5. Lucid Dream

112 23 3
                                    

"Nggak semua mimpi adalah bunga tidur. Kadang itu adalah sebuah kecemasan di alam bawah sadar atau bentuk gangguan dari pihak luar."

- Ghost -

Hantu memiliki keistimewaan. Kami dapat memasuki manusia, baik di dalam mimpi atau dalam nyata, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Tentu saja, kami nggak bisa melakukannya dalam durasi lama atau berusaha memiliki raga dan jiwanya sepenuhnya pun nggak bisa.

Meski menjengkelkan, itulah aturannya. Aturan ada untuk dipatuhi, bukan dilanggar. Karena kami terlalu takut untuk mengetahui akibat yang akan terjadi bila sampai terjadi.

Kami, terutama gue, emang setan alias hantu, dedemit atau apa pun sebutannya, tetapi soal pematuhi aturan yang dibuat oleh Tuhan yang Maha Esa, nggak akan kalah dari manusia. Never.

Leluhur kami, para iblis, hanya membangkang sekali, tapi hukumannya berlangsung selamanya. Sedangkan manusia terus membangkang seolah mereka bisa hidup di dunia selamanya dan nggak merasa berdosa. Sungguh pola pikir yang nggak bisa dipahami.

Kadang, ada kalanya, para hantu tertarik dengan manusia, terutama perempuan. Bukan tertarik secara seksual atau perasaan, kami biasanya akan sangat senang dengan darah haid dari para perempuan.

Darah yang mereka sebut sebagai "Darah kotor" adalah makanan penuh gizi bagi para hantu dan jin. Bagi perempuan yang nggak membaca doa saat akan mengganti pembalutnya atau nggak pernah berdzikir saat sedang menstruasi, kami sangat senang berlama-lama di sisi mereka. Itu sebabnya, kadang mereka merasa lelah meski nggak ngelakuin apa pun. Itu karena banyaknya setan yang mengikutinya.

Gue sampe di rumah kontrakan Joko, tepatnya di kamar mandinya. Nggak, Rina nggak sedang datang bulan. Gue datang ke sini hanya pengen iseng saja sama dia.

Kemarin, nenek Bayan, yang tinggal di toiletnya, mengaku kalau perempuan itu terus-menerus mengaji sepanjang malam karena merasa takut. Biasanya, dia nggak pernah setakut itu. Namun, kucingnya baru meninggal dunia kemarin. Kucing tua berwarna putih yang diberi nama Boni.

Kaum kucing nggak bisa melihat kami, tapi memiliki keistimewaan yaitu melemahkan kekuatan kami saat berada di dekat manusia yang dilindunginya. Itu sebabnya, gue nggak pernah bisa mengganggu Rina dengan kekuatan penuh gue karena kucingnya tersebut. Akan tetapi, sekarang tentu berbeda, apalagi sekarang dia sendirian. Joko masih belum pulang, mungkin dalam perjalanan.

Gue tersenyum saat melihat perempuan itu sedang berbaring di tempat tidurnya. Sepertinya hawa ngantuk berkat kekuatan nenek Bayan berpengaruh pada perempuan itu setelah sekian lama.

Perlahan-lahan gue mendekati perempuan itu dan mulai masuk ke dalam alam bawah sadar sekaligus mimpinya. Gue mau memberinya kejutan dengan ide keisengan yang selama ini gue tunda karena keberadaan kucingnya.

Rina mulai menautkan alisnya, menyadari kalau dia telah bermimpi. Itu sangat luar biasa, mengingat, kadang manusia nggak sadar kalau sedang bermimpi. Dia nggak semudah itu untuk dikuasai ternyata meskipun kucingnya sudah nggak ada.

Tentu saja gue nggak menyerah. Gue cukup kagum dengan kekuatan jiwanya yang nggak mudah dikendalikan atau dirasuki.

Di dalam pikirannya, saat ini, perempuan itu mulai merasa kalau dirinya perlahan-lahan mulai terbakar. Dari ujung kaki sampai kepala, nggak bisa digerakkan seolah beku. Rasa hangat yang perlahan berganti panas mulai menusuk kulitnya.

Dia menggerutu dalam alam mimpinya, berteriak meminta tolong, tapi tahu kalau suaranya nggak bisa didengar siapa pun.

Dia tiba-tiba menjerit dan mengerahkan segala kesadarannya. Mungkin gue yang terburu-buru memasuki alam mimpinya sehingga dia segera sadar sekali pun masih nggak bisa mengerakkan badannya, matanya terpejam, tapi dengan kesadaran kembali.

Dalam pandangan Rina saat ini, perempuan itu seolah bangun, mengetahui dirinya sedang berbaring dan pandangannya jelas, tapi sebenarnya matanya masih terpejam.

Dia berusaha keras menyadarkan tubuhnya agar mau bergerak. Beberapa detik yang menyiksa karena dia mulai merasa tubuhnya perlahan terbakar dengan api yang semakin lama semakin menyiksa.

Ia menitikkan air mata dan berusaha keras menggerakkan tubuhnya. Gue jadi kasihan. Jadi, gue lepaskan sedikit, jari kelingking tangan kanannya. Dia tersentak, terbangun dan sadar kalau tubuhnya baik-baik saja.

Dia sudah bangun dari mimpinya? Oh, tentu saja nggak. Gue bukan makhluk dengan anugerah kemurahan hati yang besar pada manusia.

Dia terbangun di kasur sempit, kasur yang tak asing. Dengan ruangan bercat tembok biru dan di depannya langsung jendela yang besar.

Dia menelan ludah, menyadari kalau itu adalah kasur saat dia masih gadis dulu alias saat masih belum menikah dengan Joko. Dia mengarahkan pandangannya ke depan, di mana sosok hitam menunggunya. Tentu saja, itu gue.

Di pandangan Rina, gue hanyalah seperti gumpalan awan hitam pekat yang sangat besar. Keringatnya bercucuran. Dibandingkan menuntaskan rasa penasarannya terhadapku, sosok di depannya, dia memilih untuk berbaring, memanjatkan segala yang dia tahu, termasuk doa makan, tidur dan sebagainya.

Benar, manusia saat panic cenderung hilang ingatan dan melantunkan segala doa yang sering mereka baca. Itu sangat lucu.

Rina makin ketakutan saat segala lantunan doanya nggak berguna. Terpaksa dia turun dari kasur, beranjak mendekati gue. Dia mulai merasakannya kalau sosok gue menjadi semakin besar dan jauh setiap kali dia melangkah.

Dia terus berjalan tanpa menyerah sekali pun tampak dekat, dia sebenarnya nggak pernah beranjak dari tempatnya. Dia masih di tempat yang sama. Lama-lama gue bosan karena kegigihannya. Jadi, gue ngubah strategi gue buat isengin dia.

Kali ini, dia sudah berdiri tepat satu meter di dekat gue. Dia mencoba mengulurkan tangannya. Dengan cepat, gue menarik tangan Rina membuat perempuan itu berteriak dalam diam lalu terperangkap dalam gelap bak seorang yang ditarik ke dalam sebuah lubang lalu ditutup dengan cepat sehingga tak ada yang terlihat selain kegelapan yang pekat.

Ini hanya mimpi. Secuil kesadaran Rina kembali membuat rasa takutnya perlahan memudar. Gue cukup terkejut dengan keteguhan hatinya.

"Yang, bangun!"

Joko yang sudah di rumah kaget saat melihat istrinya menendang-nendang kakinya ke sana-kemari dengan mulut yang seolah berteriak, tapi suara yang keluar hanya seperti rintihan nggak jelas.

Joko memegang tangan istrinya dan meniup ubun-ubunnya dengan Asmaul Husna, nama-nama terbaik Allah. Gue langsung terhempas dari alam mimpi Rina, tapi masih di rumah mereka.

"Yang, kenapa?"

Rina menutup rapat mulutnya, tak ingin menceritakan apa yang baru saja terjadi. Mimpi buruk akan datang lagi bila diceritakan ulang. Itu adalah rahasia umum di kalangan para setan, tapi hanya sedikit manusia yang tahu.

"Nggak apa-apa. Istighfar, Yang," suruh Joko,

Rina pun menuruti perintah suaminya lalu pasangan suami-istri itu berpelukan.

Ah, sungguh menyebalkan. Gue pun pulang. Tetap di sana udah nggak seru lagi.

Ai ajuns la finalul capitolelor publicate.

⏰ Ultima actualizare: Oct 01, 2023 ⏰

Adaugă această povestire la Biblioteca ta pentru a primi notificări despre capitolele noi!

HANTU JULIDUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum