Bab 31

53 2 0
                                    

Al dan Cecil baru saja sampai di rumah Billa. Ketiga sahabat itu duduk melingkar di atas karpet bulu halus yang ada di kamar Billa.

"Al lagi sedih, Bil. Dia marahan sama Cintya. Liat tuh mulanya. Ditekuk gitu." Cecil menunjuk Al dengan dagunya.

Billa menoleh ke arah Al yang memang sedari tadi banyak diam. Wajahnya benar-benar ditekuk. Padahal biasanya, laki-laki itu banyak bicara. Tidak diam seperti ini.

Billa menarik kedua sudut bibirnya. Lucu melihat kelakuan Al yang tidak biasanya ini. Dia baru tahu, ternyata laki-laki kalau sedang bertengkar dengan pasangan, bisa mirip perempuan juga. Lucu sekali.

Sepertinya tingkah lucu Al yang tidak sengaja untuk melucu itu membuat mood Billa jadi bagus. Perempuan itu langsung meminta materi yang tertinggal selama dia tidak masuk.

Al dan Cecil juga berjanji akan menemani dia menemui dosen-dosen untuk meminta tugas agar dia bisa mengimbangi teman-temannya.

Billa harus lulus tepat waktu. Dia tidak mau kuliah terlalu lama. Ditambah lagi ada beban beasiswa, menambah semangat Billa semakin terpacu.

🥀🥀🥀

Anita duduk di depan Ferdi dengan tatapan membunuh. Ibu dari Billa itu sedang menjenguk mantan suaminya di lapas. Bukan untuk bermanis-manis, tapi untuk bicara terakhir kalinya dengan sang mantan suami.

Gugatan cerai dari Anita sudah dikabulkan oleh pengadilan agama. Sekarang antara mereka berdua sudah tidak ada lagi hubungan. Benar-benar sudah selesai.

Ferdi yang memang tidak pernah memiliki rasa bersalah, tersenyum misterius kepada Anita. Baginya, apa yang dilakukan memiliki kepuasan tersendiri.  Meskipun dipenjara seperti ini, dia tidak sedih sama sekali.

"Apa lagi, Nit? Kamu mau ngasih uang saku untuk aku?" tanya Ferdi sambil tertawa kecil.

Anita tidak langsung menjawab, dia menatap Ferdi dengan geram. Sejak awal dijebloskan ke penjara hingga hari ini, Ferdi tidak pernah berubah. Masih saja sama. Tidak pernah memiliki rasa penyesalan sama sekali.

"Kamu nggak pernah merasa bersalah atas perbuatan kamu?" tanya Anita geram.

"Kesalahan? Kesalahan apa?" Ferdi tertawa terbahak-bahak. "Apa yang aku lakukan bukan kesalahan, Nit. Tapi pencapaian. Kamu harus tau gimana bangganya aku karena berhasil nidurin anak kamu. Ternyata dia masih virgin. Ahaha ... beruntungnya aku. Dasar William bodoh. Punya istri cantik disia-siakan. Kalau aku jadi William ...."

Belum selesai Ferdi menuntaskan bicaranya, Anita langsung menampar Ferdi sangat keras sekali. Dia benar-benar muak.

Karena melakukan tindakan kekerasan, Anita langsung ditarik oleh sipir penjara untuk menjauh dari Ferdi.

Kalau ditanya, bagaimana reaksi Ferdi setelah di tampar? Jawabnya dia senang. Ya, dia sangat senang. Buktinya dia tertawa semakin terbahak-bahak.

Sebelum Anita benar-benar jauh, Ferdi berteriak nyaring. "Nit, kalau Billa hamil anak aku, titip bayi kami, ya? Tolong urus si jabang bayi. Kalau aku sudah keluar dari sini, anak itu akan aku ambil."

Anita menggeram semakin kesal. Ingin sekali dia mematahkan tulang leher Ferdi. Benar-benar kurang ajar iblis satu itu.

Anita ingin kembali untuk menampar Ferdi, tapi tidak bisa. Dia telah dibawa pergi dari ruang jenguk. Selain itu, Ferdi juga telah kembali dibawa ke sel.

Sepulang dari lapas, Anita memutuskan untuk ke butik. Perempuan itu ingin menghabiskan hari ini dengan bekerja. Saat ini, satu-satunya cara yang bisa mengalihkan pikirannya dari kejadian menyeramkan itu adalah: bekerja.

