03. rumah

2.5K 388 100
                                    


Jam dua pagi, dan Sopan dibangunkan oleh suara berisik [Name] yang berada di kamar sebelah. Pikirnya, kenapa gadis ini belum tidur juga? Padahal sekitar empat jam lagi matahari akan terbit.

Awalnya, Sopan tak begitu terganggu. Namun, ketika mendengar suara teriakan dan tangis yang kian mengencang seiring berjalannya waktu, pemuda itu langsung bangun dari ranjangnya. Takut-takut terjadi sesuatu.

Ia menghampiri kamar sebelah, mengetuk pintunya pelan sebanyak tiga kali sebelum bersuara. "[Name]? Sa―aku boleh masuk?"

"...."

Tak ada jawaban. Padahal tadi berisik sekali. Saat Sopan coba dekatkan telinganya pada pintu kamar milik [Name], suara isakan itu kembali terdengar walau samar. Ah, gadis itu mencoba untuk menahan suaranya.

"[Name]?"

Sopan coba ketuk sekali lagi, walau akhirnya tak ada jawaban juga. Ia tetap mendekatkan telinganya pada pintu [Name], sesekali ia mengintip dari kenop pintu―siapa tahu saja bisa, gitu.

Sreek.

Suara kertas terdengar di telinga Sopan. Pemuda itu celingak-celinguk mencari asal suara, sebelum menoleh ke bawah dan mendapati kertas dengan sedikit bekas air mata di bawahnya, di sela-sela bawah pintu.

“sorry, suaraku ganggu ya?

Itu yang tertulis. Sopan tahu, gadisnya sedang tidak baik-baik saja. Tanpa babibu lagi, dia membuka pintu [Name] yang untungnya tak terkunci. Entah itu sebuah keberuntungan karena [Name] lupa mengunci pintu, atau memang ia tak pernah mengunci pintu.

"[Name]?"

Di atas ranjang, Sopan tak melihat keberadaan sang gadis. Namun, saat ia membuka pintu lebih lebar lagi―rasanya pintu itu tertahan, seperti ada sesuatu di baliknya.

Benar saja, ada [Name] di balik pintu tadi.

"...."

Tak ada yang bisa Sopan katakan ketika melihat gadis itu meringkuk di pojokkan belakang pintu dengan air mata yang mengalir. Ada masalah apa, sih?

Perlahan Sopan memasuki ruangan gadisnya, ia menutupnya pelan dan menyamakan tingginya dengan sang gadis.

"Kamu menangis? Tidak mengantuk?"

Itu yang pertama kali Sopan tanyakan ketika di depannya sudah jelas [Name] sedang menangis.

[Name] tak menjawab, ia menyerahkan ponselnya pada Sopan yang saat ini masih merasa kebingungan. Untungnya, Sopan tak banyak tanya lagi. Ia menerima ponsel [Name] dengan bingung―lalu melihat layarnya yang mana sebuah isi pesan dari adik ipar.

Satu persatu pesan nya ia baca―sampai akhirnya dia berada di bagian pentingnya dan langsung tersentak. Matanya melirik [Name] yang terisak dengan panik, "kamu kenapa diam dan meringkuk di sini dari tadi? Harus nya bangunkan aku!"

Sopan menaruh ponsel [Name] ke asal tempat, ia langsung berlari menuju ke kamarnya untuk mengambil jaket hitam dan kunci mobil. Tak lupa juga dompet dan ponsel kesayangannya.

Setelahnya, ia kembali ke kamar [Name], dan melihat gadisnya yang sedang memakai jaket miliknya. Ah, gerakannya sangat lambat. Gadis itu pasti terkejut setelah menerima pesan dari sang adik jam segini.

Menerima pesan pada jam dua pagi jikalau sang ibu yang ia perjuangkan selama ini sudah tiada. Mana mungkin [Name] tak terkejut. Buktinya ia sampai memberantaki ruangannya.

