4. Perdebatan

87 13 6
                                    

Masa Majapahit (Tahun 1357—Masa Persiapan Ekpedisi Dompo)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masa Majapahit (Tahun 1357—Masa Persiapan Ekpedisi Dompo)

Benteng Pelabuhan Kambang Putih, Tuban

"Tuan Tumenggung, perahu yang menuju ke Tanjung Pura (Kalimantan) sudah berangkat hari ini sebelum kluruk (sebelum matahari terbit)," kata Dalu—orang kepercayaan Nala.

"Apakah para Majaya dan Idhang membawa semua yang dibutuhkan di Tanjung Pura?" tanya Nala.

"Sudah Tuan Tumenggung."

Nala mengembuskan napasnya. Tangannya memegang pada patakanya di sisi kiri, sedangkan senjata cetbangnya di sisi kanan. Tatapannya menyisir pada laut lepas Kambang Putih. Di malam hari seperti ini, para awak dan prajurit masih bekerja untuk menyiapkan pelayaran ke Dompo.

Dalam pelayaran kali ini, kurang lebih ada 25 kapal yang akan akan dikerahkan dengan jumlah antara 80-100 orang awak. Tiap masing-masing kapal dibagi sesuai dengan logistik yang dibawa dan diperlukan. Tiap-tiap perahu memiliki persediaan bahan makanan dan persenjataan yang dibutuhkan selama perjalanan.

"Saya akan melihat persiapan persenjataan di dekat benteng. Pantau terus keadaan di sini. Pastikan bahwa tiap-tiap kapal yang akan berangkat menuju Dompo dalam keadaan layak dan baik," titah Nala pada Dalu.

"Baik, Tuan Tumenggung." Namun, Nala mengernyit saat melihat raut wajah Dalu yang tampak ingin mengatakan sesuatu. Maka akhirnya Nala pun bertanya, "ada apa Dalu? Apa ada yang ingin kamu sampaikan?"

Dalu mengangkat kedua tangannya dan ditangkupkan. "Mohon maaf, Tuan Tumenggung, ada hal yang meresahkan akhir-akhir ini di kawasan pemukiman penduduk di bagian selatan benteng," ucap Dalu.

Nala menaikkan alis kanannya. "Meresahkan?"

"Benar, Tuan Tumenggung. Menurut laporan dari Juru Jalir, para Jalir yang ada di sebuah rumah bordil mendapat perlakuan buruk dari Nyai Jalir."

Respons Nala cenderung datar. "Lalu apa yang meresahkan? Bukankah masalah-masalah seperti ini memang sering terjadi. Selama tempat itu melakukan kewajibannya untuk melapor dan menyetor sima pada Juru Jalir maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Lagi pula itu bukan bagian kewenangan kita."

"Mohon maaf, Tuan Tumenggung, tapi dari informasi yang saya dapatkan, beberapa kepala awak kapal terlibat dengan Nyai Jalir. Mereka sering mabuk-mabukan, dan meminta Nyai Jalir untuk mencarikan gadis-gadis Wulanjar dengan iming-iming satu kampil gobog dan ma," ujar Dalu.

"Siapakah para kepala awak kapal yang terlibat?" tanya Nala dengan nada geram.

"Dari hasil yang anggota saya selidiki, sejauh ini yang terduga ada sekitar tujuh orang, tapi yang sudah dipastikan adalah tiga orang, Tuan Tumenggung."

"Apa tiga orang ini, malam ini tidak ikut dalam persiapan keberangkatan ke Dompo?"

"Benar, Tuan Tumenggung. Tiga orang yang sudah dipastikan, saat ini tengah berada di rumah bordil."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MPU NALA: Memoar Sang LaksmanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang