25. Oleh-oleh

9 5 1
                                    

Hai?
Jangan lupa klik bintang dan beri komentar 😄
Selamat membaca 😊

__________________________________

Mobil hitam milik Dean memasuki pelataran Panti Asuhan Kasih Ibu dengan hati-hati. Hari ini ia dan Sana mengunjungi tempat itu untuk pertama kalinya sejak resmi menikah beberapa hari lalu. Turun dari mobil, keduanya bergerak mengeluarkan oleh-oleh dari Jogjakarta yang disimpan di bagasi. Salah seorang pengurus panti yang menyadari kedatangan mereka bergegas membantu membawakan salah satu barang. Ketiganya lalu memasuki bangunan panti seraya mengobrol saling menanyakan kabar.

Sana memerhatikan keadaan panti yang ia tinggalkan sejak menikah dengan Dean. Ia merindukan suasana ramai di sana. Jauh berbeda dengan rumah besar Keluarga Evano yang begitu tenang. Baru beberapa hari meninggalkan panti, rasanya Sana seperti sudah lama tidak berkunjung. Padahal tidak ada yang berubah dari tempat itu.

Beberapa anak yang belum bersekolah tampak bermain-main di halaman. Ada pula dua wanita yang tengah menjemur pakaian anak-anak dan bayi.

"Wah! Pengantin baru datang!" pekik Asti kala melihat kedatangan Sana dan Dean. Wanita yang baru saja selesai mengajak bayi berjemur itu bergerak menyerahkan bayi di gendongannya pada pengurus lain agar dibawa ke kamar para bayi. Sementara ia menghampiri Sana dan menyambut anak asuhnya dengan pelukan hangat.

"Ini ya yang katanya kemarin habis bulan madu ke Jogja?" goda Tamam, suami Asti yang muncul dari ruang arsip. Sana bergegas mencium punggung tangan lelaki yang sudah dianggapnya sebagai ayah asuh itu. Tindakannya tersebut lantas diikuti oleh Dean yang mencoba akrab dengan orang-orang di sana.

"Wah, bawa apa kamu, Na?" Rini, salah satu pengurus panti menatap penasaran pada barang-barang bawaan Sana.

"Oleh-oleh, Bu," Sana membuka dus bawaannya untuk menunjukkan aneka bakpia yang ia beli di Jogjakarta.

"Wah ... Bakpia Pathuk ya?" tebak Rini yang mengenali oleh-oleh khas Jogjakarta tersebut.

"Iya. Ada rasa kacang hijau, cokelat, Sana juga beli gudeg kalengan!" Sana bergerak antusias membuka kantung kain yang berisi oleh-oleh yang ia sebutkan.

"Wah, sekarang ada bentuk kalengannya, ya?"

"Iya. Biar praktis dan tahan lama ... Oh, iya! Sana juga bawa geplak!" Kantung kain besar dibuka dan menampilkan kotak-kotak yang terbuat dari anyaman bambu. Salah satu kotak dibuka oleh Sasmita, dan terpampanglah bola kue warna warni di dalamnya.

"Ini terbuat dari apa?" tanya Sasmita yang baru kali ini melihat jajanan tersebut.

"Parutan kelapa sama gula, Bu," jawab Sana setelah menyerahkan semua barang bawaannya pada para pengurus.

"Oh ... anak-anak pasti suka ini," Sasmita menutup kembali kotak tersebut.

***

"Kalian mau makan apa?" Bio menanyai Theo, Kaivan dan Jisan yang duduk semeja dengannya. Mereka tengah berada di kantin kampus untuk makan siang.

"Eh, The, bukannya tadi pagi lu bilang bawa oleh-oleh dari Bang Dean?" tanya Jisan teringat pada ucapan Theo saat baru tiba di kampus.

"Gue tinggal di mobil. Bentar, gue ambil. Oh, iya! Tolong pesenin bakso pangsit buat gue," pesan Theo yang diacungi jempol oleh Bio. Pemuda itu kemudian pergi meninggalkan kantin sambil berlari-lari kecil.

Sesampainya ia di tempat parkir khusus mahasiswa, Theo dengan cepat mencari mobilnya. Memencet kunci mobil di tangan agar menimbulkan bunyi pada mobilnya sehingga memudahkan pemuda itu untuk menemukan mobilnya.

Sana : Me Vs Brother In LawWhere stories live. Discover now