Alex menatap Jihan yang kini seluruh tubuhnya sudah terbungkus selimut itu dengan pandangan tak terbaca. Cowok itu terlihat terdiam beberapa detik sambil menatap Jihan.
Tak lama, tangan Alex terangkat untuk membuka bagian kepala selimut yang Jihan pakai agar Jihan bisa bernafas dan tak kekurangan oksigen berada di dalam selimut setebal itu.
Jihan yang belum tertidur, berpura-pura dengan keras menutup matanya dan mencoba untuk tak bergerak sedikitpun agar terlihat seperti orang yang benar-benar sudah tertidur.
Setelah membuka selimut Jihan hingga batas leher cewek itu. Jihan merasa kasur yang tengah ia tiduri bergerak, menandakan Alex tengah turun dari kasur.
Jihan juga mendengar langkah kaki Alex menjauh dan tak lama suara pintu kamar tertutup pelan.
Membuka matanya perlahan. Jihan terlihat terdiam beberapa detik menatap dinding, sebelum memutuskan untuk membalikkan badannya dan melihat ke sekitar kamar, dimana tak terdapat lagi batang hidung Alex.
Cowok itu kemana?
Tanya Jihan penasaran.Sekuat tenaga, Jihan mencoba menekan rasa penasarannya, hingga akhirnya dirinya kembali memunggungkan badannya dan mencoba menutup matanya sampai Jihan benar-benar sudah tertidur.
____
Tengah malah, Jihan tiba-tiba saja terbangun. Jihan menggerak-gerakkan tangannya sembarang di atas kasur, sambil mencoba mencari posisi enak untuk kembali tertidur.
Namun saat teringat bahwa dirinya kini tengah berada di apartment Alex, tubuh cewek itu seketika langsung membeku. Jihan takut jika dirinya tak sengaja menyentuh menyentuh Alex atau yang lebih parah malah membangunkan cowok itu.
Tapi, saat tangannya bergerak-gerak tadi, Jihan tak merasa dirinya menyentuh apa-apa selain selimut. Dengan cepat, Jihan membalikkan badannya dan menatap sebelah kasur yang ternyata kosong.
Cowok itu sudah bangun?
Mengerutkan keningnya, Jihan lalu bangkit dari kasur dan berjalan melangkahkan kakinya keluar kamar.
Baru saja dirinya membuka pintu kamar yang berada tepat di samping ruang tamu, pandangan Jihan langsung disuguhi oleh pemandangan Alex yang tengah tertidur lelap dengan posisi Alex yang tengah terduduk dilantai depan meja dan tangan cowok itu menyangga kepalanya sendiri di atas meja.
Jihan menatap Alex terdiam. Jihan lalu melangkahkan kakinya mendekat ke arah Alex.
Dirinya akhirnya dapat melihat dengan jelas Alex yang tertidur disana, dengan laptop yang layarnya masih menyala memperlihatkan tulisan-tulisan yang sama sekali tak Jihan mengerti.
Dirinya terdiam menatap posisi tidur Alex yang terlihat sangat tidak nyaman. Namun anehnya, cowok itu tetap tertidur dengan pulas dan nyaman, seolah tertidur dengan posisi itu tak mengganggunya sama sekali.
Pasti punggungnya sakit. Apa cowok ini sering tertidur seperti ini?
Tanya Jihan dalam benaknya, sambil masih melihat betapa pulasnya Alex tertidur.Jihan yang masih berdiri di hadapan Alex, membungkukkan badannya untuk sekedar menatap wajah cowok itu dari dekat.
Jihan jadi merasa tak enak, dirinya yang menumpang, malah enak-enakan tidur dengan nyaman di kamar Alex, sedangkan Alex sang tuan rumah malah tidur disini.
Sepertinya Jihan akan meminta Alex bertukar untuk malam besok. Pikir Jihan sambil masih terdiam menatap wajah Alex.
Jihan perlahan membungkukkan badannya untuk melihat wajah Alex dari dekat. Alex terlihat sangat imut dan polos saat sedang tertidur seperti ini. Sangat berbanding terbalik saat Alex sudah memperlihatkan mata tajamnya.
Fokus Jihan lalu berubah pada bulu mata indah dan panjang Alex.
Apa adil, seorang laki-laki memiliki bulu mata indah dan panjang seperti ini? Bahkan bulu mata Jihan tak seindah ini.
