8A

1.3K 60 2
                                    

Keduanya lalu terdiam dan menikmati makanan masing-masing. Rasanya sunyi sekali. Hanya ada suara jarum jam yang berbunyi di rumah itu.

"Kiara, boleh kita bicara serius? Sebentar aja," kata Hadi saat keduanya sudah selesai makan.

Kiara yang sedang berdiri di wastafel, memandang datar pada suaminya itu.

"Kita nggak bisa kayak gini terus, kita harus bicara, Ki," kata Hadi dengan ekspresi penuh permohonan.

"Oke," jawab Kiara datar.

Keduanya lalu duduk berhadapan di kursi minibar yang ada di dapur. Beberapa detik keduanya hanya terdiam saja.

"Mungkin nggak, kalau suatu saat kamu bisa nerima aku?" tanya Hadi hati-hati, ia takut membuat Kiara tersulut emosi.

"Nggak akan mungkin! Aku nggak akan pernah suka sama Om Om," jawab Kiara tanpa berfikir panjang.

"Memangnya aku mirip om om?"

"Jadi selama ini kamu nggak nyadar?"

"Tapi kan aku udah merubah gaya fashion-ku," protes Hadi tak mau kalah. Ia yakin kalau dirinya sekarang ini sudah keren, tidak seperti dulu lagi.

"Tetep aja umur nggak bisa bohong," kata Kiara ketus.

Hadi menghembuskan nafasnya perlahan-lahan. Ia menatap istrinya itu lekat-lekat.

"Kenapa kamu mau menerima pernikahan ini? Harusnya dari awal kamu tolak aku aja, biar kita nggak saling tersiksa kayak gini," kata Hadi dengan nada rendah.

"Aku mau nikah sama kamu karena uang. Apakah jawaban aku cukup puas?" tanya Kiara sinis.

"Berapa persen aku di hati kamu?"

"Kalau ada duit dua puluh persen, kalau nggak ada duit nol persen!"

"Kalau gitu, aku akan terus kerja keras supaya bisa punya banyak duit. Biar aku selalu ada di hati kamu."

"Udah ngomongnya? Cuma mau ngomong itu aja?" tanya Kiara yang sudah mulai bosan.

Hadi mengangguk pelan.

Tanpa berkata apa-apa, Kiara langsung saja naik ke perpustakaan dan mendekam di dalam sana.

Perempuan itu duduk di lantai yang dingin sambil memeluk lutut. Ia kesal sekali pada Hadi. Entah mengapa, hanya dengan melihat wajah suaminya itu saja sudah membuat emosi Kiara memuncak sampai ke ubun-ubun.

Kiara tidak tahu ia akan bertahan dengan kondisi seperti ini sampai berapa lama. Rasanya ia ingin menyerah dan mengakhiri semuanya.

🌿🌿🌿

Pagi ini Kiara memutuskan untuk belanja ikan di warung yang tak jauh dari rumahnya. Lauk yang Hadi beli adalah unggas dan daging merah. Padahal Kiara pinginnya makan ikan.

Kiara capek protes, akhirnya ia memutuskan untuk belanja sendiri saja.

Jarak warung dan rumah Kiara hanya beberapa meter saja, jadi perempuan itu memutuskan untuk jalan kaki saja.

Sesampainya di warung, Kiara tidak langsung masuk. Dari dalam warung, ia mendengar percakapan yang membuat emosinya tersulut.

"Laila, kalau kamu emang suka sama Bang Hadi, ya perjuangin, dong! Rebut dia dari Kiara."

Yang berbicara itu adalah Nadin si pemilik warung. Nadin dan Laila adalah teman akrab. Nadin sudah berumahtangga dan memiliki dua orang anak, sedangkan Laila masih single.

Kiara kenal dengan keduanya karena mereka adalah tetangga.

Terpaksa Menikahi Om-om (Tamat)Where stories live. Discover now