P R O L O G

190 25 13
                                    

HAI SEMUANYA!!

Ini cerita pertama RINAYA PENDULA

Mohon dukungannya,
Jangan Lupa tinggalkan Voment ya teman-teman

HAPPY READING🤗

—•••—

Seorang laki-laki berpakaian serba hitam berjalan sembari membawa sebuket bunga baby breath. Menyusuri tempat yang selalu ia datangi sekali setiap minggu.

Langkahnya berhenti di samping sebuah makam, ia berjongkok lalu mengelus nisan yang bertuliskan Zianura—nama seorang perempuan yang begitu berarti baginya.

"Udah setahun zi.."

Jehan tersenyum pedih, matanya berkaca-kaca, rasa rindu kini semakin menggerogotinya. Ternyata waktu selama satu tahun tidak cukup baginya untuk melupakan kekasihnya itu. Semakin ia coba untuk melupakan, ingatan tentang zianura justru semakin melekat.

"Hari ini, aku bawa bunga baby breath, tapi..." Jehan menatap bunga baby breath yang sedang ia pegang saat ini. Lalu tersenyum pedih

Dengan hati-hati Jehan meletakkan bunga itu di atas makam dekat nisan. Air mata yang tadinya menggantung akhirnya jatuh juga.

"Sampai detik ini, sebenarnya aku masih belum percaya itu kamu Zi." Jehan menjeda kalimatnya, menatap langit sejenak sebelum kembali melihat nisan.

Jehan masih belum bisa menerima semuanya, ingin sekali dia hapus nama Zizi dari nisan itu, karena dia yakin Zizi masih ada, Zizi hanya hilang. Entah kemana dan dimana Zizi berada, Jehan percaya dia masih ada di dunia ini. Dan yang ada dihadapannya ini adalah orang lain.

"kalaupun memang kamu. tunggu aku disana yaa.."

***

Malam ini di depan cafe yang sudah tutup. Jehan mondar mandir mencari sesuatu. Dia selalu saja ceroboh, Jehan menghembuskan nafasnya berat. Mengacak kasar rambutnya, frustasi.

"Permisi, Apa ini punya anda?" Tiba-tiba sebuah tangan menyodorkan sebuah kunci mobil berbandul koala kepada Jehan.

"Ah, iya Terimakasihh," tanpa melihat siapa yang sudah menemukan kuncinya, jehan mengambil kunci itu.

Belum pergi, perempuan itu kembali memberikan sesuatu pada Jehan, sebotol air mineral.

"Diminum. Mungkin ini bisa membantu menstabilkan tubuh anda." Orang itu mungkin khawatir tentang kondisi Jehan. Pasalnya saat masih mengerjakan tugas di dalam cafe, perempuan itu selalu memperhatikan Jehan yang sepertinya tidak baik baik saja. Ada apa? Dia juga tidak tahu.

"Tenang saja, saya belum minum air ini, ini juga masih baru," sambungnya, menjelaskan agar tidak menimbulkan kesalah pahaman.

Jehan menatap botol itu,
"Tidak apa-apa, terimakasih, nanti saya beli airnya sendiri, saya tidak mau berhutang dengan orang lain" ucapnya masih tidak melihat perempuan itu, ia lalu berjongkok, memperbaiki tali sepatunya

Jehan tidak suka berurusan dengan siapapun, apalagi tentang hutang, itu hanya akan menambah beban pikirannya. Makanya Jehan menolak.

Tapi, bukannya pergi, perempuan itu justru ikut berjongkok, kemudian menarik satu tangan Jehan, membuat Jehan melepaskan tali sepatu yang sementara sedang diikat olehnya.

"Saya beli ini untuk anda, jadi mohon diterima, saya tidak merasa anda berhutang pada saya," ujarnya sembari menaruh botol air mineral itu pada tangan Jehan,

Jehan mendongak. Ia terdiam ketika menatap perempuan itu,

perempuan tersebut hendak pergi, namun dengan cepat ditahan oleh Jehan, "Zizi?" Tanyanya, memastikan.

"Kok tau nama saya?"

—•••—

*
*

Terimakasih sudah membaca❤️

hope you like my first story

Sampai jumpa di chapter selanjutnya..

RINAYA PENDULA

Ujung HalamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang