Bab 27

59 4 0
                                    

William sudah menunggu Ferdi lebih dari dua puluh menit. Tapi yang ditunggu tak kunjung datang. Laki-laki itu bolak-balik memeriksa ponselnya, tapi tak kunjung ada kabar dari yang ditunggu.

Ting!

Ponsel William berbunyi. Menandakan ada pesan masuk. Dengan segera William mengeceknya.

Ferdi: Ternyata istri kamu masih perawan. Senangnya hatiku. Aku titip anakku di rahim istrimu ya.

"Billa!" lirih William dengan jantung yang berdetak tak karuan.

Secepat kilat William meninggalkan restoran tersebut. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Beberapa kali William menghubungi Billa, tapi tak ada jawaban. Akhirnya William memutuskan untuk menelepon Diana.

"Halo, Pak." terdengar suara khas bangun tidur dari Diana.

"Tolong cek Ibu. Sekarang! Jangan dimatiin teleponnya. Cepet sekarang." William bicara dengan satu tarikan nafas.

"Baik, Pak," jawab Diana.

Asisten rumah tangga William dan Billa tersebut langsung keluar dari paviliun dan menuju rumah utama. Saking buru-burunya, Diana sampai tidak sempat memberitahu ayah dan ibunya.

Dari nada bicara bosnya, sepertinya keadaan bos perempuannya sedang tidak baik-baik saja. Oleh karena itu, Diana melaksanakan perintah tersebut dengan sangat tergesa-gesa.

Diana lari terburu-buru menaiki dua kali tangga penghubung antar lantai. Sesampainya di depan kamar sang majikan, Diana mengatur nafasnya sejenak.

Setelah lima detik berlalu, Diana lalu mengetuk kamar majikannya.

"Mbak Billa...."

"Langsung masuk aja!" perintah William sedikit berteriak.

Diana menurut, ia membuka kamar sang majikan. Kok nggak dikunci? batin Diana.

Begitu pintu telah terbuka, Diana langsung menjerit histeris. "Aakkhh!"

"Ada apa, Diana? Cepat katakan!" perintah William. Laki-laki itu sangat panik ketika mendengar teriakan Diana.

"Tolong! Bapak cepat pulang! Mbak Billa .... Mbak Billa...."

Diana tak bisa melanjutkan kata-katanya. Ponsel perempuan dua puluh tahun itu terjatuh ke lantai. Tapi masih dalam keadaan menyala.

Diana sangat syok melihat kondisi Billa. Majikannya itu tidak memakai pakaian sehelaipun. Tubuh Billa lebam-lebam dan merah-merah seperti terkena cakaran.

Darah membanjiri kasur tersebut. Baunya amis sekali. Tapi Diana tidak terganggu dengan aroma amis tersebut, dia hanya syok melirik kearah majikannya.

"Ibu kenapa? Kenapa, Diana?" William berteriak panik dari seberang sana.

Tapi Diana tak mendengar teriakan William karena ponselnya berada di lantai.

Setelah kesadarannya pulih, Diana lalu bergegas memakaikan pakaian kepada Billa. Kemudian dia memungut lagi ponselnya yang ada di lantai.

"Halo, Pak. Bapak masih di sana?" tanya Diana dengan suara yang bergetar karena takut dan cemas.

"Ada apa? Cepat kasih tau saya!" bentak William tak sabar. Sedari tadi dia sangat panik sekali. Apalagi ketika mendengar Diana teriak histeris.

"Ibu pingsan, Pak. Tubuhnya luka-luka. Dan ... nggak pakai pakaian apapun."

Klik!

William langsung mematikan telepon secara sepihak. Mendengar keterangan dari Diana, laki-laki tersebut sangat cemas sekali.

Jodoh Pilihan Orang Tua (Tamat)Where stories live. Discover now