🍃EMPAT🍃

12 1 0
                                    


Satria, Vincent, Ivan, Syifa, Milka, Dara.

"Sat pinjem buku tugas matematikanya dong" Satria mendengus kesal. Meski tampak keberatan Satria tetap memberikan buku tugasnya pada Vincent. Sedang, laki-laki itu sudah tersenyum lebar dan mengambil duduk di depan Satria yang tengah menyantap sarapannya.

Sudah kebiasaan Satria selalu membawa bekal ke sekolah juga bukan rahasia umum di antara mereka bawasannya tidak ada yang ikut sarapan di rumah kecuali Syifa juga Ivan.

Sekolah masih tampak sepi karena belum semua siswa masuk. Satria mengunyah nasi gorengnya sembari mengamati seorang tukang sapu sekolahnya yang tidak lagi muda tapi masih semangat untuk bekerja. Kadang terbesit dalam otaknya, kemana anak-anaknya? Kenapa mereka membiarkan orang tua yang sudah seharusnya di rumah namun masih bekerja?

Dan ketika Satria bertanya itu secara langsung bapak itu memberikan jawaban yang Satria sendiri tidak menduganya,

Katanya "Bapak hanya tidak ingin merepotkan anak-anak bapak. Bapak bekerja bukan cuma karena bapak suka bekerja hanya saja bapak tidak mau meresa kesepian di rumah."

"Semenjak istri bapak meninggal satu tahun yang lalu bapak tinggal sendiri. Anak-anak bapak sudah pada bekeluarga"

Spontan dong Satria akan bertanya tentang mengapa pria itu tidak ikut anaknya saja. Lagi-lagi jawaban yang di dapat membuat Satria bungkam.

"Bapak tidak bisa meninggalkan rumah bapak sekarang. Rumah itu adalah hasil kerja keras bapak dan istri bapak lagi pula banyak kenangan di dalamnya. Juga, bapak tidak ingin membuat menantu bapak tidak nyaman, meski baik tapi bapak sadar diri."

"SATRIA!" Teriak Vincent tepat di depan wajahnya.

"Apaan sih teriak-teriak?"

"Ya lagian di panggil nggak nyaut-nyaut. Ngelamun kok di jadiin hobi"

"Ya sudah kenapa?" Vincent menggeleng memberikan kembali buku Satria. Ya kan tinggal copy tidak akan lama. Laki-laki itu beranjak dari tempatnya berniat untuk membeli sarapan sebelum bel masuk di bunyikan. "Vin gue titip soto sama gorengan dua ya" mata Vincent langsung membola.

"Masih nggak kenyang lo?"

"Nggak usah banyak tanya. Buruan!"

Vincent meninggalkan Satria untuk pergi ke stan soto. Dari pada harus bolak-balik mending sekalian saja. Tidak butuh waktu lama pesanannya sudah jadi. Vincent membawa pesanannya dengan nampan. "Enaknya pagi-pagi sarapan soto with gorengan plus sambal. Nih punya lo"

"Hey where are you going?" Kedua mata coklat itu terus mengikuti langkah Satria sampai dia tahu kemana anak itu. Vincent terdiam di tempatnya, tidak ada yang tahu apa yang tengah di pikirkan selain dirinya sendiri. Ketika Satria berjalan kembali ke arahnya, ia pura-pura menyantap makanannya.

Sesekali Vincent mencuri pandang pada temannya itu, Satria sadar kok kalau di perhatikan tapi ia abai saja.

"Nggak heran kalau banyak yang naksir sama lo. Your smart, kind, ketua OSIS, tampan, jago olahraga. Devinisi perfect" puji Vincent.

"Lo nggak ngerasa dari tadi lo selalu jadi pusat perhatian para murid cewek?"

