XXXIII "Memaafkan atau tidak?"

14.7K 505 27
                                    

"Meminta maaf kepada Tuhan lebih mudah dari pada meminta maaf kepada orang yang telah disakiti hatinya"

Muhammad Afiq Ibrahim






Benar saja apa yang dibilang oleh Chandra, bahwa gus Afiq akan datang. Dan kini terbukti dengan gus Afiq duduk dikursi depan brankar Kahla.

Semua orang telah keluar untuk memberi waktu mereka berdua. Walaupun begitu, Naren tetap mengawasi mereka dari luar entah bagaimana caranya.

"La" panggil gus Afiq pelan.

Matanya yang sayu menatap bola mata Kahla yang terlihat sayu juga. Mereka memandang satu sama lain tanpa adanya membicaraan.

Bahkan Kahla hanya diam ketika gus Afiq memanggil namanya. Ia tak tahu harus berbuat apa sekarang. Dan juga ia bingung mengapa gus Afiq kemari.

"Maaf" kini suara gus Afiq terdengar serak mengatakan itu.

Tangganya dengan ragu memegang tangan milik Kahla yang sedikit dingin itu. Ia jadi mengingat ketika pertama kali memegang tangan Kahla dulu.

"Iya?" Tanya Kahla yang tak terlalu mendengar ucapan gus Afiq.

Ia melepaskan genggaman tangan gus Afiq dari tangannya dengan pelan. Sedangkan gus Afiq hanya tersenyum getir.

"Maaf. Maafkan saya Kahla" ujarnya yang sudah tak tahan menahan tangisnya.

Kahla hanya diam sambil memandang keatas. Ia bingung, jujur hatinya masih sakit mengingat ucapan gus Afiq dulu.

"La. Maafkan saya. Maafkan saya" hanya itu yang mampu gus Afiq ucapkan.

Hati Kahla bergetar mendengarnya. Saat ini dirinya tak menggunakan kaca matanya. Jadilah pendangannya sedikut mengabur.

"G-gus" panggilnya yang mampu membuat gus Afiq langsung mendekatkan tubuhnya kearah Kahla.

"Tolong ambilkan kaca mata Kahla" pintanya.

Gus Afiq menyerngit bingung, tapi tak khayal jika dirinya mengambil kaca mata Kahla yang berada diatas nakas.

Tanpa kata, gus Afiq langsung memakaikan kaca mata itu kepada Kahla. Sedangkan Kahla membenarkan letaknya.

"Sejak kapan kamu minus?"

Kahla yang pandangannya sudah cernih pun mematap gus Afiq. Ia hanya diam dan terus menatap gus Afiq. Hingga akhirnya ia memalingkan wajahnya.

"Sejak kecelakaan ini menimpaku" jawabnya.

Gus Afiq terdiam, ia menunduk karena merasa bersalah. Dirinya hanya bisa menyesalinya saat ini.

"Maafkan sa-"

"Sudahlah gus, lagipun semua ini sudah terjadi. Tidak ada yang salah disini"

Belum sempat gus Afiq meminta maaf kembali Kahla sudah memotong ucapannya.

"Tapi...kamu memaafkan saya kan?" Tanya gus Afiq dengan hati-hati.

Kahla terkekeh pelan, hal itu malah membuat gus Afiq tak tenang. Kahla berubah, dan itu faktanya.

"Belum" jawab Kahla singkat.

Terdiam kala mendengar hal itu. Gus Afiq  memandang Kahla dengan miris.

Menjadi Yang Kedua "TERBIT" (PO)Where stories live. Discover now