Bab 3 Kesepakatan

0 0 0
                                    

Wildan Mengembuskan napas lega usai berhasil menghindari kejaran para fans dadakannya. Ia bahkan tidak jadi ke kantin dan memutuskan untuk ke perpustakaan, dan kebetulan keadaan didalamnya sangat sepi, karena hanya terdapat beberapa guru dan siswa.

Langkah kaki jenjangnya rak buku yang hampir sama tinggi dengan dirinya. Wildan termasuk lelaki yang memiliki badan tinggi, namun jika dibandingkan dengan Gavin, tentu saja lebih tinggi lelaki jail tersebut.

Wildan memerhatikan sekitar dengan seksama. Sebelum pandangannya menangkap sebuah objek yang membuatnya terpaku. Seorang gadis dengan cepol rambut asal-asalan kini berusaha meraih buku di rak cukup tinggi dengan kaki mungilnya yang terus berjinjit.

Ia bahkan menaruh buku mirage panjangnya di lantai dan kembali berusaha untuk meraih buku tersebut.

Sudut bibir Wildan tertarik mengulas senyum tipis. Memperhatikan gadis yang membuatnya untuk bertindak sejauh ini. Gadis yang telah memiliki hatinya selama satu setengah tahun, dan mungkin hingga kini.

Mendengar penuturan gadis itu yang meminta putus lantaran sudah tidak tahan LDR beda sekolah dan ia ditempeli gadis sana sini, hal itu membuat hati Wildan sakit dua bulan lalu.

Segala cara ia lakukan untuk kembali mendapatkan hati gadisnya namun nihil. Satu-satunya cara terakhir yang Wildan miliki ialah dengan pindah sekolah dan menjadi murid baru di sekolah yang kini gadisnya tempati.

"Tinggi banget astaga" keluhnya. Kalila berjinjit lebih tinggi, buku bersampul biru tersebut akan ia raih sedikit lagi. Detik berikutnya, buku yang hendak ia raih pun berhasil diambil seseorang, Kalila melebarkan mata dan langsung berbalik.

"E-eh jangan diambil, itu aku duluan yang mau baca!" Ucapnya geram. Kalila melompat untuk merebut buku tersebut, namun karena badannya yang cukup kecil, usaha tersebut hanya sia-sia.

"Woy aku yang mau baca duluan"
Ia bahkan tidak peduli dengan siapa yang kini memegang buku itu, yang Kalila inginkan ialah buku itu ia dapatkan.

Karena tak kunjung dapat, ia akhirnya menyerah, Kalila langsung terdiam saat menyadari jarak mereka yang sangat dekat,  pikirannya sudah kesana kemari melihat dada bidang yang sudah berjarak kurang dari 10 cm di depannya.

Ia menahan napas sangking gugupnya. Perlahan, Kalila menaikkan pandangannya, untuk melihat lelaki yang kini berani mengganggunya selain Gavin.

Saat mata mereka beradu, pandangan keduanya terkunci. Bahkan waktu seakan telah berhenti. Tatapan teduh Wildan mampu menghilangkan segala rasa kesal dalam diri Kalila. Tatapannya menenangkan, dan dapat Kalila lihat, tersimpan rasa sayang disana.

Saat beberapa waktu berlalu, Kalila langsung tersadar. Gadis itu mengerjapkan mata berkali-kali, sejak tadi ia merasakan degup jantung kencang dari dalam dada. Bahkan wajahnya mungkin sudah memerah menahan malu.

"Wil-dan" Kalila langsung menurunkan pandangan.

Hal itu membuat Wildan tersadar.
"Maaf" ucapnya canggung. Ia mundur beberapa langkah untuk memberikan ruang Kalila, bukan hanya gadis itu yang deg-degan, tetapi Wildan juga.

"Nih..." tangannya terulur menyerahkan buku yang hendak Kalila ambil tadi. Kalila tersenyum tipis dan langsung mengambilnya. Ia kira bukunya akan langsung di ambil Wildan, ternyata justru lelaki itu berniat membantunya.

"Makasih" ucapnya sembari mengalihkan pandangan.

Wildan mengangguk "Sama-sama"

Rasa canggung menyelimuti kedua insan tersebut. Sebenarnya banyak sekali pertanyaan dan pernyataan yang hendak mereka keluarkan, namun adanya rasa gengsi yang lebih dahulu diutamakan.

31 Hari Mencuri HatimuWhere stories live. Discover now