"Mereka mau sama gue ya karena gue tampan sama kaya saja. Di banding lo, gue kalah jauh"

"Ngebandingin hidup nggak akan ada habisnya yang ada lo malah capek sendiri. Manusia cuma mau ngelihat bagusnya saja mereka lupa kalau kita juga ada buruknya" Satria membereskan kotak bekalnya dan memasukannya ke dalam tas. Dia mengajak Vincent untuk segera ke kelas, Satria mulai merasa tidak nyaman dengan suasana kantin.

🐸🐸🐸

Sepertinya benar jika kelas IPS 2 itu memang biangnya rusuh dan isinya rata-rata mulut Toa. Dari jarak 50 meter saja suara anak-anak kelas 12 IPS 2 sudah terdengar, itu pula kenapa si Cecep sama Wati kejar-kejaran.

"WOYYY CECEP BAYAR KHAS LO! BANYAK YANG KOSONG NIH"

"BESOK DEH GUE JANJI"

"NGGAK MAU TAHU GUE! BAYAR SEKARANG"

"Gue heran kenapa gue bisa satu kelas sama spesies macam mereka." Ujar Dara. Vincent dan Satria sedikit terkejut dengan kehadiran Dara yang tiba-tiba. Memang seperti jaelangkung itu anak. Apalagi kalau sudah marah.

"VINCENT DI CARI TEMEN GUE NIH? KATANYA DI SUKA SAMA ELO" Dara memejamkan kedua matanya, astaga apalagi ini? tanpa mengucapkan apa pun Dara segera pergi ke kelasnya di susul Satria. Vincent menatap siswi yang tadi berteriak padanya dengan perasaan merinding.

Dasar sinting.

"Salam buat temen lo." Balasnya dengan kerlingan nakal baru di menyusul kedua temannya yang sudah berada di kelas.

Selama menunggu wali kelas masuk tidak akan ada kata tenang. Wati dan Sasa yang di tugaskan menjadi bendahara tidak berhenti mengoceh dan menggerutu. Kedua orang tua minta uang kas sudah seperti malak saja.

Ya bagaimana tidak. Dari cara yang paling halus sampai kasar masih saja seret ada saja alasan yang di gunakan tapi, pas istirahat bisa langsung jajan. Kan kurang ajar!

Tiap ada kebutuhan kelas yang harus di beli selalu minta ke bendahara ketika belum di penuhi pasti protes. Anak setan, batin kedua gadis itu.

Dara menatap bangku di sebelahnya yang masih kosong. Selama acara berdoa kedua mata Dara tidak bisa lepas dari pintu. Jam menunjukkan pukul 07.18 WIB.

Sebenarnya bukan pertama kali Milka telat tapi tidak pernah selama ini. Paling lama 10 menit atau ya pas gurunya baru duduk Milka sudah datang.

Selesai acara berdoa dan sedikit masukan dari wali kelas. Bu Reni keluar dari kelas.

"Dar, Milka nggak masuk ya hari ini?" Tanya Syifa.

"Gue nggak tahu." Baru selesai di omongin anaknya sudah datang dengan ekspresi lelah. Bahkan keringat sudah bercucuran di wajahnya, Milka berjalan ke tempat duduknya. Mendudukkan dirinya sembari mengatur nafas.

"Sial banget harus kena hukuman"

"Bersihin toilet lagi?"

"Lari keliling lapangan 10 kali. Lo tahu gue nggak suka lari"

"Iya. Apalagi lari dari kenyataan" timbal Ivan yang tiba-tiba duduk di meja Syifa.

"Ya Tuhan semoga pagi ini gurunya nggak masuk." Rapal Milka, setidaknya ia bisa memanfaatkan satujam setengah untuk tidur. Namun harapan itu langsung pupus ketika mendengar sapaan seseorang,

"Selamat pagi anak-anak. Okey silahkan siapakan bulpen dan kumpulkan semua buku Matatika kalian di depan. Untuk tugasnya bisa di buka. Hari ini kita akan ulangan harian"

Tawa Di Balik LukaWhere stories live. Discover now