[3]

23 7 2
                                    

"You are mad?"

Yerin mengarahkan pandangannya. Menatap Andira lalu tersenyum. "Oh ... Enggak."

"Yes,you are. Kenapa mbak? Gak biasanya." Andira yang duduk di sampingnya sejak beberapa menit yang lalu. Saat ini keduanya sedang berada di cafe lantai dasar gedung. Tepat sejam setelah berakhirnya wawancara pak Pangestu.

"Enggak kok."

"Owh ... okey."

Yerin menatap sebentar ke arah Andira lalu menghela nafas. "Gue lagi gak di posisi pengen curhat. Sorry."

Andira mengangguk sambil menyeruput Americano-nya. "Gak apa kok mbak. Aku ngerti kok. Asal besok aku gak dengar aja kabar mbak mati gantung diri."

Sahutan itu mengundang kekehan geli keduanya. Yerin suka suasana ini,dia merasa ringan. Ntah lah,tapi hal ini membuatnya nyaman.

"Oh iya mbak,guest selanjutnya siapa lagi kata Genta?" Tanya Andira penasaran.

"Hmm setau gue pewaris utama Holings group deh. Gue gak kenal juga," jawab yerin seadanya. "Tapi bisa gak sih kali ini Zen aja yang gaet tuh guest,gue bikin laporan atau apapun deh."

"Idih,rugi mbak rugi."

"Rugi apaan? Gue cuman duduk di meja sambil ngetik."

Andira melotot, "Bukan gitu mbak ku sayang .... Ini tuh 'pewaris utama'. Yakin mbak?" Yerin mendecak kecil saat tau arah pembicaraan ini akan kemana. "Mana tau kali ini pewarisnya cowok mbak,cowok tulen yang masih suka cewek. Wuihhh ... ngimpi banget aku tuh."

"Lah? Emang iya ngimpi. Tiba yang kayak kemarin,pewarisnya cewek dan bisa bisanya dia lesbi?! Dan gue jadi projek iseng nya tuh cewek." Yerin memasang wajah ngeri saat mengingat ingat lagi masa kelamnya setahun yang lalu.

"Itu mah beda cerita. Emang yang onoh otaknya kagak di pake," Andira melemparkan botol bekasnya ke tong sampah yang tepat di samping kirinya. "Lo mau nambah lagi mbak?"

Yerin menatap ke arah coffe latte nya yang sudah habis lalu mengangguk pelan. "Ehem. Biar gak ngantuk."

Andira berdiri dari duduknya dan merapikan dress simple berwarna abu abunya. "Kalau gak mau ngantuk beli yang pahit kek mbak," setelah merasa perfect,Andira kembali menatap ke arah Yerin meminta izin. "Gue duluan ya mbak. "Gak apa kan?"

"Ya udah,gak apa. Gue juga mau beli lagi."

Andira melambaikan tangan sambil berjalan menjauh ke arah lift. "Bye,mbak."

Yerin beranjak dari duduknya dan berniat ke arah kasir untuk memesan kembali,tidak lupa botol bekasnya dia buang ke tong sampah. Dia berjalan tenang dan agak sedikit was was saat melihat salah seorang karyawan berjalan dengan hebohnya,jangan lupakan beberapa belanjaan ber-merek yang sedang dia tenteng di kedua tangannya.

Haruskah dia bersiap siaga sekarang?

OHH!

Mampus

Kejadian itu begitu cepat,semua perhatian orang di lantai dasar langsung melihat ke arahnya.

Lelaki dengan kemeja putih serta lengannya yang sudah di gulung sampai sebatas siku sedang menatapnya tajam dengan sisa sisa tetesan kopi yang mengucur dari dada.

Oh,shit! Mampus lu Yer.

Yerin semakin melongo saat karyawan wanita dengan berbagai tentengannya tadi juga tampak terjatuh dengan menggenaskan di atas keramik dingin. Dia membeku. Tidak tahu harus berbuat apa.

Yerin bingung. Semua kejadian itu terjadi begitu cepat saat Yerin hendak menghindar bersamaan dengan karyawan itu yang menghindar juga dengan panik lalu Yerin menabrak seseorang hingga ....

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jun 04, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Preili,Ay!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora