3. Orang Mati

129 27 2
                                    

"Mau gimana pun jalan yang dilewati, tujuan akhir manusia hanya satu yaitu kematian."

- Ghost -

"Ma, Kakek Tanum kelihatan pucet dan dingin," tunjuk Gilang, balita berusia empat tahun pada kakeknya, Tanum, yang rumahnya tepat di depan rumah Asep.

Anita, mama Gilang, hanya menundukkan kepala pelan, meminta mertua lelakinya maklum pada ketidaksopanan putranya yang seenaknya menunjuk ke arah kakeknya dengan tangan kiri.

Gue yang sedang markir di balkon rumah kakek Tanum karena diajak Geni, menilik pelan ke kakek Tanum.

Manusia renta satu itu hanya mengulas senyuman tipis. Auranya buram, pancaran wajahnya seperti bunga yang akan layu dan melihat beberapa bagian tubuhnya yang mendingin, seperti di daun telinga, telapak tangan dan punggungnya, gue jadi yakin kalau waktunya mungkin nggak bakal lama.

"Kenapa, Gen?" tanya Geni, Genderuwo yang lebih suka memakai penampilan fisik wanita. Dia adalah salah satu teman baik gue di sini.

"Nggak apa-apa," sahut gue nggak mau sok tahu.

Gimana pun, kematian adalah rahasia Tuhan. Bukan ranah gue buat ngomongin hal seperti itu. Lagipula, itu bukan urusan gue.

Keberadaan gue aja yang kayak gini, udah bikin gue ngelus dada.

"Lo tertarik sama manusia tua renta itu?"

Geni ikut mememerhatikan kakek Tanum yang sedang berjalan di depan rumahnya untuk menikmati sinar matahari. Ini adalah kegiatan rutinnya. Walau nggak terlalu memerhatikan sebelumnya, dia memang suka berjemur di pagi hari karena anjuran putranya, Hamid.

"Jangan sembarangan bicara, lo tahu, kan, kalau ada yang salah paham dengan ucapan lo barusan, gue bisa kena masalah?"

Gue berucap dingin ngebuat Geni bergidik ngeri. Walau sama-sama Genderuwo, nyatanya, perbedaan kekuatan di antara kami cukup jauh.

Ya, gue nggak begitu pengen sombong sebenarnya, tapi di daerah ini, gue adalah hantu yang cukup kuat dan ditakuti.

"Sorry, gue nggak bermaksud kayak gitu," ujar Geni ngerasa bersalah.

Gue tahu dia nggak berniat jahat, tapi omongan yang sembarangan bisa saja disalahpahami oleh hantu lain.

Mau manusia atau hantu, omongan yang nggak benar, bisa menimbulkan fitnah kejam yang dampaknya nggak akan main-main.

Ucapan Geni bisa ditanggapi salah dan bisa jadi fitnah bila didengar oleh hanu berhati busuk dan mulut penuh racun.

Omongan singkat itu bisa berubah maksud seolah gue tertarik pada manusia. Tertarik di sini, sejenis gue pengen nempel dan mengambil hidupnya.

Jika sudah begitu, hal itu akan membuat gue kena teguran, paling mentok, gue mungkin akan diasingkan ke neraka atau dimusnahkan karena dianggap melanggar aturan.

Sekalipun hanya hantu penghuni rumah, gue pengen tetap di dunia ini, menyaksikan akhir dunia dengan mata merah gue sendiri. Meskipun mungkin akan sedikit menakutkan, tetapi bisa merasakan kematian setelah sekian ribu abad, sepertinya bukan hal buruk bagi setan kayak gue.

"Gue balik dulu, deh," pamit gue karena suasana di antara kami mendadak jadi canggung.

Gue tahu Geni hanya bercanda sama gue, tapi candaan yang tak dipikir dulu bisa berubah menjadi bencana. Kami sudah lama berteman, gue nggak mau hal ini mengusik hubungan kami, itu sebabnya gue perlu pergi buat nenangin diri daripada tiba-tiba meledak di sini.

Hubungan kami nggak akan sama lagi kalau sampe gue marah dan ngeluarin perkataan atau bersikap kasar sama dia. Bagaimanapun butuh waktu beberapa detik untuk menghancurkan hubungan ratusan tahun bila sedang emosi.

Hubungan yang pernah hancur meskipun sebentar, memperbaikinya mungkin butuh seumur hidup. Bahkan, ada yang nggak akan bisa diperbaiki lagi.

Setan bisa emosi? Bisa. Lagipula kami emang terbuat dari saja. Sejatinya sifat api, bila kecil akan sedikit membantu memanaskan suasana ( gairah ), bila sudah besar, akan menghancurkan segalanya tanpa kata ibarat api yang melahap kertas, tak menyisakan apa pun selain asap hitam yang tak terhapus.

Setan itu jahat? Ya, bergantung. Seperti manusia yang memiliki tugas sebagai khalifah di bumi, kami juga memiliki tugas tertentu. Meskipun tugas itu kebanyakan diperuntukan pada kaum jin dan setan yang levelnya lebih tinggi dari setan rendahan kayak gue.

Well, kalau sekadar menakuti manusia, itu bukan tugas, hanya bagian dari rasa iseng dan kesenangan saja. Kadang kebutuhan juga karena dengan rasa takut, kami bisa ikut masuk ke dimensi mereka.

Rasa takut adalah jalan para setan untuk datang ke dunia manusia, sudah seperti keadaan haid pada wanita yang menjadi kesukaan para setan untuk menunggu karena keadaan kosongnya berpeluang tinggi untuk ditumpangi.

"Yah, kelopak mata Iki kedutan terus dari tadi, kenceng banget. Iki kenapa ya, Yah?"

Gue menautkan alis gue yang hitam, tebal dan lebat macam hutan Kalimantan sebelum diserang para penebang. Ini cukup menarik mendengar pembicaraan ayah dan anak yang jarang ngobrol itu.

"Iki main HP terus kali," sahut Asep sekenanya pada anak sulungnya. Walau sudah SMA, Rifki tetap manja pada ayah dan ibunya. Sekalipun ayahnya jarang bersikap lembut, Iki, gimana dia biasa disapa, tetap nggak takut pada ayahnya kecuali kalau berbuat salah.

Setiap kali salah dan melawan ibunya, Siti, ibu Rifki, akan melaporkan anaknya pada Asep. Jika sudah mendengar suara ayahnya, Iki akan langsung sujud minta pengampunan pada ibunya.

Asep adalah manusia yang tegas. Dia nggak pernah mentoleransi sikap kurang sopan siapa pun, terutama sikap kurang ajar pada orang tua. Dia dididik dengan lingkungan menghormati yang tua dan menghargai yang muda sehingga karakternya tegas, tapi bertanggungjawab.

Asep juga dermawan dan selalu mendengarkan perkataan orang tuanya. Mungkin itu sebabnya bisnis ayamnya yang sudah dirintis lebih dari sepuluh tahun mengalami kesuksesan di tahun kelima.

Semua usaha nggak akan untung pada awal dirintis, apalagi bisnis baru. Ada banyak persaingan, terutama dari para pedagang lama dengan jenis jualan yang sama. Walau begitu sikap Asep yang baik dan suka menolong sesame sepertinya menjadikannya nggak dimusuhi pedagang lain.

Ada satu-dua orang yang nggak suka dan sempat mengirim sihir ke rumah ini buat Asep, anak dan istrinya, tapi keberadaan kami menghalangi sihir nggak seberapa itu. Mungkin itu karena ada gue yang levelnya lebih tinggi sehingga sihirnya mental.

Ya, gue bukannya sombong, juga nggak berniat nolong, tapi keberadaan setan penghuni rumah nggak selamanya buruk, kok. Kami juga memiliki manfaat tersendiri.

"Nggak, seharian HP Iki disita sama Ibu," lapor Iki.

Asep bergumam pelan, sedang berpikir pelan. Kunti Three yang sedang di ruang tamu, duduk di tengah keduanya sembari menunggu dengan nggak sabar jawaban Asep.

"Kurang tidur kali." Asep memberikan jawaban yang membuat kunti three dan Iki sama-sama mendengus kasar, kurang puas dengan jawaban tersebut.

Kedutan di kelopak mata kiri, ada dua kemungkinan bila menurut mitos orang Jawa. Pertama, akan terjadi sesuatu yang membuat menangis seperti bertengkar dengan pasangan, kena sial, kehilangan barang dan lain sebagainya.

Kedua, bila kedutannya kencang dan lama, akan ada orang mati.

Itu hanya mitos orang Jawa. Kebenarannya bagaimana, itu bergantung kepercayaan masing-masing.

Besok paginya, kakek Tanum meninggal dunia karena serangan jantung.

Well, pada akhirnya semua makhluk bernyawa pada akhirnya akan mati, termasuk gue.

HANTU JULIDOnde histórias criam vida. Descubra agora