CHAPTER 10 : Mantan

124 23 5
                                    

Heloo guys sesuai janji ⭐️10 votes sudah unlock chapter ini
yang ngeread banyak tapi yang ngekomen dikit :(
.
.
.

Heloo guys sesuai janji ⭐️10 votes sudah unlock chapter iniyang ngeread banyak tapi yang ngekomen dikit :(

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Setelah Gyuvin dan terbitlah Jeha. Kali ini bercerita tentang mantan Hana dan seseorang yang direkomendasi orang tua Hana, yup.. akhirnya ada moment ia menceritakannya pada Jeha.

Masalah sebelumnya yang pas Jeha anter Hana pulang, membuat Hana merenung berulang kali.
Sesampainya di rumah Hana memang langsung rebahan di kasur, ia mengedarkan pandangannya ke langit-langit kamar.
"Kalau misalnya minta tolong Jeha buat gantiin kayaknya bisa... cuma kan malu yahhh..." pikir Hana berulang kali.

Antara malu dan pusing dan gamau eman duit. Hana memilih Jeha sebagai talent yang mungkin bisa membantunya untuk meyakini bahwa si mama ga perlu cari anak temannya untuk dijodohi, ataupun mantan Hana untuk tidak jadi balikan. Tetapi at some point, Hana baru tahu kalau Jeha adalah adik tingkat dan sekampus dengan Hana. Lalu belum lagi, mereka berdua sudah tidur bareng.

Intinya selama beberapa hari, Hana menghilang dari peradaban. Benar-benar di luar nalar kejadian itu, apa maksudnya... Bagaimana ia bisa ketiduran dan tidur sama orang yang baru ia kenal. Walaupun Jeha cakep, tetapi ga gitu juga konsepnya.

Lalu bagaimana dengan Jeha? Kita gatau apa yang dipikirkan si Jeha..
.
.
.
.
.

"Permisi kak, saya barista Hanbin, mau pesan apa?" seseorang yang berada di hadapan Hana sekarang malah menanyakan Hana mengenai pesanannya. Seseorang tersebut telah melambaikan tangannya berulang kali, Hana telat sadar.

Ada seorang barista di depannya yang menanyakan pesanannya. "Hmmm, matcha latte satu, sama browniesnya satu." ucap Hana yang ia sadar dari lamunannya. Tepat dihadapannya sekarang emang barista ganteng. Cuma, pikirannya dia masih pusing sama kejadiannya sama Jeha beberapa hari yang lalu.

"Terima kasih kak Hana, entar minumannya saya antar terima kasih.." ucap si barista ganteng, walaupun ada name tag bertulisan Hanbin. Hana masih tidak sadar kalau Hanbin adalah seseorang yang ada di website tersebut.

Sehingga Hanbin sendiri bingung, karena biasanya yang membeli di kafe tempat ia bekerja selalu mengetahuinya kalau ia bermain di website tersebut.
.
.
.
.
.

Perjanjian Hana sama Jeha cuma buat nemenin Hana sebagai pacar bohongan agar mantannya tidak mengganggunya lagi dan ibunya tidak merekomendasikan temannya punya anak untuk Hana, hal ini pun akan dimulai.

Walaupun sebenernya, Hana ga bisa habis pikir dengan perbuatannya sendiri. Ia menepuk jidatnya berkali-kali melihat dirinya dan Jeha chat setiap hari. Sedangkan sekarang, ia bertemu kembali dengan Jeha dengan alasan membahas strategi sebelum ketemu bapaknya Hana serta ibunya Hana. Bapaknya Hana rencananya datang ke tempat tinggal Hana beberapa hari ke depan, begitupula dengan ibunya yang menyusul beberapa hari kemudian. Entah kenapa mereka ga beli tiketnya bareng..

Apalagi Jeha sempet bilang, "Chemistry.." karena sebuah hubungan perlu yang namanya kayak cita rasa gitu. Perlunya ada sesuatu yang khas agar bisa lebih kenal dan gak canggung, walaupun benar, apakah harus dilakukan ke stranger?

Walaupun udah sering chat dan video call apakah akan mengubah nasib? Kayaknya sih sulit.

Hana menceritakan banyak hal dari kejadian dari awal Hana pacaran sama si mantan dan berakhir putus. Putusnya juga ga jelas.Sampai Jeha bingung mau memahami sisi Hana maupun sisi si mantan. Karena emang serumit itu. Judulnya masih saling suka tapi ga jelas kenapa putus.

"Sebenernya banyak hal yang hampir kita lakuin.." ucap Hana sambil mengaduk minuman. Jeha yang ada di hadapannya terlihat tertarik. Ia hanya fokus dengan Hana yang bercerita.

"Seberapa jauh kalian pacaran?" ucap Jeha, ia ingin tahu. Ia memegang tangan gadis itu, dan menganggukan kepalanya. Walaupun Hana gatau pikiran Jeha gimana, tapi Hana harus menceritakannya. "Percayalah, kalau masih belum percaya sama aku jangan cerita dulu." tambah Jeha meyakinkan bahwa apapun yang Hana katakan ia akan menerimanya.

"Aku hampir dilamar sama mantanku. Tetapi ternyata kandas karena orang tua mantanku dan semacamnya.." kata Hana, ia menghela nafas pelan. Ia baru lulus kuliah saja sudah ada drama serumit itu. Mantan Hana emang lebih tua jauh, jadi wajar aja yah, kalau misalnya udah ngajak nikah. Mantan Hana udah kerja, mereka dulu akrab juga zaman sekolah dan masih pacaran saat Hana kuliah.

"Hidupku rumit Je.. aku capek disuruh cari pacar ataupun suami." ucap Hana meruntuk dirinya, ia menaruh kepalanya di atas meja. Jeha pun mengikuti pergerakan Hana, memang mereka duduk bersebelahan bukan hadapan sih.. dengan jarak seperti ini rasanya aneh.

"Bukan nganu kan? Kalian belum pernah nganu kan?" tanya Jeha, dia licik rupanya.

"Ehhhh... woii sakit.." Hana langsung memukul lengan Jeha, mereka duduk sebelah btw. Jadi begitulah kejadian hari ini, Jeha mengenal sisi baru Hana. Sisi dimana, di usia muda hampir di lamar.

"Kan dia lebih tua dari lo berapa tahun, masak ga mikir nganu.." katanya asal.

Tapi memang bener, ga ada yang tahu kalau zaman sekarang orang pacaran itu batasnya sampai seberapa. Tergantung pasangan masing-masing, karena apapun itu pasti keputusan kedua pihak. Terutama masalah 'nganu'.

.
.
.
.
.
.

NEXT?
kalau ada saran tolong dikabari terima kasihh

Choose your fav | ft. Boys Planet Where stories live. Discover now