Komentar 4: Unsur Intrinsik Cerita

11.1K 1K 128
                                    

1. Tempo alur yang tidak bergerak sedang

Semua penulis tentu sudah tau dengan apa itu alur. Kesalahan yang sering dilakukan penulis adalah ketidakpandaiannya dalam mengolah alur sehingga berjalan dalam kecepatan tidak sedang.

Sering kalinya penulis membuat alur cerita yang begitu cepat karena telah kehabisan ide dan kata-kata.

Dimulai dengan pembukaan yang standar, kemudian menyusun sedikit masalah, tiba-tiba saja masalah memuncak, dan tiba-tiba saja masalah berakhir.

Kesalahan jika alur terlalu cepat adalah pembaca tidak dapat merasakan konfliknya sebagus apa. Akan percuma jika penyelesaian konfliknya sangat baik, tapi konflik yang ditampilkan tergesa-gesa dan sulit dirasakan.

Alur yang bergerak terlalu lambat pun tidak sama baiknya dengan alur yang terlalu cepat.

Dimulai dengan pembukaan standar, masih pembukaan, pembukaan dengan sedikit masalah, mulai memperkenalkan masalah, masalah masih berkembang, permasalahan bertambah dan belum terselesaikan, masalah memuncak, masalah diselesaikan.

Penulis yang mengulur-ulur konflik biasanya adalah penulis yang banyak oceh di bagian pembukaan seperti memperkenalkan tokoh-tokohnya secara merinci, menunjukkan masa lalu si tokoh yang merupakan awal masalah, menambah karakter baru dan melupakan masalah sesaat, terus seperti itu hingga semua pembukaan tadi menuju satu titik masalah di mana masalah sudah memuncak.

Kesalahan alur yang terlalu lambat adalah pembaca akan lebih dulu bosan sebelum mereka menemukan bagian yang menarik dalam cerita tersebut. Akan percuma jika penulis menyusun pembukaan yang komplit, tapi tidak ada yang tertarik lagi.

2. Kedangkalan penggambaran latar

Dangkal tidaknya sebuah latar ditentukan oleh poin sebelumnya di tata bahasa. Suatu latar akan terlihat dangkal ketika penulis menggunakan kata-kata yang lugas dan hanya menarasikan tanpa deskripsi yang baik.

Mengapa suatu latar begitu penting untuk tidak ditulis dangkal? Karena semakin dangkal suatu latar, semakin dangkal pula penghayatan pembacanya.

Apa yang membuat pembaca masuk ke dalam dunia penulis dan berimajinasi mengikuti cerita bukanlah ide ceritanya atau alurnya atau lainnya, tetapi latarnyalah yang membuat pembaca dapat masuk ke dalam dunia si penulis.

Kedangkalan penggambaran latarlah yang sering kali membuat pembaca tidak merasakan apa-apa saat membaca suatu cerita. Meskipun cerita yang dibacanya memiliki ide yang sangat menarik, latar yang dangkal sering kali membuat pembaca merasa janggal dan tidak menikmati cerita.

3. Ketidaksesuaian sudut pandang yang digunakan

Kesalahan fatal dalam menggunakan sudut pandang adalah pemahaman bahwa sudut pandang berubah dengan mengubah kata gantinya. Memang benar faktor utama perubahan sudut pandang adalah kata gantinya, tetapi selain kata ganti fungsi dari tiap sudut pandang pun perlu diperhatikan untuk menggunakannya dengan benar.

Sudut pandang yang paling sering digunakan penulis adalah sudut pandang orang pertama, yaitu menggunakan kata ganti aku. Merupakan sebuah kesalahan apabila menggunakan sudut pandang orang pertama, tapi pengetahuan dan gaya berbicaranya seakan serba tau.

Sudut pandang orang pertama adalah sudut pandang yang digunakan untuk menjelaskan sesuatu dari pandangan subjektifnya sendiri. Pengetahuan suatu tokoh bergantung pada tingkat kepandaian tokoh itu sendiri.

Kesalahan lainnya yang sering dilakukan penulis adalah menjelaskan secara mendetail tentang situasi dan kejadian yang ada di sekitar tokoh meskipun menggunakan kata ganti aku. Pada akhirnya, kata ganti aku di sini justru berperan seperti yang maha kuasa dalam ceritanya ketimbang menjadi tokoh dalam cerita tersebut.

Karena sudut pandang yang dipakai adalah orang pertama, penjelasan suatu situasi dan kejadian pun haruslah dari segi pemahamannya, bukan dari segi pemahaman penulis yang notabene tahu segalanya dalam cerita itu.

Kesalahan Awam MenulisWhere stories live. Discover now