Bab 2

151 19 2
                                    

Warning!!

Cerita ini adalah terjemahan dari cerita dengan judul yang sama karya @escapism- tidak ada unsur menjiplak atau semacamnya saya hanya ingin berbagi buat para dramione indo. 

Selamat Membaca


---

"Tidak, Hermione! Berapa kali pun kau mengatakannya, semua itu tak akan terjadi" Ginny menghela nafas. 

"Itu mustahil, sangat mustahil membuat Malfoy jatuh cinta padamu." Ujarnya bersikeras lalu kemudian ia menyadari kesalahnnya, matanya seketika melebar. "Yang kumaksud bukan karena kau tidak layak dicintai atau semacamnya, aku hanya ingin mengatakan jika Malfoy bukan pria-"

"Jangan konyol, Ginny. Tidak ada yang mustahil."

"Tapi coba kau pikirkan sekali lagi. Dia adalah musuhmu, dia pernah menjadi bagian death eater, dia seorang Slytherin, dia.. dia adalah Draco Malfoy! Tidak, ini tidak mungkin terjadi!" Ginny menangis, mencoba meyakinkan temannya.

"Jika kalian berkencan mungkin saja.... Muggle biasa menyebutnya apa? Perang dunia ke enam?"

"Perang dunia ke tiga."

"Terserah! Kau harus berpikir rasional sekarang-"

"Jangan mendramatisir, Ginny. Jika.. kami berkencan, kupikir kami akan menyatukan asrama. Aku akan mendapatkan yang kuinginkan dan aku akan membawa kedamaian untuk sekolah ini. Bukankah itu luarbiasa?" Ujar Hermione sambil menyeringai.

"Tidak, itu tidak luarbiasa. Siapa yang peduli dengan persatuan asrama sekarang?Kita sudah bersatu pada saat perang itulah yang membuat kita menang, Hermione!"

"Ginny, aku bisa mengendalikan semuanya. Aku tahu apa yang sedang kulakukan."

"Tidak, kau tidak paham." Ginny menggeram dan menatap temannya frustasi.

"Okay, begini. Kalian sudah menjadi musuh bebuyutan sejak pertemuan pertama. Hell, tidak ada satupun dari kita yang berbicara dengannya sejak perang. Akan sangat aneh jika kau tiba-tiba berbicara dengannya tanpa alasan. Bagaimana caranya kau membuat dia jatuh cinta padamu?"

"Aku akan melakukan apa saja untuk membuatnya jatuh cinta padaku." Ujarnya percaya diri sambil bersandar kekursi dengan tangan menyilang. Dia merasa sudah selesai membahas rencananya, "Kumohon berjanjilah kau akan merahasiakan semua ini."

Ginny mengerutkan keningnya dan menatap Hermione cukup lama. Sebelum akhirnya dia menyerah dan mendesah pasrah. Dia tidak akan berhasil mencegahnya. Hermione telah membuat keputusan dan gadis itu sangat keras kepala.

"Aku berjanji tapi kumohon jangan sampai terkena masalah." Pintanya.

"Kau yang terbaik." Hermione berseru senang melompat dari kursinya. "Sepertinya aku akan sibuk selama liburan musim dingin ini, huh?" Tanyanya menyeringai lebar.

"Tunggu, apa Draco tetap disini selama musim dingin?" Tanya Ginny bangkit berdiri.

"Well, mengingat ayahnya.." Hermione menghentikan ucapannya dan menatap mata Ginny ragu. "Kupikir dia tidak akan pulang selama liburan." Lanjutnya dengan suara yang tiba-tiba pelan lebih tepatnya sebuah bisikan.

"Benar." Kata Ginny pelan dan suasana canggung seketika memenuhi mereka. 

Keluarga Malfoy mengisi semua surat kabar setelah perang berakhir dan hampir semua orang di dunia sihir tahu apa yang terjadi pada mereka. Itu adalah sesuatu yang sensitif untuk dibicarakan, mengingat itu tidak berakhir baik untuk Draco Malfoy.

"Ayo kembali ke dorm dan beristirahat." Ajak Hermione.

"Kedengarannya itu lebih baik." Balas Ginny, lalu keduanya mulai berjalan keluar perpustakaan. "Jadi berapa lama rencananya ini akan berjalan? Apa kau sudah memutuskannya?"

The Hoax I TerjemahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang