Komentar 3: Ide Cerita

10.6K 1.1K 59
                                    

1. Ide yang terlalu mainstream

Kata mainstream saat ini sudah sangat terkenal dan cukup dipahami oleh sebagian orang. Pada waktu-waktu sebelumnya istilah ini lebih dikenal dengan sebutan klise, yaitu sebuah cerita yang polanya seperti-seperti itu saja.

Seberapa mainstream-nya suatu cerita dapat diketahui dari seberapa besar pengaruh cerita lain yang penulis gunakan sebagai referensi pada ceritanya. Meskipun cerita yang menjadi referensinya itu hanya ada satu yang seperti itu, cerita tersebut tetap akan dianggap mainstream karena sudah ada cerita lain yang seperti itu.

Perhatikan konsep cerita berikut!

Cerita tentang seorang pemuda yang berkelakuan buruk dan seseorang diutus untuk memperbaiki sikapnnya.

Ide cerita di atas nampak biasa dan mainstream bukan? Semakin mainstream sebuah cerita, maka semakin mudah untuk menebak alur cerita ke depannya. Cara untuk membuat cerita tidak lagi mainstream adalah menambahkan unsur unik yang hanya terpikirkan oleh penulis menggunakan keunikan pada dirinya sendiri.

Cerita tentang seorang pemuda berkelakuan buruk yang dipaksa tinggal di sebuah kota di mana kebaikan merupakan mata uang di sana dan kejahatan merupakan hutang yang wajib di bayar. Dengan teknologi canggih pengamat kebaikan dan seorang instruktur yang mengawasinya, pemuda tersebut dipaksa berubah menjadi baik sedikit demi sedikit.

Contoh di atas meskipun sama dengan ide sebelumnya. Kualitas ide yang kedua jauh lebih menarik ketimbang yang pertama, karena ide kedua tidak lagi menggunakan ide yang umum, tapi memiliki spesifik yang dimilikinya sendiri yaitu teknologi pengamat kebaikan seseorang.

2. Cerita yang penuh tanda tanya karena tidak logis

Meskipun cerita yang dibuat adalah fiksi seperti fantasi atau paranormal dan sejenisnya, ada suatu batas kewajaran yang tetap tidak bisa dilanggar oleh seorang penulis dalam membuat sebuah cerita. Tanda-tanda ketidaklogisan suatu cerita adalah adanya hal yang dipertanyakan karena ketidakrasionalan suatu tindakan atau fenomena dalam cerita.

Semisal cerita adalah tentang sebuah kota yang diserang oleh monster aneh dari dunia lain, kemudian ada seorang penyihir pelindung dunia yang bertarung dan mengalahkan monster itu. Spot ketidaklogisan di sini adalah di manakah pasukan pertahanan saat itu terjadi?

Logis atau tidaknya suatu cerita tidak bisa ditemukan jika hanya mengikuti alur cerita bergerak, sebagai pembaca harus membuka pikirannya luas-luas terlebih dahulu sebelum akhirnya menemukan miss idea seperti itu. Sebagai penulis perlu dihindari yang namanya kekurangan riset, karena semakin sedikit riset yang dilakukan, akan semakin banyak ketidaklogisan yang bisa muncul dalam cerita.

3. Menggabungkan referensi bagian-bagian yang bagus ke dalam satu cerita

Nasi goreng enak bukan? Ayam opor enak juga bukan? Sayur bening pun enak bukan? Bagaimana kalau ketiga makanan tadi dicampur dalam satu piring? Masihkah kalian menyebutnya enak?

Sama halnya dengan ide. Kebanyakan penulis awam masih mencomot-comot bagian-bagian menarik dari cerita-cerita yang dijadikannya referensi, kemudian menggabungkannya jadi satu ke dalam ceritanya. Alhasil kebanyakan berakhir dengan ketidaknyamanan ketika dibaca.

Cerita yang dihasilkan terlihat seakan dipaksakan dan satu bagian dengan bagian lainnya tidak saling mendukung atau pun berkaitan. Tidak sedikit ada beberapa bagian yang ketika dibaca akan terasa menyampah.

Cerita yang dibuat dengan ide seperti ini sering kali berakhir dengan mengecewakan atau bahkan tidak terselesaikan sama sekali oleh penulisnya karena kebingungan untuk menyatukan bagian-bagian cerita itu.

Menggabungkan berbagai ide mesti ditemukan titik sinkron dan keseimbangannya. Menggabungkan ide secara sembaranganlah yang sering menjurus pada cerita yang tidak nyaman dibaca.

Kesalahan Awam MenulisWhere stories live. Discover now