Remorse - 6

1.7K 223 40
                                    

.


.


.

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.



****



Satu kata itu meluncur dengan mulus dari bibir Naruto sebelum pria itu beralih melepas tuksedonya sendiri, dan kembali meraup bibir Hinata yang masih menjadi candunya walau tahun demi tahun telah berlalu. Ia melumat kekenyalan wanita itu, sarat akan hasrat yang benar-benar butuh segera ditumpahkan.

Naruto juga senang mendapati Hinata membalas dengan cara yang sama. Wanita itu memeluk tubuhnya erat, seakan tidak rela melepasnya padahal Naruto pun tidak akan menjauh.

Atau ... sebenarnya Naruto memang harus menjauh, karena ia perlu melucuti kain-kain sialan yang melekat di tubuh mereka berdua. Kedua tangannya bergerak cekatan, meloloskan gaun ungu pastel selutut yang dikenakan Hinata, berikut bra dan celana dalam yang menutupi aset wanita itu.

Semuanya masih sama, bahkan jauh lebih menawan dari yang Naruto bisa gali dari ingatannya. Ataukah dia hanya terlalu rindu? Entahlah, Naruto tidak peduli lagi, karena satu-satunya yang ia inginkan sekarang adalah menenggelamkan wajahnya di dua gundukan menggoda itu—menghidu wangi yang menguar dari sana. Kecupan kecil dari bibirnya terus berlabuh pada dada Hinata, memberi isapan yang menyisakan perih menyenangkan.

Hinata melirih, tangan Naruto ada di mana-mana dan membelainya penuh kelembutan. Kulit bertemu dengan kulit, membuat sekujur tubuhnya meremang sementara titik sensitifnya berdenyut mendamba di bawah sana.

Selalu seperti ini. Sentuhan Naruto selalu memberinya sensasi yang luar biasa, yang mau tak mau diterimanya dengan senang hati. Kepasrahannya pula yang menyebabkan kehamilan tak terencana itu terjadi di masa lalu, meski sebenarnya mereka sudah cukup berhati-hati.

Membuka matanya yang sempat terpejam karena aktivitas bibir Naruto di atas dadanya, Hinata lalu memaksa pria itu mengangkat wajah. Jemarinya juga ikut melepaskan satu per satu kancing kemeja sang mantan, menanggalkan kain tersebut sehingga memperlihatkan tubuh eksotis, pun atletis milik Naruto.

Tubuh pria itu terlihat amat menggiurkan, dengan otot-otot yang mencuat di beberapa tempat. Terlihat pas dan tidak berlebihan, memberi kesan seksi yang semakin memicu gairah Hinata.

"Tidak sabar, Baby?"

Hinata menggigit bibirnya kala mendengar panggilan sayang yang kerap Naruto sematkan padanya dulu. Jantungnya berpacu kencang, menimbulkan debaran bahagia yang tak terdeskripsikan.

Yang mereka lakukan sekarang adalah sebuah dosa. Yang menurut wanita itu, perselingkuhan yang menjijikkan, Hinata tidak akan menampik. Namun, Hinata juga tidak bisa menampik bahwa dia sangat-sangat menikmatinya.

Kewarasan wanita itu benar-benar tak bersisa, terlebih ketika Naruto telah melucuti boxer dan celana kainnya guna membebaskan sesuatu yang dulu sering sekali membuat Hinata menjerit dalam kenikmatan.

"Aku ingin sekarang," ucap Hinata serak, membuka lebar kedua pahanya guna memberi Naruto akses lebih. "Sekarang, Naruto."

Terkekeh pelan, Naruto pun memposisikan dirinya. Satu tangan mengurut miliknya sendiri yang memang telah mulai mengeras sejak awal wanita itu memeluk tubuhnya, sedangkan tangan yang lainnya bergerak menggoda titik sensitif Hinata hingga wanita itu bergerak gelisah.

Erangan pun lolos dari bibir keduanya ketika tubuh mereka kembali menyatu, sama seperti yang sering mereka lakukan dulu. Kenikmatan itu masih membalut keduanya dengan begitu erat, seakan mereka berdua memang diciptakan hanya untuk satu sama lain.

Hinata melenguh, mendesah lirih ketika Naruto mulai bergerak di dalam dirinya. Pria itu mengisinya dengan begitu penuh dan sesak, juga memanjakan puncak dadanya dengan kuluman sarat akan gairah. Hinata tidak akan pernah meragukan kemampuan Naruto memuaskannya. Pria itu terlalu ahli, dan Hinata bersyukur bahwa ia sempat dan sekarang tengah dimanjakan oleh keahlian mantan kekasihnya tersebut.

Setiap hunjaman yang diberikan Naruto terasa kuat, dengan irama yang teratur dan tempo yang bertahap. Bibir Hinata tak henti-hentinya meracau, menggumamkan nama Naruto dengan cara yang membuatnya terdengar berkali-kali lipat lebih seksi.

Ranjang queen-size yang selama ini hanya ditempatinya seorang diri ikut berderit seiring dengan pompaan kuat Naruto. Gerakan pria itu semakin menggila, bahkan cenderung kasar. Namun, Hinata sama sekali tidak ingin melayangkan protes. Ada kenikmatan tersendiri dalam rasa sakit tersebut, yang membuatnya candu dan akan dengan sukarela menyerahkan seluruh tubuhnya untuk dikuasai oleh Naruto, selama apa pun yang pria itu inginkan saat ini.

"Aku merindukan ini," ucap Naruto sedikit tersengal, mengeraskan hunjamannya agar Hinata mengerti maksud dari ucapannya. "Lima tahun ini, aku merindukannya."

Hinata menggigit bibir bawahnya, menahan senyuman yang hendak terbit karena perkataan Naruto, juga karena desahan seksi yang terdengar dari bibir pria yang dicintainya itu. Naruto menikmatinya, sangat, seperti dirinya yang juga menikmati percintaan tak terduga mereka siang ini.

Mereka saling melengkapi, bertukar erangan dan juga peluh sembari mengejar kepuasan bersama layaknya sepasang kekasih yang masih dimabuk cinta.

.

.


.


.

Tbc

Remorse ✔️Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora