24 END nc (18+)

2.8K 102 13
                                    

"Daddy... Minggir"

Joong menggeleng, wajah pria itu merajuk. "Ayo makan siang, jangan main tembak-tembakan terus, nanti Mommy marah"

"Jika bidikan ku berhasil, aku akan makan. Ini yang terakhir"

Joong menyingkir ke tepian, rerumputan di halaman masih basah bekas permainan mereka sejak tadi. Di ujung sana Sean membidik, menembakkan peluru mainan dengan suara berisik. "Yeahh...." Joong yang girang, mengambil anaknya dan menggendong berlarian memasuki rumah. "Jagoan Daddy yang terbaik"

"Humm, Daddy juga yang terbaik"

"Tapi Sean, jauh lebih yang terbaik"

Lelaki kecil duduk di atas kursi, kemudian mencondongkan badan ke meja dengan wajah riang. Tangannya berpegang pada permukaan meja menyimak satu menu yang menggugah seleranya, "nyumm... Udang goreng kesukaanku"

"Dunk... Ayo makan..."

Lelaki manis muncul dari dalam kamar, dia menatap puas satu menu diatas sana. "Bibi sudah pulang?"

"Humm, ada sedikit urusan di sekolah anaknya"

Dunk mengangguk paham, sang anak telah asik memakan udang yang tersaji. Tak dapat ditoleransi lagi, dia merasa hangat akan keluarga kecilnya.

"Kenapa kau hanya makan satu menu setiap hari nak, itu membosankan"

"Ckk... Dia sudah terbiasa, tak sepertimu" oceh Dunk, dan Joong hanya bisa melempar senyum bangga mengusak rambut jagoannya.

"Daddy punya sesuatu untuk Sean"

Si kecil menatap menyelidik, namun beralih pada Dunk yang mengangkat bahu seakan berkata tak tahu apa-apa.

"Penasaran yah?"

"Daddy... Aku suka jika Daddy memberikan sesuatu, tapi jangan berlebihan." Mulutnya berhenti mengunyah, lebih fokus pada Joong. "Seperti kemarin-kemarin, selalu membelanjakan permainan tak penting, akhirnya tak disentuh juga"

"Nah kan... Joong terlalu antusias, sedangkan Sean tak terlalu suka banyak permainan aksi"

Pria dewasa mengendus, akhirnya terkesiap. "Maafkan Daddy yah, tapi tidak lagi deh... Masalahnya saat pulang dari pabrik biasanya selalu singgah di toko mainan, jadinya kalap"

Sean mengedipkan mata pada Joong seolah tanda semangat. "Terima kasih yah, tapi Sean sudah punya banyak permainan dari paman Daniel."

"Baiklah, Daddy tak akan boros lagi membelikan mu mainan" Senyuman dua malaikatnya begitu berseri-seri, sebelum Dunk hendak berlalu Joong lebih dulu menautkan jemari mereka dan menatap lelaki manis itu. Seluruh dunia di sekitar mereka tidak penting lagi, Satu-satunya dunia Yang ada di dalam hatinya hanya keluarga kecil mereka, semua ini membuat Joong tidak bisa menggambarkan kehangatan yang dirasakannya. Kehadiran Sean ditengah-tengah mereka seperti bintang paling terang, hari ini dia merasa telah mendapatkan kesempurnaan.

"Bisakah seperti ini saja selamanya?, Hanya kita bertiga saja?" Tanya Dunk dengan wajah terharu.

"Bagaimana jika kita ber-empat?" Joong cengengesan sontak mendapat pukulan pelan dari Dunk. "Aww.. apa aku salah?"

"Daddy? Yang ke-empatnya siapa?" Tanya Sean dengan raut bingung.

"Jangan pedulikan Daddy-mu, dia sedang tak beres"

Joong memeluk pinggang Dunk begitu semangat, matanya berbinar dan tak berhenti berwajah riang. "Aku sangat sangat mencintaimu, ayo kita buat satu anggota keluarga baru lagi"

.
.
.
.
.

"Bagaimana kau bisa setampan ini?"

