13

192 20 1
                                    

Happy reading lah ya...
Maaf kalo ada kesalahan kalimat atau kesalahan ketik!

❣️

Rasanya Tressa ingin menangis dan meraung saat ini juga, padahal baru semalam ia mengeluh pada dirinya sendiri yang merasa begitu lelah juga tertekan akibat tuntutan pekerjaan yang begitu padat belakangan ini.

Dan dengan tidak tau dirinya, seorang putra konglomerat yang kata Kharis merupakan Penyelamat ekonomi negara itu kini tengah berbuat semena-mena terhadap dirinya dan juga pekerjaannya. Sungguh, Tressa merasa pusing saat ini.

Dr. dr. Harieandy Hidayat SP.BTKV (K).
Kepala Bagian Bedah Toraks dan Kardiovaskular.

Tressa hanya dapat menatap sebuah nama yang tertera pada papan nama di atas meja kerja ruangan atasannya dengan lamat, sebelum di buyarkan oleh suara dentingan cangkir teh yang di taruh tepat di hadapannya oleh dokter Hari.

Pria paruh baya tersebut duduk sambil menyesap teh miliknya sendiri, ia kemudian menatap Tressa yang hanya terdiam dengan wajah kusutnya.

"Kalau di liat dari muka kamu sih sepertinya kamu sudah tau kenapa saya manggil kamu sekarang," Dokter Hari berucap dengan tenang.

"Iya. Barusan dokter Andro menghubungi saya sebelum anda panggil kesini," jawaban Tressa sontak membuat dokter Hari mengangguk paham, di taruhnya cangkir teh dengan ukiran apik tersebut kembali ke atas meja, lalu netranya yang sudah mengalami rabun itu ia alihkan pada sosok cantik berdarah Barat di hadapannya.

"Lalu? Kamu mau pergi ke Singapura?" Tressa menggeleng.

"Saya tidak mau. Tapi memangnya saya ada pilihan lain?" Dokter Hari kembali mengangguk pertanda setuju.

"Sebenarnya, kamu bisa minta bantuan dokter Kharis, tapi kayaknya itu agak susah. Apalagi dia berangkat untuk mantau operasi ke rumah sakit lain tadi pagi."

"Saya juga gk berniat untuk minta bantuannya dok."

"Kamu kelihatan pasrah sekali kali ini, kayaknya pasien VIP itu memang benar-benar suka sama kamu. Bahkan sampai rela hubungi pak direktur untuk minta kamu temani dia ke Singapura secara langsung."

"Masalah saya hanya tentang jadwal operasi seminggu kedepannya dok."

"Gk usah khawatir, dokter Andro sudah atur itu dengan dokter lain dari Pelita Sagraha."

"Memangnya mereka bersedia?"

"Mustahil mereka nolak," di dalam hati Tressa mulai beropini bahwa hal itu masuk akal, memang siapa yang bisa menolak perintah langsung dari pihak pusat?

"Tapi ambil aja hikmahnya, Pak Rahadyan juga gk akan kamu rawat selalu kan? Kamu bisa menenangkan diri atau sekedar refreshing dan istirahat dari berbagai tekanan rumah sakit disana. Yang paling penting, tuntutan pak Rahadyan otomatis akan di cabut kalo kamu bersedia untuk ikut dengan dia kan?"

"Iya pak."

"Kalau begitu kamu bisa pulang dan bersiap-siap. Untuk urusan visit dan kontrol pasien kamu akan saya urus sama dua residen kamu itu," Tressa menatap dokter Hari dengan pandangan sendu.

"Maaf merepotkan dokter."

"Mana ada? Saya cuma kebetulan senggang saja. Lagi pula jika sudah pensiun nanti belum tentu saya dapat kesempatan membantu calon istri orang berpengaruh seperti kamu ini," Dokter Hari berkata, sedikit menggoda Tressa yang justru melayangkan senyuman hambarnya saat itu juga.

"Alangkah baiknya kalau dokter gk bilang seperti itu lagi."

"Oh, maaf. Soalnya kalian kelihatan cocok. Haha..."

Sound Of HeartbeatWhere stories live. Discover now