Kakak perempuan

10 4 0
                                    

Di ruangan ini ada seseorang yang tengah menatap layar laptop dengan tatapan kosong. Dalam kepalanya dia tengah bingung apakah harus memasukkan unsur romansa ke dalam tulisannya atau tidak. Di satu sisi dia tahu bahwa sedikit bumbu romansa akan memberikan secuil harapan di tengah situasi yang begitu menakutkan, tetapi di sisi lain dia tak punya sedikit pun gambaran mengenai romansa secara umum.

Dia hanyalah anak 15 tahun yang telah mengalami begitu banyak kemalangan sebelum belajar arti cinta jadi aku sama sekali tak bisa menyalahkan jika dia bahkan tak bisa menggambarkan detak jantung yang tak beraturan saat berdekatan dengan lawan jenis. Sungguh polos, sungguh bodoh, dan sungguh pengecut, itulah gambaranku mengenainya.

Terdengar seperti aku benar-benar mengenalnya. Tentu saja, aku mengenalnya sama baiknya seperti mengenal diriku sendiri karena dia bukanlah orang lain. Dia adalah aku.
Soni, itulah namaku. Umur 15 tahun, tanggal lahir 1 Januari, golongan darah O, tinggi 155 cm, berat rahasia, dominan tangan kanan, menyukai musik daerah, warna favorit ungu, novel kesukaan Le Petit Prince, film kesukaan When the Wind Blows, status… tidak jelas.

Banyak orang menganggapku sebagai orang dengan selera kuno. Di saat anak-anak seusiaku sibuk dengan sosial media dan kekasih aku malah disibukkan dengan plot dan penokohan dari novel yang mungkin tidak akan dibaca siapa pun. Sangat menyedihkan memang, tapi mau bagaimana lagi? inilah caraku bertahan hidup.

Ngomong-ngomong soal hidup, sekarang aku tengah tinggal bersama seorang pria yang awalnya merupakan tetanggaku tapi kini menjadi tuan rumahku. Shade, nama yang aneh. Dia seorang pria yang baik dan penuh pengertian, terlalu pengertian malah. Untuk suatu alasan yang aneh dia mengijinkanku tinggal bersamanya. Dia memberiku makan, tempat tidur, dan kebebasan tanpa meminta sesuatu yang tidak pantas.

Jika aku mengatakan itu pada orang lain apakah ada yang akan percaya? Kurasa tidak, pria sehat sepertinya tak mungkin tak memikirkan apa yang semua pria seusianya pikirkan. Aku sendiri tak terlalu mengerti apa yang ada di pikirannya, tapi aku bersyukur telah bertemu seorang pria yang baik.

Kehidupanku—kehidupan kami tidaklah seindah kisah dongeng dalam cerita anak-anak. Sebagai manusia modern kami membutuhkan uang untuk hidup dan status keuangan Shade tidak memungkinkan kami untuk menyalakan AC di musim panas (karena tempat ini sendiri tidak punya AC). Dengan kata lain kami hidup pas-pasan atau malah kekurangan.

Shade memang tidak mengatakannya, tapi aku bisa melihat bahwa keuangan kami sedang kritis. Dia tidak pernah makan terlalu banyak dan itu membuatku malu karena sering sekali meminta piring kedua. Karenanya aku pun melakukan semua yang aku bisa untuk mendukungnya seperti membersihkan rumah, memasak makanan bergizi, dan mencuci, mencoba mengurangi pengeluaran kami sebisa mungkin.

Tak ada yang bisa aku keluhkan dalam kehidupanku yang sekarang, tapi aku bertanya-tanya sampai kapan kehidupan ini akan berlanjut? Bangun pagi, menyiapkan sarapan, bersih-bersih lalu bekerja hingga malam tiba. Dan disaat malam tiba 'itu' akan datang menghantuiku. Pola yang terus berulang-ulang itu sudah menjadi kebiasaan sekarang.

Tak ada hal baru dan tak bisa kemana-mana memang membuatku bosan, tetapi aku tidak dalam situasi yang pantas untuk mengeluh. Selama aku masih hidup maka itu sudah cukup.

Dan sekarang, kembali ke novel. Aku sudah menulis cukup banyak dan sudah waktunya untuk menerbitkan ini. Aku sama sekali tak menaruh harapan pada hasilnya, tapi jika pekerjaan ini sanggup memberiku sejumlah uang maka aku akan terus melakukannya. Kurasa aku bukanlah orang dengan hasrat duniawi yang besar. Aku tidak menginginkan barang-barang mewah maupun pakaian yang indah, selama semua kebutuhan terpenuhi maka itu sudah cukup bagiku.

Dan kemudian suara ketukan dari arah pintu membuyarkan konsentrasiku begitu saja. Dengan penasaran aku melirik ke arah asal suara, bertanya-tanya siapa yang ada disana sembari tidak bergerak sedikitpun dari tempatku berada. Ketukan itu terdengar sekali lagi dan aku mulai was-was. Shade sudah memberi perintah untuk tidak membukakan pintu pada siapa pun jadi aku sangat berharap agar orang itu segera pergi.

Memeluk JiwamuWhere stories live. Discover now