AishaZam (17)

1.1K 73 6
                                    

Aisha tersenyum menatap pantulan dirinya dalam cermin.

"Selesai," gumamnya. Gadis itu telah siap dengan mukena hitamnya untuk menunaikan salat magrib berjamaah di masjid bersama santri lainnya.

Aisha melirik suaminya yang masih duduk bersandar pada ranjang dengan jari-jari yang memainkan ponsel pintarnya.

"Kak Alzam," panggil Aisha membuat laki-laki itu mendongak sebentar lalu kembali fokus pada benda yang berada dalam genggamannya.

"Hm?"

"Kakak kok belum siap-siap?"

"Siap-siap ke mana?" tanya Alzam tanpa melihat pada orang yang mengajaknya bicara.

Aisha menghela napasnya lalu berjalan ke arah ranjang. "Siap-siap buat salat ke masjid, kak."

Alzam menggeleng. "Enggak."

"Kenapa, enggak? Kakak lagi dateng bulan?" tanya Aisha membuat laki-laki itu berhenti memainkan ponselnya lalu mendongak menatap isterinya yang berdiri dengan bersedekap dada.

"Enggaklah, yakali cowok dateng bulan, ngaur!"

"Terus? Kenapa nggak salat?"

"Bukannya nggak salat, sayangku. Tapi, gue salatnya di rumah aja," koreksi Alzam.

"Padahal masjidnya deket loh, kenapa kakak nggak salat ke masjid aja?"

Alzam menghela napasnya lalu menggeleng. "Males ketemu orang banyak. Apalagi gue sering jadi sorotan karena wajah tampan gue yang di atas rata-rata ini," balas Alzam dengan menampilkan smirknya.

Aisha membekap mulutnya. Gadis itu ingin tertawa mendengar kepedean suaminya. Tetapi, ia juga tak dapat menyangkal kebenaran itu. Benar, wajah Alzam memang terpahat dengan sempurna, nyaris tanpa celah.

"Kenapa? Kalo mau ketawa, ya ketawa aja gak usah ditahan, entar sakit perut," ujar Alzam dengan mencebikkan bibirnya.

Aisha berdehem untuk menormalkan ekspresinya lalu duduk di tepi ranjang. "Enggak kok. Kakak emang ganteng banget, Ais akui hal itu," puji Aisha dengan menampilkan senyum manisnya

Alzam mendongak lalu memalingkan wajahnya. Bibirnya berkedut menahan senyum.

Aisha yang melihat Alzam tersipu menoel-noel bahunya. "Cieee malu!"

"Aelah! Sa ae lu, sini gue peluk dulu." Alzam merentangkan kedua tangannya.

"Enggak ah, Ais nggak mau."

"Yaaah, padahal cewek-cewek di luar sana pada antri untuk gue peluk, dan lu? Malah nolak. Aih jatuh sudah harga diri orang tampan ini," tutur Alzam yang terdengar dramatis.

Aisha merotasikan bola matanya lalu berdiri. "Udah ah, kakak ambil wudhu dulu sana, dua menit lagi azan." Aisha menarik tangan Alzam agar berdiri tetapi laki-laki itu dengan sengaja menahan tangannya.

"Kak?!"

"Apa sayang?"

"Ambil wudhu terus salat ke masjid," ujar Aisha masih berusaha menarik Alzam.

"Lu tuh, ya, bukannya bersyukur suaminya milih untuk menutup diri demi mempersembahkan ketampanannya hanya untuk istrinya seorang. Eh malah disuruh ke masjid yang orangnya banyak," tutur Alzam membuat kekesalan Aisha memuncak.

"Aargh! Sakit yang." Alzam mengusap pinggangnya yang menjadi sasaran jemari mungil Aisha.

"Abisnya omongan kakak tuh kebalik! Harusnya istri bukan suami, kak!"

"Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik."

Astagfirullah, Alzam! (On Going)Where stories live. Discover now