Chapter 1 : Tak Diharapkan

534 48 29
                                    

Mengapa dalam hidup ini harus ada ketidakadilan?

Setiap apapun yang sudah diperbuat, sudah diperjuangkan, tidak ada gunanya...

Begitu sudah berjuang mati-matian, berharap meraih kebahagiaan, tapi kenapa...

Kenapa selalu saja ada rintangan yang terus menghalangi?

Kenapa kehidupan ini seakan menolak untuk bahagia?

Selalu memberikan hal menyakitkan yang bahkan mampu meruntuhkan dunia yang sedang bahagianya.

Apa kehidupan harus sejahat itu?

Tidak bisakah sekali saja berpihak padaku?

Dan...

Hal itu lah yang terjadi padaku saat ini.

Biar kuceritakan awal dari permasalahan yang ku alami.

.
.
.

Seseorang yang tidak pernah kuharapkan untuk datang.

Seseorang yang sangat kuharapkan untuk tidak bertemu.

Seseorang yang benar-benar kuharapkan untuk menjauh dari kehidupan bahagia ku saat ini.

Tapi, kini... Kenapa sekarang malah muncul di hadapanku?

"Kenapa... "

"Kukira kau bakal pindah dan punya rumah yang sangat bagus. Tak ku sangka kau masih tinggal disini"

"Kenapa kau kembali?"

"Hm? Apa maksud pertanyaanmu?"

"Tentu saja kau paham maksud pertanyaanku. Kau bukan orang bodoh"

"Kenapa aku kembali? Tentu saja itu karena aku masih berhak tinggal disini"

"Kau tak berhak. Hakmu sudah hilang dari dulu. Pergi dari sini sekarang"

"Wow kau mengusirku?"

"Pergi dari sini, sebelum habis kesabaranku"

"Kau gak berhak mengusirku"

"Sayang, aku pul- ang... ah ada tamu"

"Siapa ia?"

"Aku suaminya"

"Suami?! Kau sudah menikah?!"

Ini lah salah satu hal yang gak pernah ingin ku harapkan terjadi. Namun, sekarang semuanya terjadi sangat cepat. Pria tampan yang baru saja datang membuatku menghentikan perdebatan dengan orang yang paling ku benci saat ini.

"Siapa bapak ini, sayang?" Ia kembali bertanya melihatku yang masih terdiam

"Ayahku"

Ingin sekali rasanya memuntahkan seluruh isi perut ini begitu harus mengucapkan kata itu kembali. Tenggorokanku seakan sangat sakit setelah memanggilnya "Ayah" .

"Ayahmu?! Tapi, kau bilang ia sudah mati"

"Wow aku sudah dianggap mati? Ayah benar-benar sedih mendengarnya"

Aku harus menarik nafas sedalam-dalamnya melihat wajahnya yang penuh kepalsuan tersebut.

"Iya, ia memang sudah mati setelah pergi meninggalkan istrinya dan kedua anaknya yang sedang sekarat" ucapku menatapnya penuh kebencian. "Karena keegoisannya, seorang istri harus bekerja siang malam untuk memberikan makan kedua anaknya yang masih kecil. Terimakasih sudah memberikan masa bahagia kami"

Seorang Ayah yang sangat tidak ku anggap hanya menatapku tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Aku baru teringat, dimana Ibumu dan adikmu? Mereka tidak mau menemuiku?"

Jujutsu Kaisen With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang