PART 18

2.2K 319 19
                                    

Setelah ketiganya menghabiskan makanan masing-masing, kini Jovanka sudah pergi meninggalkan Barra dan Nara tanpa permisi, dia sengaja meninggalkan mereka agar tidak usah membayar makanan yang sudah ia makan, dia anggap itu sebagai traktiran dari Barra memperingati hari ulang tahunnya besok.

"Nara, kerumah gue ya" ujar Barra

"Ngapain?"

"Ketemu nyokap" ujar Barra tanpa ekspresi.

Nara hanya mengiyakan ajakan Bara, dia malas untuk menanyakan alasan kenapa Barra mengajak dirinya untuk bertemu ibunya.

Bara berjalan kearah kasir untuk membayar semua makanannya, dan semua totalnya berjumblah 560 ribu.

"Yok" Barra menarik tangan Nara yang sedang meminum minumannya.

"Orang lagi minum main tarik aja" gerutu Nara.

"Mana motor lo?" Tanya Barra saat sudah berada diparkiran, tanpa mengeluarkan suara, Nara hanya menunjuk motor merahnya yang terparkir dibagian depan.

"Mau gue keluarin?" Ujar Barra menawarkan diri.

"bisa sendiri" ujar Nara.

Barra mengacuhkan ucapan Nara, ia menerima penolakan yang Nara berikan.

Barrapun mengeluarkan motornya dari barisan parkiran.

Diperjalanan,Nara mengikuti Barra dari belakang, ia kesekian kalinya kerumah Barra.

Kini mereka sudah sampai dirumah Barra.

"Bokap lo ada?" Tanya Nara

"Kenapa? Mau jadi selingkuhan dia?" Ujar Barra sensi.

"Lo kira gue cewe apaan" ujar Nara menatap Barra tajam.

"Jadi menantunya aja, ngga usah jadi selingkuhannya" ujar Barra, walaupun tanpa ekspresi, tapi ia sedikit menahan malu untuk mengucapkannya.

Nara yang mendengarnya hanya bersikap biasa saja, toh, dia juga belum merasakan apa apa terhadap Barra, selain peduli dengan Barra karena Barra yang sedang terluka. Sungguh perempuan yang langkah, tahan gombalan dari buaya.

Barra membuka pintu depannya, ia mempersilahkan Nara untuk masuk kedalam dan berjalan disampingnya.

"Rumah lo sepi" ujar Nara sambil melihat lihat keadaan dirumah Barra.

"Bukan sepi, suram" ujar Barra.

Barra menoleh kearah ruang TV sebelum dia masuk kekamar Gareta, baru saja dia merasakan kedamaian dengan perasaannya, tapi detik ini juga emosinya kembali meluap, Barra langsung berjalan menuju ke ruang TV, ia menggebrak pintu yang terbuka lebar  "lo ngapain bikin mamah nangis lagi hah?" Ujar Barra memarahi Rendra yang duduk didepan Gareta, mata Gareta mengeluarkan air mata, hidungnya pun memerah.

Barra berjalan mendekati Rendra yang menatap dirinya "mamah baru sembuh, ngga seharusnya lo bikin mamah nangis lagi" ujar Barra tidak sopan.Barra melihat Gareta dengan tatapan sedih.

"Are you ok mom?" Tanya Barra.

"I'm ok sayang" ujar Gareta sambil mengelus pipi Barra.

"Apa yang lo lakuin sama mamah?" Ujar Barra kembali dengan nada yang tinggi.

"Sayang, udah, jangan marah marah, perut kamu kan sakit" ujar Gareta menenangkan emosi Barra.

"Barra, justru papah lagi minta maaf sama mamah kamu" ujar Rendra menjelaskan apa yang sebenarnya.

Barra menoleh kearah Gareta, meminta jawaban atas apa yang Rendra ucapkan, Gareta mengangguk dengan senyum yang mengembang.

"Tetep aja Barra belum maafin kesalahan papah selama ini" ujar Barra penuh penekanan.

Is He Mine? Where stories live. Discover now