Anita tahu bagaimana terpukulnya Billa, William, dan Putra. Untuk saat ini dia belum berani untuk bertemu Billa. Dia malu. Sangat malu.

Bagaimana bisa dia kembali salah memilih suami? Suami yang dulu cemburuan, sedangkan yang sekarang hatinya bak iblis.

🥀🥀🥀

Hari ini Billa sudah masuk kuliah. Berita tentang pemerkosaan itu telah tersebar di kampus. Ada yang mencibir, tapi ada juga yang prihatin.

"Liat, itu. Itu yang namanya Billa. Kalian tau kan? Dia itu korban pemerkosaan. Kalian tau siapa yang merkosa dia? Bapak tirinya."

"Hi ... serem amat. Kalau gue jadi Billa, gue udah bunuh diri karena saking frustasinya. Tapi dia masih mau kuliah, hebat banget dia."

"Apanya yang hebat? Dia itu malah seneng bisa diperkosa. Kalian nggak liat apa? Selama ini kan dia selalu pakai baju seksi, itu tandanya dia memang ngundang."

"Astaghfirullah ... jangan ngomong sembarangan, deh. Ngundang-ngundang gimana maksudnya? Kalau lo di perkosa juga, baru tau rasa, lo!"

"Eh, dia sama suaminya, kan? Suaminya ganteng, ya? Kok masih mau sih sama Billa. Aneh banget."

"Ya elah manja. Kuliah aja di anterin suami. Kayak anak TK."

Saat Billa pertama kali menginjakkan kakinya di kampus. Suara-suara bising itu langsung terdengar di telinganya.

"Jangan dengerin mereka ya, Sayang." William menutup telinga Billa dengan kedua tangan besarnya sambil terus berjalan.

Billa tidak menolak ataupun protes. Perempuan itu mengikuti saja apa maunya William. Tadi Al dan Cecil memaksa akan menjemput, tapi William menolak mentah-mentah.

William yang ingin mengantar dia ke kampus. Katanya lagi, William akan menunggu di depan kelas sampai Billa selesai dengan kelasnya.

Baiklah, kita pantau saja nanti. Seberapa kuat William akan bertahan.

Sesampainya di kelas, Billa langsung di sambut oleh Al dan Cecil. Teman-teman yang lainnya juga banyak yang ramah kepadanya. Sepertinya di dunia ini memang sangat banyak orang baik. Stok manusia baik tidak pernah hilang seutuhnya dari muka bumi ini.

"William beneran nungguin lo depan kelas, ya?" tanya Al sambil melongok melalui jendela yang gordennya sedikit terbuka. Di luar memang ada William yang sedang duduk manis sambil memainkan ponselnya.

"Sweet banget sih laki, lo. Kalau memang dia bertahan kayak gini selama seminggu full, lo harus kasih dia reward, Bil,"  kata Cecil heboh.

"Bener tuh apa kata Cecil. Nggak usah reward yang aneh-aneh. Cukup hal-hal kecil aja. Misalnya buatin kopi atau apalah itu," sahut Al tak kalah hebohnya.

Billa hanya diam saja dan tak menyahut sedikitpun. Sekarang perempuan itu memang menjadi sangat sangat pendiam.

"Oh astaga ... laki lo di godain Vino. Ahahaha ... liat, Bil! Bikin ngakak." Al memutar arah kepala Billa menuju keluar.

Billa tersenyum lucu saat melihat pipi William di toel-toel oleh Vino. Ngomong-ngomong, Vino adalah cowok kemayu di kelas Billa. Mirip Al, tapi Vino lebih parah. Kalau Al suka perempuan, Vino sebaliknya. Sukanya pada laki-laki.

"Astaga Vino aneh-aneh aja, deh. Suami temen sendiri di embat," omel Cecil.

Sayangnya pemandangan lucu itu harus berkahir karena dosen yang mengajar di kelas mereka telah datang. Vino pun segera masuk ke dalam kelas. Laki-laki itu duduk di sebelah Billa.

Al dan Cecil yang duduk di belakang Billa, menggoda Billa habis-habisan. Yang digoda hanya tersenyum kecil saja. Setidaknya senyuman kecil lebih baik daripada wajah datar tanpa ekspresi.

🥀🥀🥀

Jodoh Pilihan Orang Tua (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang