bg.17

46 9 8
                                    

Jevan berdiam diri dengan pandangan mengarah pada sebuah kamera ditangannya. Banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya, salah satunya adalah. Apa yang dilakukannya ini sudah benar ?

Jevan ragu untuk memulai. Akhir-akhir ini banyak keraguan suatu hal yang hinggap dalam pikirannya. Bahkan sampai sekarang ini, ia masih bergelut panas dengan semua keraguannya.

Sempat berfikir, apakah ini petunjuk ?

Tidak, tidak. Ia tidak boleh berpikiran terlalu jauh.

Akhirnya helaan nafas berat itu keluar. Sangat lelah bahkan hanya untuk sekedar duduk. 

Matanya dipaksa tertutup, jevan memaksa tersenyum lebar. Pasti tangan yang tengah menutup matanya ini adalah Shania.

"Kak Sha, gue udah tahu kali." Ujar jevan dengan kekehan kecilnya.

"Ah ga asik!" Keluh Shania karena ia gagal menjahili lelaki itu.

"Sini" Jevan menarik tangan gadis itu agar duduk disampingnya. Ia menatap Shania dengan tatapan khasnya yang kali ini tampak berbeda. Sangat cantik sehingga Jevan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah manis itu.
Sedangkan sang empu yang menerima tatapan memuja Jevan hanya mampu terdiam dengan pipi yang memerah.

"Jev ? A-ada yang salah di wajah aku ya?"

Jevan menggeleng, ia memajukan tubuhnya agar lebih puas dan leluasa menatap wajah itu. Shania mendadak gugup, jantungnya berdegup kencang.

Dengan keberanian yang cukup akhirnya Shania ikut mengelus pipi Jevan yang tampak tirus itu.

Tanpa sadar keduanya semakin dekat, Shania menutup matanya saat Jevan terlihat ingin menyambar bibirnya, Jevan yang mendapat persetujuan dari Shania ia memajukan wajahnya lagi sampai hanya tinggal beberapa inci dengan Shania.

Tidak. Ini tidak benar.

Keraguan itu datang kembali ke dalam pikirannya.

"Ssh" keluhan jevan membuat Shania membuka matanya, "kenapa jev ? Ada yang sakit ?"

Jevan masih menunduk, ia menggeleng.

"Maaf kak. Ga seharusnya gue kayak gitu." Sesal jevan.

Shania yang menyadari bahwa lelaki itu tengah merasa bersalah, ia memegang tangan jevan membuat sang empu melihat ke arahnya.

"Jevan. Dengerin aku ya ? Aku jujur ga masalah dengan itu. Lagian aku suka sama kamu jev." Ujar Shania, ia tidak peduli jika ia dulu yang menyatakan perasaannya.

Jevan seketika mendongak, menatap Shania dengan kagetnya. "A-apa?"

"Aku suka sama kamu."

"Aku sayang sama kamu."

"Aku c—

"— jangan kak."

"Jangan sama gue ya ?" Ucap jevan, tangannya terjulur membenahi anak rambut Shania, " cari yang lain yang bisa buat lu bahagia ya kak." Lanjutnya.

"Kenapa ? Kamu bisa buat aku bahagia juga jev."

Jevan menggeleng pelan, "lu tau gue dari dulu kak. Urakan, nakal, ga punya sopan santun."

"Terus?! Sekarang emang kamu kelihatan nakal ? Tanpa sadar kamu juga udah berubah jev!"  Teriak Shania tanpa sadar.

Jevan terdiam, Shania juga diam. Bedanya gadis itu sekarang akan menintitikkan air matanya.

Hari ini yang mereka rencanakan untuk menghabiskan waktu bersama, ternyata gagal. Jevan yang kemarin ingin sekali merekam canda, tawa, senyuman manis Shania kini tak bisa. Malah kameranya sekarang tengah merekam keduanya berdebat.

Ex- || Anak SMKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang