Bibi, tubuhnya terasa sangat lemas setelah mengeluarkan seluruh isi perutnya. Ia kembali berbaring dan bergelung dalam selimut.

"Ya sudah, Bibi buatkan susu jahe untuk isi perut Nyonya, ya? Agar perutnya hangat."

"Boleh, Bi. Makasih ya, maaf ngerepotin."

.
.
.

Bibi sedang mondar-mandir di dapur. Ia bingung. Tuannya berpesan untuk memberi kabar jika sakit Nyonya semakin parah, tapi Sang Nyonya malah berpesan untuk tidak perlu memberi tahu Tuannya.

"Bilang aja deh. Takut Tuan murka lebih serem."

Tuan
Permisi, tuan. Saya mau kabarin kalau
| tadi nyonya muntah-muntah.

Hambar - SoogyuWhere stories live. Discover now