10

1.1K 37 0
                                    

Aku berdiri di depan mereka. Amy sudah berdiri di dekat Alatas. Dan kutemukan Amy yang memeluk lengan Alatas. Aku menatap itu seolah hukuman mati telah dijatuhkan. Aku tidak bisa bertahan terlalu lama dalam kepura-puraan melihat mereka dengan bahagia.

Sebelum aku melakukan kesalahan, aku sudah memutuskan memberikan mereka selamat.

"Selamat untuk kalian, aku senang Al akhirnya memutuskan untuk menikah. Kuharap kau memberikan kebahagaiaan untuknya, Amy."

"Terima kasih, Del." Amy menatap Alatas. Tampak dia terpesona dengan pria itu, memangnya, siapa yang tidak. "Aku akan memastikan dia bahagia di sisiku."

Alatas menatapku.

"Bahagialah, Al. Aku mendoakan yang terbaik untukmu."

Alatas hendak bicara, aku dapat melihat bibirnya berkedut. Tapi tidak ada satu suara pun yang keluar dari mulutnya.

"Ma, Pa, Tante, Om. Del lelah. Aku naik dulu, ya?"

Mama mendekat, menatapku tidak yakin. "Tidak mau makan malam dulu. Mama sudah masak makanan kesukaanmu. Amy juga di sini butuh teman bicara, jadi, makan dulu, ya?"

"Perry sudah memasak untukku dan kami makan bersama. Aku kenyang, Ma." Aku menyentuh perutku dengan senyuman penuh tipuan. "Amy punya Al. Mereka bisa bicara sepuas mereka. Amy tidak membutuhkan aku."

Aku tersenyum pada Amy dan melangkah ke arah tangga. Meninggalkan mereka tanpa menatap lagi. Aku terus berjalan dengan langkah lebar. Meninggalkan segalanya yang sudah berubah.

Saat masuk ke kamar, aku sudah membuka jaketku. Aku siap ke arah kamar mandi, tapi pintu terbuka. Aku menatap ke pintu dan terkejut menemukan Alatas yang masuk ke kamarku.

Segera aku memasang kembali jaketku dan menatap kesal padanya. "Apa yang kau lakukan? Apa kau tidak tahu cara mengetuk pintu?"

"Ada apa dengan tubuhmu?"

"Apa?"

Alatas mendekat dan menarikku ke depannya. Dia memaksa aku membuka jaket dan meski aku melawan, dia berhasil menyibak jaket itu dan memperlihatkan tubuhku yang tertutup bra saja.

"Apa kau sudah selesai melecehkan sepupumu sendiri?" tanyaku dengan kesal.

"Kau bermalam dengan pria itu dan meninggalkan bekas seperti ini?" Tunjuk Alatas ke arah dadaku dan leherku.

Aku menunduk. Dia bisa melihatnya? Bekasnya sudah pudar dan hampir menghilang. Bagaimana dia bisa ....

"Katakan siapa?"

"Apa maksudmu siapa?"

"Dengan siapa kau melakukannya?" tanya Alatas marah.

Aku melayangkan tangan ke pipinya. Aku memberikan tamparan padanya yang bersuara sangat keras. Tidak percaya aku mendengar pertanyaan itu darinya.

Tapi jika kuteliti lagi, pertanyaan itu memang patut diajukan. Masalahnya di apartemen itu ada dua pria. Dan Alatas tahunya mereka bukan kekasih.

Hubunganku dan Elroy meski memang perjodohan, kami bukan yang memberikan keromantisan di depan orang lain. Jadi, Alatas mempertanyakan siapa yang meninggalkan tanda. Andai dia tahu siapa orangnya, dia akan sangat terkejut.

Alatas mendengus dan bergerak mundur. Aku yang melihatnya menatap tidak yakin. Dia seolah sudah memutuskan arti dari apa yang dilihatnya.

"Aku seharusnya tidak perlu mempertanyakan itu lagi, bukan?"

"Apa yang kau maksud?"

Alatas menatapku dengan tidak percaya. Seolah selama ini dia telah salah menilaiku. Dan aku mulai mengerti seperti apa dia melihatku sekarang.

"Kau pikir aku tidur dengan keduanya?" tanyaku dengan tidak yakin. Aku seperti diberikan tamparan dan itu sangat menyakikan.

"Lalu katakan, siapa yang meninggalkan jejaknya?"

"Kau mau aku mengatakannya padamu, untuk apa? Siapa kau?"

"Siapa aku?" Alatas menunjuk diri.

"Kau hanya sepupuku, Al. Masalah percintaan dan hubungan seksualku, tidak ada hubungannya denganmu. Dengan siapa aku melakukannya, tidak ada urusannya denganmu. Lebih baik kau pergi sekarang. Aku tidak ingin melihatmu sekarang."

"Kau membuat aku kehilangan kata, Del. Kau sungguh hebat." Alatas bertepuk tangan dan berbalik. Lalu dia pergi.

Yang bisa kulakukan hanya menangis.

Hamil Anak Sepupu Kde žijí příběhy. Začni objevovat