Malam gelap Pembawa suasana sunyi, kedua lelaki di dalam kamar nampak saling memangku dengan Joong yang sudah bersandar di kepala ranjang. Tangannya mengusap punggung sang istri dengan lembut, dia memejamkan mata saat wajahnya di usap oleh Dunk.

"Kamu memiliki senyum terindah yang pernah ada...." kata Joong sambil tertawa.

"Joong... Apa kau tak berniat memilikiku malam ini?"

Sentuhan lelaki manisnya, Kata-kata yang menenangkan, sontak membuat Joong merinding. Joong mulai memejamkan mata saat Dunk menggesekkan kejantanan mereka masih dalam balutan celana tipis, lelaki manisnya benar-benar sangat cantik, dia tau Dunk adalah orang yang memiliki keseluruhan cerita dalam hatinya. Sentuhan kulitnya, aromanya... Semua begitu Sempurna, dadanya Berdetak begitu cepat. "Dunk... Aku menginginkanmu"

Dengan mata sayu, Dunk memeluk leher Joong dan menggigitnya main-main, aroma maskulin begitu menggoda, dia mulai menjerat leher lelaki itu dengan nafsu yang tak tertahankan. "Joong, aku juga menginginkan mu"

"Aku rasa kita membutuhkan waktu lebih lama malam ini" jelas sekali wajahnya memerah saat mulai merasakan bibir lembut si manis di lehernya. Napas dengan aroma manis menjadi berat saat Dunk mulai menurunkan celana, Joong bersandar dan mulai mencium penuh gelora memabukkan, tubuhnya bergetar, Ini seperti kecanduan.

"Mmhh...." Dunk merasa air berdesir kuat di dadanya, Joong mengisap nipplenya dengan lembut, menggelikan dan nyaris membuat frustasi. Dia memasukkan rambut Joong di sela-sela jarinya, rasa menyenangkan menyergap dada. Kini Joong sudah menindih tubuhnya berada di bawah, mereka bertatapan

"Rinduku tak pernah usai..."

Lautan cinta, mentari terbenam membawa cerita tak bisa melarutkan perasaannya. Kini dia tau bahwa sosok manis dihadapannya adalah pembawa cerita indah, bukan hanya sekedar pelengkap dan penambah. Dunk mutlak menjadi penentu hidup bahagia ataupun duka baginya, hatinya tertaut dalam.

"Kesakitan yang kemarin, aku mohon itu yang terakhir"

Joong merasakan usapan lembut di pipinya, kemudian mencium kening Dunk lama. Dia memasukkan satu tangan didalam celana tipis yang Dunk kenakan, matanya sayu dengan tangan yang mulai menaik-turunkan pijatan pada milik si manis.

Dunk memejamkan mata, merasakan tiap spermanya keluar pelan turun membasahi holenya. Rasa perih pada awalnya, namun saat jari Joong lebih lama berlatih disana semuanya berubah menjadi begitu nikmat.

"Aku akan memasukkannya" Joong terengah, gelora di dadanya tak menghilang. Dia mencoba memasukkan kejantanannya dalam hole milik Dunk, terasa lelaki manis mencengkram bahunya kuat. Mereka saling menatap dalam, Joong menjilat bibir istrinya main-main kemudian tertawa pelan. "Aku mencintaimu"

"Cepat masukkan"

"Iya sabar baby..."

"Akhhh... Joong... Pelan"

Joong mengadahkan kepala, matanya terpejam kuat. "Akhhh... Ini nikmat baby..."

Tok... Tok...

Keduanya menatap diam, masih terpaku pada suara pintu kamar yang di ketuk. "Daddy... Mommy... Di kamar Sean ada anak kucing..."

.
.
.
.
.
.
.

THE END

makasih semua buat support nya, sekali lagi maaf sebanyak-banyaknya jika cerita ini belum memuaskan, tapi buat kedepannya di cerita Joongdunk lain, aku bakal usaha lebih baik lagi🙏🏻 jangan lupa tinggalin jejak, dan buat komen-komen kalian aku selalu semangat, makasih sebanyak-banyaknya 🤗, sampai jumpa di cerita Joongdunk selanjutnya.

Cruel Temptation 2 [Joongdunk]18+[END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz