12

863 62 7
                                    

"Sean, kenapa diam terus sih?"

Tatapannya beralih dari Zoo yang duduk di pojokan sendiri, Sean sejak tadi ingin menyapa namun Nuea terus melarangnya.

"Zoo baik-baik saja, tak usah di pikiran"

"Dia kesepian" lirihnya

"Lah, kau ini dungu atau bagaimana sih?" Omel Nuea "padahal dia sangat jahat padamu, bahkan setelah kecelakaan dia belum pernah meminta maaf"

"Iya aku tau, sudah jangan marah-marah"

"Yah... Makanya jangan dungu"

Sean mengangguk saja, sepertinya akan repot terus meladeni amarah lelaki manis itu. Dia berdiri dari posisi duduknya, hendak berjalan mengambil kotak bekal. Hari ini Mommy-nya memasak udang goreng, kesukaan Sean.

"Sean..."

Merasa namanya di panggil, lelaki kecil membalikkan badan. Itu salah satu guru kelasnya, menenteng sebuah kotak makan siang terlihat begitu menawan.

"Humm, maaf sebelumnya tapi ibu bahkan tak mengerti. Ini pemberian ayah Zoo, dia memberikannya untukmu" sosok wanita agak gemuk itu memberikan kotak makan siang padanya, nampak senyum agak masam.

"Maaf, bisakah di kembalikan saja?"

"Kenapa?, Sean tidak suka?"

"Kenapa harus diberikan padaku?, Kenapa bukan Zoo saja"

Wanita itu termangu, sedikit berdehem lalu menepuk bahu Sean. "Agak mengagetkan, tapi dia bilang nama anaknya Sean. Waktu ibu tanya tentang Zoo, dia bilang Zoo bukan anaknya"

Sean mengangguk paham, tak ingin menyusahkan wanita itu juga dengan kenyataan membingungkan. Dia mengambil kotak makan siang yang entah berisi apa, jujur saja kini kekhawatirannya lebih serius kala Zoo menatapnya tajam di ujung sana.

"Woah... Ini apa?"

"Kotak makan siang" jawab Sean singkat, dia masih merasa tak enak pada Zoo. "Nuea mau makan?"

Lelaki kecil yang manis itu mengangguk cepat, mereka bertatapan agak lama. Karena Sean tak kunjung memulai pembicaraan lagi akhirnya Nuea lahap memakan menu-menu dalam kotak bekal, bahkan beberapa kali Sean hanya sibuk mencuri-curi pandang pada Zoo.

"Sean.. Sean..." Nuea heboh seketika, dan dia membalikkan kepala menatap sahabatnya. "Itu Daddy-nya Zoo kan?"

Sean mengangkat bahu, tangannya terulur mengemasi kotak makan siang. Dadanya berdebar tak karuan kala lelaki dewasa berjalan kearahnya, tak dapat berbohong ekspresi wajah tegas itu sumringah padanya.

"Apa Sean menikmati makan siangnya?"

"Kenapa paman Joong ada disini?" Dia menatap cukup sengit, pandangan teman-temannya bingung luar biasa.

"Humm, sebenarnya hanya ingin memastikan, jika Sean suka dengan makan siangnya. Maka paman akan terus membawakannya untuk Sean"

"Paman pulang saja yah, jika ingin kemari jangan temui aku lagi. Aku kasihan pada Zoo, dia pasti terluka melihatmu berperilaku seperti ini"

Dari nada suaranya yang tak nyaman, Joong menduga pembicaraan ini akan berakhir tak baik. "Tapi, paman sama sekali tak ada urusan dengan Zoo, karena anakku hanya kau bukan Zoo"

"APA?" Nuea ciut, dia menutup mulutnya sendiri. "Jadi? Daddy-nya Zoo, ternyata bukan Daddy-nya Zoo?"

Sean mendelik, dia menggerakkan tangannya asal seolah menepis pembicaraan tak masuk akal. "Paman, tolong pergi dari sini. Semua orang kebingungan"

Joong melirik sekilas di ujung sana nampak Zoo yang menatapnya sendu, senyumnya jadi masam. "Aku tak bisa melakukan apapun, aku hanya menginginkan anakku. Bukan anak orang lain"

Cruel Temptation 2 [Joongdunk]18+[END]Where stories live. Discover now