BAB 21 (KISAH 3 KELINCI Bagian IV)

1.9K 245 3
                                    










    Seekor kucing berwarna putih turun dari atas pohon dengan melompat satu demi satu. Ekornya yang panjang terurai begitu cantik dengan ujung nya yang berwarna hitam. Dan saat telapak kakinya menyentuh tanah, kaki kecil kucing tersebut berubah menjadi sesosok manusia. Itu adalah gadis kecil dengan bando di atas kepalanya.

    Tak lama satu ekor kucing lainnya datang menghampiri dan merubah dirinya menjadi sosok manusia pula. Kucing berwarna hitam tersebut memiliki corak belang di ekornya seperti zebra. Keduanya terlihat seperti ras kucing Persia dengan bulu panjang yang apik.

    "Yoon, apakah kita hanya melihat saja?"

    "Hemn" mata tajam anak laki laki itu terus memperhatikan seseorang yang tengah menggendong anak kecil di tengah gelapnya malam. "Sudah terlalu ikut campur bagi kita dengan hanya mengikuti mereka".

   "Yah siapa yang mengira akan seperti ini, kita mengikuti kelinci baru yang kabur dari kereta pelelalangan".

   "Awasi saja tanpa ketahuan".

   "Tapi, tapi... Aku ingin sekali pergi kesana, aku ingin memeluk tuan Cyril". Wajah Debora cemberut.

   "Jika kita ketahuan oleh tuan Mikaela ataupun Mage Seravh, seumur hidup kita tidak akan bisa melihat tuan Cyril lagi. Mengikutinya seperti seorang maniac saja sudah salah. Dan kau berfikir untuk tiba tiba datang dan memeluknya? Cinta boleh bodoh jangan". Gerutu Yoon dengan terus memperhatikan.

    Mata sinis Debora kali ini mengatakan keberatan terhadap ucapan Yoon. Gadis kecil itu mencoba untuk melakukan hal nekad. Dengan sekejap mata Debora berubah menjadi kucing berwarna putih kembali dan melompat dari satu dahan ke dahan lainnya. Mencoba untuk lebih mendekat dengan sosok Cyril.

   "Ctakkk" kucing berwarna putih tersebut turun tepat didepan Cyril secara tiba tiba. Yang membuat Cyril terkejut dan hampir membuatnya terjatuh bersamaan anak kecil yang digendongnya.

   "Dasar cari mati, CK .. aghhrrrh" Yoon pun turun mengikuti Debora yang telah berada di satu tempat yang sama dengan Tuan nya itu.

****

     Aku berjalan menyusuri hutan ini dengan menggendong anak kecil tadi. Rambutnya yang berwarna putih mengingatkan ku pada Floryn. Pesona pirang putih memang gak ada lawan, pikirku melihatnya. Setelah memberikannya obat. Secara ajaib lukanya sembuh secara perlahan lahan dan hanya menyisakan sedikit luka yang tak berarti. Aku berfikir dimana Freya mendapatkan buah yang begitu hebat tersebut.

    Sebenarnya aku mulai lelah karena terus menggendong anak laki laki ini, namun aku harus tetap bergegas mencari tempat yang lebih lapang. Itu pun saran dari Freya untuk menjauh dari zona perburuan hewan buas itu.

    "Dua monster itu terus mengikuti kita". Ucap Freya bertelepati sambil terus menatap jalan kedepan.

     Aku mengerti sesaat kode dari nya untuk tidak melirik kesana kemari. Freya bilang jika kami diawasi oleh dua monster sesaat kami membawa anak laki laki ini. Dan Freya pun bilang jika anak laki laki ini bukan anak manusia biasa. Sepertinya ia memiliki darah campuran dari hewan mistis. Kira kira seperti itulah penjelasan yang diberikan oleh Freya padaku.

    Tiba tiba saja sesuatu jatuh melesat didepan wajahku. Aku terkejut bukan kepalang hampir saja aku jatuh terjerembab bersama anak yang ku gendong.

    "Aaaaaaaaaaaa...! Hah hah huft.. haaaaa" nafasku terengah engah setelah berteriak.

    Kulihat seekor kucing dengan bulu cantik berwarna putih berada di hadapanku. Rasanya gemas sekali ingin segera mengelus bulunya. Karena aku sendiri adalah pecinta kucing.

Dancing On Ice In The Moonlight  [END] [PROSES REVISI] Where stories live. Discover now