VIII "Ikhlas"

16.7K 673 16
                                    


Jangan lupa votenya.

Sekarang ini suasana hati Kahla sedikit runyam. Baru saja baba dan juga abangnya telah kembali lagi bertugas. Dan sekarang ia berjalan dengan lesu kepesantren.

Kemarin malam ia menginap dirumah karena ingin berkumpul dengan baba dan juga abangnya sebelum mereka berangkat.

Ia juga sudah memberi tahu keluarga dipesantren. Kemarin selesai acara wisuda, ia meminta tolong kepada kang Arip guna memberi tahu gus Afiq jika dirinya akan pulang kerumahnya.

"Huh, nggak boleh sedih lagi, nanti kayak gembel lagi. Kan jadi jelek, nanti nggak diakuin sama gus Afiq kalo aku istri keduanya. Eh, tapikan sekarang juga belum. Ah udahlah, harus tetap happy kiyowok pokoknya mah" ujarnya dengan mengkebu-kebu.

Kahla berlari kecil menuju kepesantren. Sesekali ia menyapa orang yang ia kenal jika berpapasan.

Hingga sampai digerbang pesantren, ia berhenti berlari dengan mata berbinar. Kahla melihat ada kang cimol yang sedang jualan keliling tak jauh darinya.

Kahla melambaikan tangannya kearah kang cimol. "Kang, sini. Kahla beli" teriaknya.

Kang cimol yang peka pun menghampiri Kahla dengan senyum ramahnya.

"Cimol neng?"

"Iya, lima ribu" jawab Kahla dengan memberi lima jarinya.

Kahla merogoh kantong gamisnya dan tidak ada uang sama sekali. Ia berinisiatif untuk meminta uang ke gus Afiq. Karna kalau ia kembali kerumah, nanti lama dan dikira ngutang lagi.

"Em, aku ambil uang kedalam dulu ya kang" ujar Kahla sambil menunjuk gerbang pesantren.

Kang cimolnya pun melihat kearah yang ditunjuk oleh Kahla. "Siap neng" jawab kang cimol.

Kahla yang mendengarnya pun tersenyum. Kahla bergegas masuk kedalam pesantren dan meminta uang. Tapi, baru satu langkah Kahla berjalan. Kahla melihat ada kang cendol yang lewat.

"Kang, sini" panggilnya sambil melambaikan tangan.

Kang cendol nya menghampiri Kahla yang selalu tersenyum.

"Cendolnya neng" tawar kang cendol.

"Iya kang, satu ya"

Kang cendol memberikan jempol kearah Kahla dan membuatkan pesanan Kahla.

Kahla kembali melanjutkan langkahnya dan membuka gerbang pesantren lalu masuk kedalam.

"Loh? Neng mau kemana atu?" Tanya kang cendol yang melihat Kahla masuk kedalam.

Kang cimol yang mendengarnya langsung menatap kearah kang cendol. Ia baru menyadari jika bukan dirinya saja yang barada disini.

"Mau ambil uang katanya" jawab kang cimol.

Kang cendol menatap balik kearah kang cimol.

"Ouh, tak kiro ape bodoni wong"

"Santri itu, mana mungkin bohongin orang"

Sedangkan orang yang dibicarakan sekarang telah sampai tak jauh dari ndalem.

Kahla menatap lurus kearah gus Afiq dan juga ning Fadila yang sedang menanam bunga dihalaman. Sesekali mereka tertawa bersama.

Kahla mengela nafas dengan pelan. Ia merasakan bahwa hatinya sedikit bergetar dan terasa ada benjolan yang ada ditenggorokannya.

"Nggak papa Kahla, harus tetap happy kiyowok. Kamu harus ikhlas dengan takdir kamu. Harus ikhlas" gumamnya.

Setelahnya, ia mendongkakan kembali kepalanya lalu berlari kecil kearah gus Afiq dan juga ning Fadila.

"Assalamualaikum" ucapnya.

Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang