PART 16

2.3K 344 35
                                    

Setelah Barra mendapatkan telefon dari orang suruhannya, kini ia menyuruh mereka untuk bertemu dirumahnya saja, rumah yang menurut orang orang adalah bangunan kosong yang tidak berpenghuni, padahal didalamnya jauh dari kata sederhana.

Bara mengendarai motornya dengan sangat cepat, dia tidak peduli jika teman teman sekolahnya akan ada yang melihatnya, dia melewati pintu bagian belakang yang artinya pintu yang dekat dengan lahan perkebunan dan tidak ada warga satupun yang akan melihatnya.

Barra menunggu suruhannya diruang tamu, dia merebahkan tubuhnya disofa panjang, perutnya sedikit terasa nyeri akibat dia yang tidak bisa diam disatu tempat.

"Mbaaa, Mba Vivi" teriak Barra memanggil salah satu asistennya.

"Iya" Mba Vivipun dengan cepat menghampiri Barra.

"Bikinin jus dingin tiga ya, mau ada orang kesini" ujar Barra.

"Baik den"

"Sama satu lagi, tolong bawain obat saya, obatnya ada didalam laci, sama minumnya juga"

"Baik"

Mba Vivipun segera kedapur untuk membuatkan Jus buah seadanya, kebetulan dikulkas hanya ada buah alpukat dan melon, sehingga mba Vivi lebih memilih untuk membuat jus alpukat.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, Mba Vivi segera meletakkan gelas yang berisi jus dan air hangat untuk Barra diatas nakas,tak lupa juga ia mengambil obat dilaci kamar Barra sebelum memberikan semuanya keruang tamu.

"Permisi den" Mba Vivi meletakkan gelasnya satu persatu diatas meja, "dan ini obatnya"

"Terimakasih"

Mba Vivi kembali ke kamarnya karena semua pekerjaan sudah selesai di bantu dengan dua asisten lainnya.

"Masuk" ujar Barra saat mendengar bel berbunyi.

Pintupun terbuka dan menampilkan tiga pria berbadan besar dengan pakaian serba hitam.salah satu diantara mereka adalah paman Barra dari keluarga Garetta yang memang seorang polisi.

"Gimana?"tanya Barra saat ketiganya sudah duduk.

"Ternyata yang membunuh Steffy adalah Zyco, orang yang selama ini nuduh kamu"ujar Rafi yang merupakan paman Barra.mata Barra terbuka lebar, ia belum percaya jika Zyco adalah orang yang telah membunuh Steffy.

"nggak paman, ngga mungkin"ujar Barra tidak percaya.

"setelah bertahun-tahun mencoba untuk melacak semuanya, dan kita baru mengulang untuk pengecekan dititik dimana kejadian itu dengan anjing pelacak,anjing itu berhenti dibawah pohon dekat tempat kejadian dan ternyata dibawah itu ada pisau besar terbungkus plastik dengan darah yang sudah sedikit menghitam, polisi mencoba untuk mengecek dan ternyata sidik jari menunjukkan kalau yang megang pisau itu adalah Zyco"ujar Rafi menjelaskan panjang lebar, rahang Barra mengeras menahan emosi, tangannya terkepal, yang ada dipikirannya saat ini adalah, dia ingin membalas kejahatan Zyco, tidak peduli dengan luka diperutnya yang masih basah.

Barra bangun dari duduknya, ia mengambil jacket yang tersampir disandaran sofa, ia bergegas keluar rumah dan menjalankan motornya.

" jangan gegabah, luka kamu belum sembuh"ujar Rafi menghalangi Barra untuk pergi, namun bukan Barra jika tidak keras kepala, dia akan melakukan apapun dan tidak peduli dengan kondisinya sekarang.

Rafi tidak berhasil untuk mencegah kepergian Barra, sehingga ia terpaksa untuk menelfon Jovanka yang kemungkinan masih disekolah, dia juga menyuruh kedua temannya untuk mengikuti Barra dari belakang menggunakan motor mereka.

"Adik kamu sangat marah karena dia tau siapa pembunuh Steffy"

"Dia dimana sekarang?" Ujar Jovanka dari dalam telfon

Is He Mine? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang