26

146 14 6
                                    

Happy reading 💗

Kalau ada kesalahan kata atau kalimat yang menyinggung boleh tolong di koreksi.

❣️

Seperti yang dikatakan Tressa tadi malam, bahwa ia mungkin tak dapat pulang dan akan menginap di rumah sakit semalaman. Perempuan itu kini duduk di ruangannya, menatap dua orang dokter residen yang berdiri sembari menunduk dalam di hadapan perempuan itu.

"Kalian ngapain aja semalam?" Baik Gilang maupun Raya sama-sama tak bersuara, keduanya hanya semakin menundukkan kepala mereka yang sudah terasa amat pegal itu, "kalian tuli apa gimana?!" Keduanya tersentak kaget, Gilang bahkan sedikit membalikkan tubuhnya karena takut.

"M-maaf dok, tadi malam kita kelaparan jadi-"

"Kenapa gak pesan makanan aja? Raya saya mau nanya kamu kemana aja tadi malam? Kenapa kamar jaga sampai kosong?! Beruntung ya saya bisa cepat-cepat ke rumah sakit, kalau enggak kalian berdua mau tanggung jawab?"

"Maaf dok," Lirih keduanya.

"Kenapa bisa hal kayak gini kalian sepelekan, kalian ini benar-benar mau jadi dokter atau bagaimana?!" Keduanya kembali tersentak.

"You guys... Ugh...!"

"Useless," Desis Tressa tajam, ia memijat pelipisnya yang berdenyut sakit.

Semalam dimana ia tiba-tiba mendapatkan laporan mengenai pasien transplantasi jantung di bangsal anak yang mengalami kejang dan memuntahkan begitu banyak darah oleh perawat bangsal, ia pun menanyakan keberadaan dua bawahannya yang tak satu pun dari perawat tersebut yang mengetahuinya.

"Saya bakalan kasih kalian surat peringatan untuk ini," Gilang dan Raya langsung mendongak dengan wajah penuh akan keringat dinginnya.

"Dok-"

"And I hope this will not happen again. Ini peringatan keras dari saya."

"Baik dok."

"Kalian keluar! Gak usah datang ke operasi saya nanti siang, laporan untuk thesis kalian juga gak akan saya tanda tangani untuk sementara sampai kalian dapat surat persetujuan langsung dari dokter Hari. dan buat surat permohonan maaf juga buat keluarga pasien! Dasar orang teledor!" Tressa berucap sinis. Tatapannya yang tajam kian menajam, mengintimidasi dua orang tersebut.

Setelah keduanya pamit undur diri akhirnya Tressa dapat menyandarkan bahunya yang menegang dan terasa amat pegal itu. Hanya saja tak lama pintu kembali terbuka, menampilkan sosok berambut coklat yang mengintip di balik pintu tersebut.

"Sarapan," Ujarnya sembari mengangkat bungkus berisi empat styrofoam yang entah apa.

"Sejak kapan lo ganti rambut?" Sosok itu, Kharis lalu tertawa kecil, tadinya dia sedikit gugup begitu melihat dokter Raya yang seperti akan menangis begitu keluar daridari ruangan ini.

"Kemarin sih. Lagian kemarin kan kita gak ketemu," Kharis berlalu, pria itu duduk di sofa kecil ruangan sembari membuka satu persatu styrofoam yang ia bawa, ada bubur ayam dan juga gorengan. Entahlah, saat berangkat ke rumah sakit tadi ia tiba-tiba menginginkan makanan itu.

Tressa beranjak dari duduknya, ia memang belum sarapan, jadi tak ada salahnya menerima traktiran Kharis itu.

"Tadi malam lo gak pulang?" Tanya Kharis.

"Gue ke rs tadi malam," Jawabnya, meraih bubur untuk ia aduk merata.

"Bisa-bisanya lo aduk," Kharis berucap nanar.

Sound Of HeartbeatWhere stories live. Discover now