37.

72.8K 4.7K 121
                                    

Maaf banget update nya lama, banyak banget kerjaan dan urusan yang harus diselesain.😩

___

Alex termenung menatap layar laptopnya, tiba-tiba dirinya memutar kembali percakapannya dengan Dion di telepon tadi.

"Keluarga lo udah tau, mereka udah siapin pengacara buat nyerang lo balik. Semua bukti-bukti hasil manipulasi mereka semua udah lengkap, seolah-olah semua itu nyata."

"Salah langkah sedikit, lo yang bakal terluka Alex."

"Gue denger Jihan ada disini. Lo harus bener-bener hati-hati."

"Meskipun gue disini bantu lo, tapi yang bertarung sendiri tetep aja lo."

Alex mengusap wajahnya frustasi.
Semua ucapan Dion semua benar. Salah langkah sedikit, maka Alex yang akan terluka, dan mereka juga bisa saja ikut melukai Jihan.

Selama ini keluarganya begitu sulit untuk menjatuhkan Alex karena dirinya yang tak kenal takut, Alex tak memiliki kelemahan.

Sampai Jihan muncul..

Apa Alex tinggalkan saja Jihan sampai semua ini selesai?

Jika dirinya memberi tahu Jihan, Alex yakin Jihan akan dengan keras kepalanya tetap berada di sisi Alex meskipun dirinya sedang bahaya besar sekalipun.

Alex juga tak ingin keluarganya tau jika Jihan begitu berharga di hidup Alex, dirinya tak ingin keluarga nya tau jika Jihan adalah kelemahannya.

Tapi dirinya tak tega jika harus kembali melihat tatapan terluka itu tampak dari mata Jihan.

Alex menutup wajahnya gusar, kepalanya begitu pening saat ini.
Entah karena terlalu banyak meminum alkohol atau karena masalah ini. Kepalanya nya terasa seperti akan pecah.

Alex benar-benar akan membunuh mereka semua jika mereka sampai menyentuh Jihan barang sedikit pun.

Alex memijit pangkal hidungnya sebentar, mencoba menghilangkan rasa pening yang luar biasa ini.

Sedangkan didepan sana, terlihat Jihan tengah membuka matanya perlahan.

Hari sepertinya sudah siang, Jihan bisa melihat matahari yang baru muncul sedikit dari kaca besar di kamar Alex.

Jihan lalu menolehkan badannya ke belakang.
Hal kedua yang ia lihat saat terbangun adalah Alex tengah duduk di sofa, sibuk berkutat dengan laptopnya.

Jihan memperhatikan Alex dalam diam, pria itu terlihat sedang banyak pikiran. Jihan baru menyadari jika Alex nampak terlihat sedikit kurus dari saat terakhir mereka bertemu. Apa ia sering melewatkan makannya?

"Udah bangun?"
Suara Alex yang tiba-tiba, mengagetkan Jihan yang sedang menatap pria itu.

Dengan gugup, Jihan memalingkan tatapannya kesembarang.

"Udah."
Ucap Jihan pelan.

Mendengar balasan Jihan, Alex hanya berdehem saja lalu kembali melanjutkan pekerjaannya lagi.

Keheningan kembali menyelimuti mereka berdua, hanya terdengar suara ketikan keyboard yang berasal dari laptop Alex saat ini.

Jihan membuka selimutnya sebentar, dilihatnya keadaan tubuhnya yang masih telanjang di dalam sana.

Mata Jihan lalu kembali menatap Alex, melihat keadaan pria itu yang sudah rapi dengan kemeja beserta celana kantornya, dan seperti nya Alex juga sudah mandi.

'Sial, hanya dirinya yang telanjang di sini.'

"Iya?"

Jihan melirik dengan cepat ke arah Alex yang tiba-tiba saja bersuara itu. Ternyata pria itu sedang menelepon.

Dear Alex, Count Me In [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang