BAB 6 (PERHATIAN MILIK KARTEIN)

4.8K 492 58
                                    






    Suara pintu kamar yang terbuka membuat kedua mata kami kompak menatap pria berkaca mata tersebut. Maxmillan masuk bersama seorang healer. Dengan tajam Max menatap balik tatapan dari Kartein. Situasi tersebut sangat dingin hanya karena mereka saling beradu pandang. Mata yang memancarkan aura membunuh dan mata yang memancarkan kepemilikan dominan saling menyeruak. Aku yang berada ditengah pertikaian kontak mata tersebut tetap diam dan menunduk karna takut.

    Lama kelamaan keheningan tersebut membuat suasana semakin mencekam dan udara terasa semakin menipis. Aku sendiri semakin kesusahan untuk bernafas. Dadaku sesak sangat sesak. Aku memegang kedua tanganku dengan erat sejajar dada. Nafasku mulai terengah entah dengan air mata yang tetap mengalir sedari tadi.
 
    Tiba tiba kalimat seseorang memecah keheningan yang mencekam tersebut.

    "Mm.. maaf tuan ku, jika kalian sama sama mengeluarkan aura kalian seperti ini, manusia lemah yang disebelah sana akan mati lemas tanpa kalian sadari loh". Kata healer yang datang masuk bersama Maxmillan tadi. Dengan senyuman klise healer tersebut memandangku yang terengah entah mencari asupan oksigen.

    Berangsur angsur suasana yang terasa begitu mencekik leherku mulai seperti biasa, aku kembali bisa menghirup udara dengan santai. Dadaku juga tidak sesak seperti tadi. Brukk, aku sengaja menjatuhkan tubuhku didepan Kartein yang spontan dipeluk langasung oleh Kartein. Dan pisau yang kurasakan di perutku juga ikut menghilang entah kemana.

    "Apa yang tengah kau lakukan Kartein?" Tanya Max yang melangkah maju ke arah kami. Mencoba untuk membunuhnya?" Tanya nya kembali kepada Kartein.

    Kartein hanya melirik Max dengan tetap duduk memelukku ditempat tidur.

    "Disini? Ditempat ini? Saat Ayah masih membuka mata?" Rentetan tanya kembali di ajukan oleh Maxmillan. "Yang benar saja, ayolah gunakan otakmu sedikit". Ucap Max sambil memutar kedua bola matanya jengah. "Aku tidak perduli jika kau membunuhnya nanti. Tapi untuk sekarang, jangan lakukan hal itu, membuat tidak nyaman saja." Ujar Max terdengar seperti menggerutu.

   Aku mendengar semua yang diucapkan oleh Maxmillan barusan, Namun aku tidak dapat mengangkat wajahku dari pelukan Kartein yang berada didepanku. Rasanya lemas, tubuhku sepertinya tidak kuat menerima shock mental barusan. Betapa tidak tiba tiba ingin dibunuh, dicerca pertanyaan, lalu berada ditengah tengah aura membunuh dari kedua orang superior tersebut.

    Jika terus seperti ini aku tidak akan bisa lega dari bayang bayang kematian.

   Tiba tiba tangan kanan ku ditarik lembut oleh seseorang. Yang tak lain adalah healer yang dibawa oleh Maxmillan.

  "Permisi tuan muda Cyril, aku hanya ingin memeriksa keadaanmu sebentar".

    Rasanya ada hawa dingin yang mengalir kedalam telapak tanganku, sangat sejuk dan menyegarkan.

   "Aku adalah Dokter yang bekerja di kediaman Duke ini, tapi dari pada disebut dokter aku ini adalah seorang healer". Jelasnya sambil terus mengalirkan suatu dari kedua telapak tangannya yang memegang tangan kananku. Alisnya terangkat sebelah dan menunjukan ekspresi berbeda. "Ada yang aneh" ucapnya keheranan.

   "Ada apa?" Tanya Max

   " Ini aneh, aku merasakan jika aura milik tuan muda Cyril sudah tidak ada, tapi ..." Mata healer tersebut tertuju padaku. Aku yang merasa energiku sedikit membaik bisa mengangkat wajah dan melihat kearahnya juga sedikit bingung dengan situasi ini.

   "Mungkin ini adalah efek dari tehnik pengendalian hitam yang sudah bertahun tahun berada ditubuh tuan muda Cyril, tubuhnya mudah sekali untuk terpengaruh, tehnik ini memakan aura pemilik nya dan perlahan lahan menghabisi orang tersebut dan kemudian mati." Jelasnya

Dancing On Ice In The Moonlight  [END] [PROSES REVISI] Where stories live. Discover now