Gadis itu tadi sangat kebingungan, ingin ke sana namun naik apa? Lalu bagaimana izin ke Sopan? Ingin meminta tolong pada Sopan, tapi bagaimana? Apa boleh ia meminta tolong pada tuan rumah ini? Gadis itu tak tahu harus apa. Akhirnya, ia memilih mengamuk di dalam kamar yang langsung disadari oleh Sopan.

"[Name], ayo."

Sopan menarik tangan mungil itu, membawa gadisnya segera ke mobil agar mereka bisa sampai lebih cepat di sana.

"Mama..."

Tak ada pembicaraan, hanya itu yang Sopan dengar setelah gadisnya menangis dan diam saja di dalam kamar ketika mendengar kabar duka ini.

; bahasa.

Sampai di Rumah Sakit, [Name] langsung emosional, dan Sopan biarkan hal itu. Ia tak mencoba menenangkan [Name], ia malah membiarkan gadis itu mengamuk dan mengeluarkan semua kesedihannya pada sang ibu untuk yang terakhir kali.

Sopan kehilangan; kehilangan gadis cantik yang kini sudah menjadi milik kakak pertamanya. [Name] juga kehilangan; kehilangan sang ibu yang sedari dulu ia perjuangkan.

Namun, mereka berbeda. Sopan memang kehilangan, tetapi tetap bisa bertemu dengannya di dunia ini. [Name] kehilangan ibu nya―dan itu kehilangan selama-lamanya. Hanya sebuah ukiran batu nisan yang bisa ia temui selanjutnya.

Duka ini Sopan yang menangani. Biarkan istrinya itu bersedih, Sopan bagian yang mengurus prosesnya.

"Aku yang urus ini. Kamu tenangkan pikiran dan diri dulu aja." begitu kata Sopan tadi.

Dan kini, keduanya sedang duduk di kursi Rumah sakit, dengan [Name] yang berpandangan kosong. Gadis itu masih sedikit terkejut.

Ibu nya sudah seperti rumah untuknya bersandar―bisa saja [Name] menyandar pada ketiga adiknya, tapi ia tak mau. Ego nya sebagai 'kakak' terlalu tinggi. Ayahnya yang begitu tak bisa ia jadikan sandaran. Jadi, satu-satunya yang menjadi sandaran [Name] hingga hari ini adalah ibunya. Walau sakit, ibunya tetap bersedia menjadi sandarannya.

Sekarang, rumah itu sudah diambil kembali oleh yang Maha Kuasa. Sedikit tidak ikhlas, tapi jika ini takdir, mau bagaimana lagi? Setiap awal selalu ada akhir. Setiap kehidupan selalu ada kematian.

"[Name],"

Suara lirih Sopan membuyarkan lamunan [Name]. Gadis itu menoleh pada Sopan dengan gerakan lambat; lebih lambat dari pada biasanya.

"Ya?"

"Mau pulang?"

Pertanyaan bodoh. Pulang ke mana? Memangnya ia punya rumah selain ibunya? Definisi rumah bagi [Name] adalah tempat sandaran. Di mana ia bisa melepas penatnya dan merasa nyaman.

Rumah Sopan? Yang ia tempati sekarang? Apa itu bisa disebut rumah? Bukankah dirinya hanya menumpang? Rumahnya hanya satu.

[Name] tertawa kecil dengan pandangan kosong. "Pulang? Ke mana?"

Sopan paham, gadis ini masih tak bisa berpikir seperti biasanya. Makanya, ia genggam tangan mungil milik sang istri dengan erat.

"Ke rumah."

"... Rumah siapa?"

Untuk beberapa detik, Sopan diam. Namun, tak lama pemuda itu mengukir senyum lembut untuk menenangkan gadisnya.

"Rumah kita."




























“Ayo kita pulang ke rumah kita, [Name].”
―Sopan.

____

Aww rumah kita

maaf ini ide random 😔 dan penutupan sed nya, karena selanjutnya bakal ditambahin bumbu baru lagi hahay

apa kabar kalian? Udah pada masuk lagi, kah?? semangat yuuuk!

bahasa; b. sopan [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang