22

48.6K 5.7K 609
                                    

Selamat membaca.
Jangan lupa VOMENT.
Follow ig aku justkinaaaaa bakal aku follback kok

●○●○

"Mau peluk Mama?"

Kinanti melebarkan tangannya memberi isyarat pada Laura agar memeluknya saat ia berdiri tepat di depan anak gadisnya itu.

Karena Laura tak kunjung memeluk dirinya, akhirnya ia yang memeluk tubuh kurus gadis kecilnya dengan sangat erat saking ia merindukan anaknya yang satu ini. Airmata mama dan anak itu mengalir deras lantaran akhirnya mereka bertemu kembali setelah enam tahun berlalu.

Romero berdiri di samping Kinanti dan memandang mantan istrinya itu dengan penuh rindu.

Kinanti menurunkan masker Laura dan menghapus air mata anaknya itu dengan sangat lembut. Kemudian ia mengecup seluruh wajahnya dengan penuh haru. Penantiannya selama enam tahun ini akhirnya terwujud—Laura mau menemui dirinya.

"Kangen banget sama, Adek." Kemudian ia memeluknya kembali dan sesekali mengecup kepalanya yang tertutup bucket had.

"Kita masuk ke rumah aja, yuk. Di sini panas." Kinanti membawa Laura masuk ke dalam rumahnya sambil merangkul pundak gadis kecilnya itu yang tingginya mencapai dagunya. Kinanti termasuk tinggi, ia memiliki tinggi badan 178 cm. Dan sebentar lagi Laura akan menyamai tingginya, anaknya itu tumbuh dengan sangat pesat.

Kinanti melewati Romero begitu saja. Meliriknya saja ia enggan. Ia mendudukkan Laura di sofa ruang tamu dan ia duduk di sampingnya sambil tersenyum begitu lebar.

"Anak Mama makin cantik. Kamu apa kabar, Sayang?"

Mata Laura kembali berkaca-kaca saat mamanya menanyai kabarnya. Selama ini ia tidak baik-baik saja tanpa sosok wanita di depannya ini bak seorang malaikat.

"Aku ... baik, Ma," lirih Laura sangat pelan yang hanya Kinanti dapat mendengarnya sedangkan Romero yang duduk di seberang sana tidak mendengarnya.

"Sayang, Sayang ... Mama masih pengen peluk kamu. Kangen banget sama anak Mama yang satu ini." Kinanti kembali memeluk Laura dengan senyum lebar terukir di wajanya yang berseri-seri.

Merasa ada seseorang yang memperhatikannya, Kinanti melepas pelukan Laura dan menatap seseorang yang duduk di seberang sana. "Boleh tunggu di luar saja? Saya mau ngomong berdua sama anak saya dulu," ujarnya datar dan menatap tajam Romero.

Hati Romero terluka mendengar Kinanti yang bisa formal padanya dan menatapnya dengan tatapan tajam. Ia tidak menyukainya tapi ia merasa deja vu.

"Oh tidak usah! Kamu di sini saja," ujar Kinanti cepat saat ia melihat Romero hendak beranjak dadi duduknya. "Yuk, Sayang, ada yang mau Mama omongin ke kamu." Ia berdiri dan menarik tangan Laura dengan sangat pelan, ia tidak akan menyakiti anaknya seujung pun.

"Mau ke mana, Sayang?"

Pertanyaan itu Romero tujukan pada Kinanti, tapi justru Laura yang menjawab dengan mengedikkan bahunya tanda tidak tahu.

Kinanti membawa Laura menuju kamarnya dan mendukkan gadis kacilnya di atas ranjang. Tapi Laura tidak mau duduk, ia justru bersujud di kaki Kinanti sambil menangis. "Maafin aku, Ma. Aku nyesel banget pernah minta Mama pergi dari rumah. "

Melihat itu, mata Kinanti terbelalak dna langsung saja ia bersimpuh di depan Laura yang kini bersujud di kakinya dan mencium kakinya. "Hei, nggak usah lakuin ini, Sayang. Tanpa kamu lakuin ini pun Mama udah maafin kamu. Sekarang bangun, yuk, kita duduk di ranjang aja atau sofa biar enak ngobrolnya."

Laura menggeleng dan menerjang tubuh Kinanti. Memeluknya erat dan menangis tersedu-sedu di dada sang mama. "Jangan maafin aku semudah itu, Ma. Hukum aja biar aku lega karena pernah usir Mama di rumah dan lebih memilih wanita itu."

Forgive Me, Mom [END]Where stories live. Discover now