Jihan menatap bulu mata Alex dengan pandangan iri. Perlahan, tangan Jihan mendekat untuk menyentuh bulu mata itu dan menggerakkan jarinya untuk menelusuri bulu mata cowok itu.
Saat sedang asik menelusuri helaian bulu mata cowok itu, Jihan tak sadar jika Alex sedari tadi sudah terbangun.
Alex dengan masih memejamkan mata, menarik tangan kiri Jihan yang menggantung di bawah meja di sebelah tangannya. Membuat tubuh Jihan yang tak siap, langsung terjatuh dan menabrak tubuh Alex. Wajah mereka berdua bahkan terlihat nyaris bersentuhan.
Jihan terdiam dengan wajah terkejut menatap Alex, sedangkan Alex yang sudah membuka matanya, juga ikut menatap Jihan sambil terdiam.
Mereka saling menatap dalam diam hingga beberapa detik. Sampai Jihan membuka suaranya.
"Kenapa lo tidur di sini?" Bisik Jihan didepan bibir Alex, dengan pandangan yang sedikit tak fokus saat dirinya menyelami mata hitam pekat cowok itu.
Jihan benar-benar tak sadar jika wajahnya saat ini berada sedekat itu dengan wajah Alex. Mata hitam itu lagi-lagi membuat otaknya terhipnotis.
Alex tak menjawab, cowok itu malah masih terdiam menatap Jihan dengan ekspresi wajah yang tak tertebak.
Dibawah sana, kedua tangan Alex menyentuh kedua sisi pinggang Jihan dan perlahan menarik tubuh cewek itu semakin mendekat ke arahnya.
"Lo pikir gue sebajingan itu?" Bisik Alex, dengan suara rendahnya.
"Biar gue yang tidur di sofa."
Alex menyeringai dengan tatapan remeh mendengar jawaban cewek itu. "Lo di kamar. Gue di sini."
"Kalo gitu kita berdua tidur di kamar." Balas Jihan keras kepala, sambil menatap Alex sok berani.
Alex mendengus geli, cowok itu terus memperhatikan Jihan tanpa berkata apa-apa.
Jihan yang merasa Alex tak berniat membalas ucapannya, melanjutkan ucapannya tadi "Gue ga suka ngerepotin orang. Kita tadi udah sepakat tentang keuntungan kedua belah pihak. Gue ga mau ada yang lebih rugi atau lebih untung disini." Ucap Jihan lagi.
Lagi-lagi, Alex mendengus mendengar penuturan cewek itu.
"Kapan gue nge-iyain?" Balas cowok itu sambil mengangkat sebelah alisnya.Jihan terdiam beberapa detik, tak menjawab saat mendengar ucapan Alex tadi.
Benar, Jihan tak mendengar cowok itu berkata 'iya' sama sekali. Saat dirinya mengetuk pintu Alex tadi, cowok itu hanya menyuruhnya untuk masuk ke dalam, tanpa memperdulikan penawaran yang Jihan berikan untuk cowok itu.
Sadar jika Alex berkata benar, dirinya dengan cepat mengambil tangan Alex dari pinggangnya dan melepaskan tangan itu, lalu menegakkan tubuhnya untuk bangkit dari sana.
Jihan melangkahkan kakinya dengan cepat ke arah kamar, tujuan cewek itu adalah untuk mengambil bantal beserta selimut, sebelum kembali menuju ke ruang tamu dan menaruh benda-benda itu di atas sofa.
Sedangkan Alex yang kembali mengerjakan sesuatu di laptopnya, terlihat tak memperdulikan kegiatan Jihan sama sekali yang mungkin tengah sibuk menyiapkan tempat tidur untuk dirinya sendiri di sofa.
Setelah selesai, Jihan langsung menidurkan tubuhnya di sofa itu sambil menatap punggung Alex dari belakang.
Jihan benar-benar tak terbiasa menerima perbuatan baik orang lain. Cukup dengan dirinya yang menyusahkan Alex dengan menginap disini.
Jihan tak ingin lagi menyusahkan siapa-siapa lagi setelah ini.____
20 Mei 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Alex, Count Me In [END]
General Fiction[Maaf, cerita ini tidak untuk diterbitkan🙏🏻] Jihan mengetuk pintu unit apartment Alex, cowok yang tinggal berhadapan dengan unit apartment Jihan. Pipi cewek itu terlihat lebam dengan air mata mengalir, namun herannya wajah cewek itu terlihat datar...