14. Tonight

597 92 9
                                    

"Um?" Amicia tercekat mendengar ucapan gadis itu.

Sejujurnya, ini bukan sekali dua kali Avery memanggilnya dengan panggilan sayang, love, cinta, honey, bahkan baby. Tapi seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, Amicia selalu dibuat gugup untuk hal yang Avery lakukan walaupun sudah berulang kali.

"Sini gue tiupin, yaaa." Tangannya mengambil sendok yang berada di mangkuk seblak milik Amicia, lalu menyendokkan sedikit seblak tersebut dan meniupnya. "Nih, aaa."

Namun, Amicia justru diam saja di sana. Mulutnya juga masih tertutup rapat.

"Gak mau ya, ada bakterinya dari udara mulut gue? Yaudah gue kipasin aja pake tangan." Seblak pada sendok itu hendak ia buang, namun urung saat Amicia menahannya.

"Mauu, aaaa."

Melihat gadis itu membuka mulutnya, Avery jadi gemas sendiri. Kendati demikian, ia pun menyuapkan seblak itu dengan hati-hati. "Masih panas gak?"

Amicia menggeleng dengan mulut yang sibuk mengunyah.

"Lucu banget, siiii..."

Gadis itu menutup mulutnya yang masih mengunyah karena Avery yang tidak berhenti menatapnya.

"Aa lagi?"

Selepas menelan, Amicia pun menggeleng, "Lo juga makan seblaknya, dong. Nanti keburu dingin."

Avery menatap sekilas seblak miliknya, lalu kemudian kembali menatap Amicia seolah menyiratkan sesuatu. "Hehe..."

Amicia terkekeh, "Sini gue suapin juga."

Dan keduanya memakan seblak tersebut dengan saling menyuapi.







***





Kini, mereka sudah tiba di rumah Amicia. Selepas makan seblak tadi, keduanya sempat mengelilingi kota terlebih dahulu hingga jam menunjukkan pukul 12 malam lebih.

"Jadi nginep, kan?" Amicia memainkan jarinya setelah ia turun dari motor.

"Jadi dong! Lo tega biarin gue pulang habis perjalan jauh gini???"

"Ish! Siapa yang nyuruh pulang? Kali aja lo berubah pikiran."

Avery tersenyum. Motornya telah ia parkirkan di depan teras rumah itu. Kemudian, ia pun berdiri di hadapan Amicia sembari mengusap pucuk kepala gadis itu. "Enggak, kok... Gue temenin lo malam ini."

Kepalanya sedikit menunduk karena dirinya yang tersipu, "Yaudah, yuk masuk! Udaranya makin dingin."

Saat sudah di dalam, Avery duduk ranjang yang berada di kamar Amicia, sementara sang empunya kamar berjalan menuju dapur untuk mengambil air hangat.

Ketika sendiri itu lah Avery mendadak senyam-senyum karena mengingat moment yang baru saja terjadi tadi. Rasanya, malam ini adalah malam membahagiakan bagi dirinya. Ya, walaupun kenyataan kadang menamparnya.

"Kayak lagi pacaran, padahal enggak."

Amicia memasuki kamarnya dengan membawa gelas di tangannya. "Minum dulu, Ry. Kan abis makan pedes sama kena angin malam."

Gadis itu mengambil gelas tersebut dan meminum air hangat di dalamnya. "Makasih, yaa."

Tangannya mengambil kembali gelas yang kosong itu lalu tersenyum sambil mengangguk, "Cuci muka, tangan, sama kaki dulu gih sebelum bobo. Tadi gue udah." Amicia pun berdiri dan menaruh gelas tersebut di atas meja belajar. Kepalanya sedikit menoleh, melirik Avery melalui ekor matanya, "Kalo mau ganti baju, bisa pake baju gue aja."

Dengan segera, Avery pun ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya dengan asal. Lalu, ia kembali lagi ke kamar dengan nafas yang sedikit ngos-ngosan. "Gue mau ganti baju."

Three A's (3A)Where stories live. Discover now