01. Awal

551 39 56
                                    

Hi guys!

Welcome to story Sagara | Dominant, and yeah aku berharap kalian suka dengan cerita ini.

Semoga betah dengan cerita ini, dan maaf kalau semisal nanti aku updatenya bakal lambat, entah karena faktor lupa ataupun itu, yg jelas nanti kalian bisa komen kalau semisalnya aku belum up.

And yeah, aku butuh banget dukungan kalian, entah itu vote atau komen yg jelas kedua hal itu sangat aku butuhkan.

Jadi selamat membaca dan tandai typo!

***

"Kak, Anara mau itu." Perempuan itu -Anara- menunjuk sebuah toko boneka yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Perempuan itu mendongak menatap kakaknya memohon.

"Na, boneka kayak gitu udah banyak kali di kamarmu. Buat apa sih minta lagi?" Kakak Anara menatap adiknya jengah, sekaligus lelah.

Anara mengerucutkan bibirnya kesal, dia ingin boneka itu. Tapi kenapa kakaknya tak membolehkannya? Memangnya tak boleh memiliki boneka lagi? Padahal kan niat dia membeli juga karena ingin caper pada kakaknya.

"Kak, tapi Anara pengen." pinta Anara lagi.

"Na, berapa kali sih gue bilangin? Lagian boneka kayak gitu udah banyak di kamar lo, bahkan hampir penuh di lemari. Gak usah boros, sekarang kita pulang." ajak kakak Anara menarik adiknya menjauh dari sana.

Sementara di samping kakaknya, Anara tengah mati-matian menahan air matanya. Lagi-lagi kakaknya menolaknya, kapan kakaknya akan peka dan menuruti keinginannya? Anara hanya ingin perhatian dan kasih sayang dari kakaknya, bahkan sebenarnya boneka tadi sangat tak berharga. Yang Anara inginkan, yaitu perhatian lelaki itu padanya. Bukan yang lain.

"Masuk, gak usah cengeng." Cowok itu masuk ke dalam mobil kemudian melemparkan sapu tangan miliknya pada adiknya.

Anara mengambil sapu tangan kakaknya kemudian mengusap air matanya dan membuang muka. Dia tak ingin terlihat lemah di depan kakaknya, namun entah kenapa saat di dekat lelaki itu Anara selalu ingin menangis.

Sementara itu, kakak Anara hanya fokus mengemudi tanpa melirik adiknya barang sedetik pun. Cowok itu terlalu malas, apalagi ketika melihat adiknya menangis. Dia merasa jengah dan muak.

"Berhenti nangis atau gue turunin di sini?"

Anara menatap kakaknya tak percaya, hanya karena dia menangis kakaknya tega menurunkan dirinya di jalan?

"Kak, Kakak tega turunin Anara di sini?" Anara menatap kakaknya rumit, kakaknya itu memiki hati tidak sih? Kenapa dia begitu tega dengan adiknya?

"Tega aja sih, lagian gue bodoamat mau lo pulang pake apa, bahkan kalau lo jalan kaki sekalipun gue gak peduli." balas cowok itu acuh.

Anara berusaha menahan rasa sesaknya, mendengar penuturan kakaknya membuat Anara benar-benar tak percaya. Kakaknya setega itu? Padahal hanya masalah sepele, tapi kakaknya begitu tega.

"Kak Raja sayang Nara gak sih? Kenapa Kakak tega sama Nara?" Anara lemah, lagi-lagi dia menangis karena kakaknya.

Raja--kakak Anara itu tersenyum remeh menatap adiknya, "Gue sayang lo? Basi, Ra. Gue bahkan gak sudi buat ngakuin lo sebagai adek gue, apalagi sayang sama lo."

Kata-kata Raja benar-benar tajam. Anara benci mulut kakaknya yang selalu mengeluarkan kata-kata menyakitkan untuk dirinya.

Sudah banyak kata-kata menyakitkan Raja untuk Anara, tapi Anara tak pernah sekalipun untuk membencinya. Anara terlalu menyayangi kakaknya hingga untuk rasa benci rasanya Anara tak bisa.

Sagara | Dominant [HIATUS]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon