[1]

40 8 3
                                    

Admaja Halim Pangestu.

Satu nama itu selalu berseliweran selama sebulan penuh di pertelevisian Indonesia. Setiap detiknya nama politikus berumur 47 tahun itu memenuhi seluruh siaran dari pagi hingga malam,seperti media yang tidak ada capeknya mengungkapkan segala kebaikan pria setengah baya itu.

Yerin hanya bisa berdecak kesal entah untuk keberapa kalinya ketika headline seluruh berita berisi nama orang yang sama. Dia benar benar jengah.

Media mengaggung-aggungkan pria tersebut dengan begitu berlebihan. Bahkan bisa disebut sudah masuk tahap over.

"Keluarga pangestu bener bener ya,aib mungkin cuman 0,1 persen dari seluruh informasi yang gue dapat," Jeje meletakkan setumpuk dokumen ke atas meja tim mereka. Menarik perhatian keempat orang yang tadi masih sibuk dengan berita heboh sekarang. "Gue gak ngerti,kita yang terlalu bego atau emang keluarga pangestu no aib?"

"Gak mungkin lah Je,politikus gak ada yang bersih." Ucap Genta sebagai ketua tim.

Andira sebagai pembawa acara juga sedang bergabung sibuk mendengarkan hingga dia bertanya. "Jadi aku gak punya pertanyaan tetap kan buat seorang pak Pangestu? Atau mungkin bawahannya udah mempersiapkan pertanyaan sendiri?"

Genta terkekeh, "Seperti biasa,Ann. Kamu boleh kelok kiri-kanan," Genta mengedipkan matanya sebelah,menggoda bagai lelaki bajingan di luar sana. "Melenceng sedikit sih ... no problem kalau di aku."

Andira yang mengerti menoleh ke arah Yerin yang sudah mengurut dahinya penat. "Gue ngelarang pun kalian bakal trobos terus. Terserah deh."

Kalimat itu disambut tos ala ala antara Andira dan Genta.

Kedua orang itu sangat kompak dalam hal-hal memacu adrenalin dan mengimbaskan seluruh tim Garap Indonesia terhadap kemarahan para tamu undangan di acara talk show secara live tersebut.

Tim Garap Indonesia sudah biasa menjadi ajang kampanye bagi partai partai yang akan menyalonkan diri pada pemilihan Presiden berikutnya. Bukan presiden saja,bahkan seorang putri tunggal keluarga Sutedjo saja dapat duduk di depan kamera untuk pertama kalinya. Ya, tim ini tidak bisa di anggap remeh saat menggaet para orang berpengaruh di negri ini. Mereka belum gagal sekalipun.

Mulai dari deretan para koruptor,politikus,artis,hingga para konglomerat Indonesia sudah pernah menginjakkan kakinya di sini.

Tentunya dengan berbagai drama di akhir acara. Ketika Andira dengan mulut lemesnya akan mengeluarkan pertanyaan yang bisa mmebuat Yerin mati di tempat karna darah tingginya.

"Mbak Yer udah was-was tuh. Mau gue siapin obat diapet strip gak mbak?" Tawar Jeje dengan tampang inoncent.

Yerin mendelik kesal. "Lo kira gue diare?!"

Zen yang menyimak dari tadi sudah ketawa ngakak. Dia yang paling bersemangat nanti jika suasana sudah sangat panas. Lelaki itu akan tersenyum lima jari sambil memperhatikan para bawahan guest star sudah mempersiapkan aba-aba untuk menarik tuan atau nyonya nya keluar dari ruangan.

Talk show ini pedang bermata dua.

Bisa melukai dan juga mengobati.

"So? Pangestu beneran nerima tawaran kita?" Tanya Zen sambil mulai membaca salah satu kertas dokumen yang diberikan Jeje tadi.

"Yap,seperti yang lo liat. Besok dia udah bisa dipastiin nginjakin kaki di atas panggung sandiwara kita," Genta mengusap dagunya pelan. Matanya menatap ke atas,berpikir keras dengan situasi besoknya. "Gue berharap pria itu gak mudah masuk perangkap."

"Kamu dukung dia pas pemilu?" Tanya Andira cepat.

Genta mengangguk. "Gimanapun tertutupnya keluarga Pangestu. Beliau itu orang yang bertanggung jawab. Sepak terjang gue gak setahun dua tahun buat tau apa aja rahasia besar petinggi negri ini."

Preili,Ay!Where stories live. Discover now