Jemput Kerja & Dinner Pertama

76 14 3
                                    

Rasa: 10%

.
.

"Selesai pemotretan jam berapa? Perlu mas jemput?"

"Memangnya Mas Soobin tau aku pemotretan dimana?"

"Di Ansan, kan? Mas udah tanya manajermu."

"Mas ngerti gak sih maksud aku? Aku di Ansan, Mas ada di Seoul. Itu jauh loh! Masa mau jemput? Lagian aku nginep disini, baru pulang besok siang."

"Emang kenapa kalau kamu nginep? Ya Mas juga tinggal ikut nginep aja, toh besok weekend."

"Ih Mas tuh ya! Ah yaudah terserah deh aku pusing. Aku selesai jam 3 sore. Aku tutup telfonnya, masih ada satu sesi. Dah, Mas."

"Hmm—" tutt

Beomgyu terus bergumam kesal atas tingkah Sang Suami, tanpa sadar staff disekitarnya memandang geli. Sedari tadi percakapannya disimak oleh semua orang yang ada di ruangan ini.

"Punya laki tingkahnya aneh banget. Udah datar, gak jelas pula."

Salah seorang staff yang sedang menata rambut Beomgyu pun tak tahan ingin menimpali, "Itu karena suamimu kangen loh, Dek. Gak mau jauh-jauhan terlalu lama." Di akhiri dengan suara cekikikan di seluruh ruang make up.

"Ih apaan deh. Hubungan kita itu cuma kaya hubungan bisnis, Kak. Datar kaya papan."

"Iya ya kaya bisnis, bisnis produksi anak. HAHAHA"

"KAK!!"

.
.
.

Omong-omong tentang produksi anak, sudah terhitung 2 minggu semenjak pernikahan mereka, selama itu pula mereka tidak melakukan apa yang harus mereka lakukan semenjak malam pertama. Bukannya Beomgyu ingin melakukan 'itu' dengan suaminya, tapi ia sudah cukup pusing ditanya perihal anak oleh Maminya maupun Ibun. Entah bagaimana caranya kedua orang tersebut tau kalau mereka berdua belum melakukannya. Kata Maminya, "Yang udah 'itu' sama yang belum kelihatan bedanya. Cepetan jangan ditunda terus, Mami gasabar gendong cucu!"

Haissh yaudah sih tinggal coba, syukur kalo jadi langsung biar ga ribet direcokin terus sama Mami.

Semenjak obrolannya dengan staff tadi, mood Beomgyu selama pemotretan menjadi tidak karuan. Bawaannya ingin ngeluh, padahal tidak ada masalah apapun, kecuali masalah yang di atas tadi.

Kini ia sedang menunggu suaminya yang katanya akan menjemput. Soobin memintanya menunggu di sebuah restoran sekitar Pantai Bangameori, tempat Beomgyu melakukan pemotretan tadi. Ia bilang 'selagi ada di dekat pantai, sekalian dinner di resto.'

"Kenapa gak masuk duluan? Kenapa gak pakai jaket?" Tiba-tiba terdengar rentetan pertanyaan dengan suara familiar tak jauh dari tempatnya duduk menunggu.

Beomgyu mendongakkan kepalanya memandang wajah Sang Suami yang menjulang tinggi di depannya.

"Buat pertanyaan pertama, aku takut salah resto. Yang kedua, tadi belum dingin."

Soobin hanya menghela napas lalu melepas jas yang ia kenakan, "Pakai ini dulu aja. Ayo masuk."

.
.
.

Keduanya makan dengan tenang, bukan karena mementingkan tatakrama di meja makan. Tapi memang tidak ada hal menarik yang bisa mereka bahas. Satu persatu makanan disajikan, dari makanan pembuka, utama hingga penutup. Sampai hanya tersisa wine yang disajikan, bukankah ini waktunya mereka untuk sedikit berbincang?

"Semua kerjaan kamu disini udah selesai?" Soobin meletakkan gelas winenya setelah menyesapnya sedikit, ia tidak boleh mabuk karena masih harus berkendara ke hotel mereka.

Hambar - SoogyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang